Israel Tak Serius Berunding, Hamas: Proposal Gencatan Senjata Jadi Dalih IDF Serang Rafah
Hamas sebut Netanyahu tak serius mencapai kesepakatan gencatan senjata. Proposal yang tak sesuai mau Israel hanya jadi dalih IDF untuk serang Rafah.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Izzat Al-Rishq, mengatakan Israel tidak mencapai kesepakatan dalam perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza.
"Israel tidak serius untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza," katanya, Rabu (8/5/2024).
Menurutnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menggunakan proposal gencatan senjata yang disetujui Hamas sebagai dalih untuk menyerang Rafah.
Israel sebelumnya mengancam akan menyerang Rafah jika proposal gencatan senjata itu tidak sesuai dengan tuntutannya.
Hamas menyetujui proposal gencatan senjata yang diajukan Mesir-Qatar tersebut, sementara Israel masih mempertimbangkannya karena sejumlah poin yang tidak sesuai tuntutan mereka kepada Hamas.
Menurutnya, Netanyahu mencoba membuat alasan untuk menghindari kesepakatan dalam negosiasi gencatan senjata.
"Netanyahu mencoba menciptakan dalih untuk menghindari negosiasi dan menyalahkan Hamas dan para mediator," kata Al-Rishq.
"Persetujuan Hamas terhadap proposal mediator membingungkan Netanyahu dan menempatkannya dalam masalah," lanjutnya.
Ia menekankan bahwa tuntutan Hamas masih sama, di antaranya gencatan senjata permanen, pertukaran tahanan, dan rekonstruksi Jalur Gaza.
"Hamas tetap pada pendiriannya dengan memberitahu para mediator (Mesir-Qatar) untuk menyetujui proposal mereka," katanya, dikutip dari Al Jazeera.
Pernyataan itu muncul ketika Mesir menjadi tuan rumah perundingan gencatan senjata baru yang dihadiri delegasi Hamas, Israel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), serta mediator Qatar.
Baca juga: Israel Kesal, Joe Biden Setop Kirim Senjata AS setelah Serangan IDF di Rafah
Pada Senin (6/5/2024), Hamas memberitahu mediator Mesir dan Qatar bahwa mereka menyetujui proposal gencatan senjata di Jalur Gaza.
“Kepala biro politik gerakan tersebut, Ismail Haniyeh, melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani, dan dengan Menteri Intelijen Mesir, Mr. Abbas Kamel, dan memberi tahu mereka tentang persetujuan gerakan tersebut atas proposal mereka mengenai perjanjian gencatan senjata," lapor Quds, mengutip keterangan resmi Hamas.
Namun, pada Selasa (7/5/2024), Israel mengumumkan dimulainya serangan di Rafah setelah memaksa 100.000 warga Palestina untuk mengungsi lagi ke Al-Mawasi di Jalur Gaza barat daya.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.844 jiwa dan 78.404 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (9/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel