Omong Kosong Israel Buka Jalur Bantuan untuk Gaza saat Bombardir Rafah, PBB: Salah Strategi
Klaim Israel telah membuka jalur untuk bantuan warga sipil Gaza menjadi sorotan, PBB sebut kesalahan strategis saat Rafah dibombardir
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Klaim Israel telah membuka jalur untuk bantuan warga sipil Gaza menjadi sorotan.
Pasalnya hingga kini, lembaga kemanusiaan di Gaza yakni UNRWA, menyebut belum ada bantuan disalurkan untuk penduduk terdampak perang.
Pada Rabu (8/5/2024), Israel mengatakan membuka kembali penyeberangan perbatasan Kerem Shalom untuk bantuan kemanusiaan di Gaza, empat hari setelah menutupnya sebagai tanggapan atas serangan roket yang menewaskan empat tentara IDF.
“Truk dari Mesir yang membawa bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, air, peralatan penampungan, obat-obatan dan peralatan medis yang disumbangkan oleh komunitas internasional sudah tiba di persimpangan,” kata tentara, diberitakan Times of Malta.
Pasokan tersebut akan ditransfer ke penyeberangan sisi Gaza setelah menjalani pemeriksaan, kata pernyataan yang dirilis sekitar pukul 09:15.
Namun badan PBB untuk pengungsi Palestina mengatakan penyeberangan Kerem Shalom tetap ditutup.
“Penyeberangan masih belum dibuka,” kata juru bicara UNRWA Juliette Touma kepada AFP sekitar pukul 10.40.
Militer mengatakan perbatasan Erez antara Israel dan Gaza utara juga terbuka untuk pengiriman bantuan ke wilayah Palestina.
Penyeberangan Kerem Shalom ditutup setelah serangan roket Hamas menewaskan empat tentara dan melukai lebih dari selusin pada hari Minggu.
Pada hari Selasa, pasukan Israel menguasai sisi Palestina di penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir setelah melancarkan serangan ke sektor timur kota tersebut.
Juru bicara UNRWA mengatakan penyeberangan Rafah juga masih ditutup.
Baca juga: Front Populer Pembebasan Palestina Incar Tentara Bayaran Eks-Pasukan Khusus AS di Perbatasan Rafah
“Kami menyerukan pembukaan kembali. Kami biasanya mendapatkan bahan bakar melalui Rafah bukan Karem (Shalom),” kata Touma.
“Tidak ada pasokan kemanusiaan selama tiga hari terakhir. Kami sudah mulai menjatah bahan bakar,” katanya.
Padahal, Gaza membutuhkan 300.000 liter (79.250 galon) bahan bakar sehari untuk tujuan kemanusiaan.