Aurora Borealis Hiasi Langit Malam Eropa, ternyata Dampak Badai Matahari
Cahaya utara, juga dikenal sebagai aurora borealis, diperkirakan akan terlihat hingga ke selatan Alabama dan California Utara.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
Ahli meteorologi Chad Myers memprediksi fenomena aurora ini akan berlangsung selama tiga malam.
Sementara, ahli astrofisika Janna Levin mengatakan partikel berenergi yang menyebabkan gelombang aurora saat ini bergerak jauh lebih lambat, sehingga menyebabkan fenomena tersebut berlangsung selama akhir pekan ini.
"Beberapa dari lontaran massal ini mencapai triliunan kilogram," katanya.
"Mereka lebih lambat. Jadi lebih lama, tapi masih berjam-jam, mungkin puluhan jam."
Ini menandai badai geomagnetik G5 pertama yang mencapai Bumi sejak Oktober 2003.
Ukuran G5 sangat besar sehingga dapat mengganggu satelit yang kita andalkan untuk komunikasi dan GPS.
Secara ilmiah proses terciptanya sinar Aurora bisa di jelaskan sebagai berikut :
Temperature di lapisan luar matahari berkisar ribuan derajat celsius.
Baca juga: 40 Satelit Milik SpaceX-nya Elon Musk Terbakar Badai Matahari, Berikut Penjelasannya
Pada temperatur sepanas ini, benturan/kolisi antara molekul gas sering kali terjadi dan menimbulkan ledakan.
Elektron-elektron yang terbebas akibat benturan tersebut, terlempar dari atmosfer matahari saat matahari berotasi.
Elektron-elektron tersebut keluar dari lubang-lubang medan gaya (magnetic field) matahari.
Lalu tertiup oleh angin matahari ke Bumi.
Partikel yang beraliran listrik tersebut dibelokkan oleh medan gaya (magnetic field) bumi.
Di kutub utara dan selatan, kekuatan medan gaya bumi sangat lemah, oleh karena partikel bermuatan listrik yang dipantulkan oleh menerobos masuk ke atmosfer bumi dan bertabrakan dengan partikel gas bumi.
Kolisi ini menghasilkan cahaya yang berdansa di atas langit kutub utara dan selatan.
Cahaya dari Aurora terletak di jarak 80 km (50 mil) sampai dengan 640 km (400 mil) dari permukaan bumi.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)