Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemukim Israel Bakar Markas UNRWA di Yerusalem

Pemukim Israel melempari markas besar Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNWRA) dengan batu dan membakar bagian luar gedung.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Pemukim Israel Bakar Markas UNRWA di Yerusalem
Tangkap Layar Twitter/X
Pemukim Israel melempari markas besar Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNWRA) dengan batu dan membakar bagian luar gedung. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemukim Israel melempari markas besar Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNWRA) dengan batu dan membakar bagian luar gedung.

Itu merupakan aksi yang ketiga kalinya dalam kurun waktu seminggu, lapor kantor berita Palestina Wafa.

Kantor UNRWA terletak di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem, Al Jazeera melaporkan.

Pada Kamis (9/5/2024), Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini mengumumkan, badan tersebut berencana menutup sementara kantor pusatnya, setelah beberapa kali serangan pembakaran.

“Merupakan tanggung jawab Negara Israel sebagai kekuatan pendudukan untuk memastikan bahwa personel dan fasilitas PBB dilindungi setiap saat,” kata Lazzarini dalam sebuah pernyataan saat itu.

“Staf, lokasi dan operasi PBB harus dilindungi setiap saat sesuai dengan hukum internasional," urainya.

Sejak Israel dan Hamas berperang, sebanyak 35.173 orang telah tewas dan 79.061 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan wilayah Palestina dalam laporan terbaru mengenai korban jiwa.

Berita Rekomendasi

Kementerian mengatakan, 82 warga Palestina tewas dan 234 terluka dalam 24 jam terakhir saja.

Bahkan hampir 450.000 orang terpaksa meninggalkan Rafah sejak 6 Mei 2024, ketika militer Israel mulai mengerahkan pasukan di dekat kota tersebut, merebut perbatasan, dan memerintahkan evakuasi, menurut badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

“Orang-orang terus-menerus menghadapi kelelahan, kelaparan, dan ketakutan,” kata UNRWA dalam postingannya di X.

“Tidak ada tempat yang aman. Gencatan senjata segera adalah satu-satunya harapan”.

Baca juga: Warga Israel Ngamuk, Bakar Markas Besar UNRWA hingga Bantuan Untuk Palestina Mandek Disalurkan

Kecam klaim zona aman

Sebelumnya, Philippe Lazzarini menyatakan keprihatinannya atas nasib pengungsi Palestina.

Geram dengan situasi yang terjadi, Philippe Lazzarini pada Minggu (12/5/2024) mengatakan, tidak ada zona aman di Gaza, seperti yang diklaim Israel.

"Pihak berwenang Israel terus mengeluarkan perintah pengungsian paksa, yang juga dikenal sebagai 'perintah evakuasi'," kata Philippe Lazzarini di X, dikutip dari Al Mayadeen.

Menurutnya, hal tesebut membuat warga Palestina di Rafah harus berpencar untuk bertahan hidup.

Sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023 kemarin, sebagian besar warga Gaza telah berkali-kali mengungsi.

"Dengan putus asa, (mereka) mencari keselamatan yang tidak pernah mereka temukan," kata Philippe Lazzarini.

Bahkan orang-orang telah pindah berkali-kali, rata-rata sebulan sekali.

"Klaim zona aman adalah salah dan menyesatkan. Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Titik," imbuhnya, dikutip dari Anadolu.

Ia pun menyoroti, warga Palestina yang mengungsi dari Gaza tidak punya pilihan selain mencari perlindungan di tempat penampungan UNRWA.

Namun tempat-tempat tersebut sering menjadi sasaran dan dirusak oleh tindakan militer Israel.

Lazzarani mengaku selama ini dia belum pernah melihat kondisi seperti itu, selama lebih dari tiga dekade.

“Selama lebih dari 30 tahun mempelajari dan berinteraksi dengan masyarakat yang terkena dampak pengungsian, saya belum pernah melihat kekejaman yang mengejutkan seperti ini," ucapnya.

Diperkirakan 150.000 orang telah meninggalkan Rafah ketika Israel memerintahkan evakuasi dan melanjutkan operasi meskipun ada kekhawatiran dari sekutu dan pihak lain.

Israel telah membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina di Gaza, sebagai pembalasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 jiwa.

Sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut menjadi pengungsi internal, dan terjadi kekurangan makanan, air, dan obat-obatan.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas