Saat Warga Singapura Tidak Lagi Bicara Kemakmuran Tapi Bagaimana Menemukan Makna Hidup
Singapura memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita yang lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat dan penduduknya menikmati standar hidup.
Penulis: Hasanudin Aco
Singapura, negara tetangga Indonesia, yang luasnya kurang lebih seperti Jakarta adalah negara makmur di Asia Tenggara. Singapura memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita yang lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat dan penduduknya menikmati standar hidup tertinggi di dunia.
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Selama tiga dekade, pengacara korporat Singapura Gerald Yeo mengejar apa yang disebutnya sebagai Impian Singapura.
Ia naik pangkat menjadi penasihat umum, mengelola tim pengacara dengan gaji bulanan enam digit.
Kadang-kadang dia menghabiskan 20 jam di tempat kerja untuk menangani panggilan telepon dengan klien dan kolega di Asia, Eropa, dan Amerika Latin.
Ketika pandemi Covid-19 memaksa karyawan untuk mulai bekerja dari rumah, Yeo lebih banyak melakukan tatap muka secara online.
Kondisi yang membuatnya mengalami kelelahan dan harus pensiun pada awal tahun 2021.
Saat ini, Yeo menjadi sukarelawan bersama para lansia, mencoba-coba fotografi dan menuruti kecintaannya pada perjalanan, dengan tamasya yang membawanya ke Kutub Utara dan Afrika untuk melihat gorila.
“Di Singapura, sudah tertanam dalam pikiran kami untuk mengejar keunggulan dan Anda tidak boleh bermalas-malasan, Kami selalu 'aktif'. Anda memiliki pola pikir bahwa Anda melayani perusahaan tetapi tanpa menyadarinya, Anda tergelincir dalam melakukan terlalu banyak,” Yeo, berusia 50-an, mengatakan kepada Al Jazeera.
Yeo adalah salah satu dari sekian banyak warga Singapura yang berupaya untuk membayangkan kembali Impian Singapura yang bukan sekadar mencapai kesuksesan materi namun lebih fokus pada menemukan makna dan kepuasan.
Pandangan Calon PM Singapura
Calon Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong , termasuk diantara mereka yang berpendapat bahwa sudah tiba waktunya bagi penduduk negara kota tersebut untuk tidak hanya memikirkan uang dan pekerjaan.
Setelah peluncuran laporan mengenai pandangan warga mengenai masa depan Singapura, Wong mengatakan masyarakat Singapura saat ini “tidak lagi berbicara banyak tentang lima C”.
Lima C dimaksud adalah condominium, car (mobil), credit card (kartu kredit), cash (uang), dan country club.
“Dari keterlibatan kami, jelas pula bahwa Impian Singapura lebih dari sekadar kesuksesan materi,” kata Wong, yang menjabat Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan beberapa waktu lalu.