Israel Cabut Izin Siar Kantor Berita Al Jazeera di Nazareth, Tuding Sebar Propaganda Antisemit
Pencabutan izin ini dilakukan bersamaan dengan aksi penggerebekan yang dilakukan Menteri Komunikasi Israel
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Bobby Wiratama
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Kementerian Komunikasi Israel mencabut izin siar dan operasional kantor saluran televisi, Al Jazeera di kota Nazareth, Israel Utara karena dituding jadi "corong" propaganda Hamas.
Pencabutan izin ini dilakukan bersamaan dengan aksi penggerebekan yang dilakukan Menteri Komunikasi Israel, Shlomo Karh dan petugas kepolisian Israel pada Kamis (9/5/2024).
Mengutip laporan Jerusalem Post, Kementerian Komunikasi Israel menuding Al Jazeera sebagai media corong Hamas, lantaran selama perang berlangsung media asal Qatar itu terus menyebarkan hasutan ke publik.
Baca juga: Eks Komandan IDF Akui Sulit Bunuh Petinggi Hamas dan Al-Qassam: Operasi Berbulan-bulan, Kami Gagal
Israel menilai tindakan itu sebagai sebuah ancaman yang membahayakan keamanan nasional, karena berita yang disiarkan AL Jazeera berpotensi memperluas penyebaran propaganda anti semit atau hasutan kebencian terhadap warga Israel.
Alasan ini yang mendorong otoritas Tel Aviv untuk mengambil sikap tegas, dengan mengesahkan undang-undang yang mengizinkan menteri komunikasi untuk menutup jaringan asing yang beroperasi di Israel, termasuk Al Jazeera.
“Koresponden Al Jazeera telah merugikan keamanan Israel dan menghasut tentara IDF. Sudah waktunya untuk mengusir juru bicara Hamas dari negara kita,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Selain menutup izin siar, pada penggrebekan itu otoritas Israel turut menyita peralatan siaran langsung milik Al Jazeera seperti sebuah kamera, transceiver TVU, tripod dan sebuah peralatan audio.
"Hari ini saya memerintahkan penggerebekan studio di Nazareth di mana para reporter Al Jazeera melakukan siaran. Saat ini, para inspektur dari Kementerian Komunikasi dan Divisi Taktis Kepolisian Distrik Utara menyita peralatan mereka," ujar Karh di X.
"Israel tidak akan membiarkan Hamas melakukan siaran dari sini," imbuhnya.
Baca juga: Israel Lanjutkan Perburuan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar, Terapkan Siasat Baru Buang Tawanan
Sebagai informasi, aksi penggerebekan seperti ini bukan kali pertama yang dialami Al Jazeera, pada awal Mei lalu kantor cabang Al Jazeera yang berlokasi di sebuah kamar hotel di Yerusalem Timur sempat digrebek kepolisian Israel.
Hal ini juga dibenarkan Walid Omary, kepala biro Al Jazeera, dalam keterangan resminya ia menjelaskan bahwa polisi Israel tiba awal pekan kemarin tiba dan menyita peralatan siaran, menutup akses ke kamar.
Al Jazeera Sebut Israel Bohong
Merespon penggrebekan dan penutupan kantor yang dilakukan otoritas Israel, pihak Al Jazeera menilai tindakan Israel itu sebagai "tindakan kriminal".
Al Jazeera juga menegaskan bahwa tuduhan Tel Aviv terkait jaringan media mereka yang mengancam keamanan Israel adalah sebuah kebohongan berbahaya dan konyol.
"Jaringan Media Al Jazeera mengutuk keras dan mengecam tindakan kriminal yang melanggar hak asasi manusia dan hak dasar untuk mengakses informasi. Al Jazeera menegaskan haknya untuk terus menyampaikan berita dan informasi kepada khalayak global," tegas Al Jazeera.
Senada dengan Al Jazeera, kecaman juga turut dilontarkan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka menganggap kebijakan baru Israel hanya akal-akalan Netanyahu untuk membatasi kebebasan pers.
Mengingat selama perang berlangsung, Al Jazeera menjadi salah satu portal berita yang paling menentang invasi yang dilakukan pasukan Israel ke ribuan warga Gaza.
“PBB menyatakan menentang penyimpangan apapun, terhadap prinsip kebebasan pers sehubungan penutupan stasiun siaran Al Jazeera di Israel,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.