Populer Internasional: India Jalin Kerja Sama dengan Iran - Cekcok Mesir-Israel Makin Menjadi-jadi
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya AS marah karena Iran menjalin kerja sama dengan India.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Amerika Serikat dibuat geram karena melihat India menjalin kerja sama dengan Iran.
Sementara itu, hubungan Mesir dan Israel semakin menjauh karena potensi ancaman invasi darat ke Rafah.
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
1. AS Ngamuk Lihat India Jalin Kerja Sama dengan Iran, Pemerintahan Biden Siapkan Sanksi Keras
Amerika Serikat (AS) kembali dibuat kebakaran jenggot dengan langkah Iran yang terus menjalin kerja sama dengan negara-negara di Asia.
Setelah sebelumnya menjalin kerjasama perdagangan minyak dengan negara-negara di Asia Tenggara, kini AS dibikin geram dengan langkah Iran mempererat hubungannya dengan India.
Kedekatan terbaru antara kedua negara ini ditunjukkan dengan penandatanganan sebuah kontrak kerja sama berdurasi 10 tahun untuk mengembangkan pelabuhan strategis di Chabahar di Provinsi Baluchestan, Iran.
Melalui kerja sama tersebut, India bakal turut membantu pembangunan infrastruktur pelabuhan di Iran tersebut untuk mempererat dan memermudah transportasi perdagangan antara kedua negara.
Langkah kerja sama ini pun membuat marah AS yang kemudian memberi peringatan keras kepada India.
Pemerintahan Biden mengancam India bahwa kerja sama tersebut bisa berujung sanksi berat terhadap pemerintahan Narendra Modi.
Baca juga: 10 Tentara Israel Nekat Akhiri Hidup, Disebut Depresi usai Diserang Hamas, Data Diri Dirahasiakan
2. Tank-Tank IDF Menyemut, AS: Israel Kerahkan Kekuatan yang Cukup untuk Besar-besaran Menyerang Rafah
Amerika Serikat (AS) memperkirakan Israel mengerahkan 'cukup' pasukan IDF di pinggiran Rafah, selatan Jalur Gaza, untuk melanjutkan invasi besar-besaran ke kota tersebut dalam beberapa hari, menurut jaringan berita Amerika CNN.
Retorika kata 'cukup' yang dimaksud oleh AS bisa ditinjau lewat sebuah gambar yang menunjukkan kalau tank-tank IDF seperti menyemut, saking banyaknya, jelang invasi besar-besaran ke Rafah.
Israel memang sudah menyatakan akan menggempur Rafah dengan kekuatan besar karena mereka anggap sebagai benteng terakhir pertahanan Hamas.
Namun, meski Israel sudah menyiapkan pasukan skala besar, dua pejabat senior AS tidak yakin apakah Tel Aviv telah membuat keputusan akhir untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap Rafah.
Kalau memang Israel sudah final memutuskan menggempur Rafah habis-habisan, maka dua narasumber pejabat AS tersebut menggambarkan tindakan tersebut sebagai “tantangan langsung terhadap Presiden Joe Biden.”
3. Cekcok Mesir-Israel Makin Menjadi-jadi, Kairo Tegaskan Israel Haram Kuasai Perlintasan Rafah
Perselisihan antara Mesir dan Israel makin menjadi-jadi setelah negara Zionis nekat menguasai perlintasan Rafah di Jalur Gaza.
Mesir sebenarnya adalah salah satu juru penengah dalam perundingan antara Hamas dan Israel.
Negara di Afrika Utara itu berupaya agar terjadi gencatan senjata Hamas-Israel dan pertukaran sandera.
Meski demikian, Mesir acap kali memperingatkan Israel tentang pelanggaran perjanjian perdamaian tahun 1979.
Sayangnya peringatan Mesir itu tak digubris oleh Israel. Militer Zionis pekan lalu masuk ke Rafah dan mengontrol perlintasan itu.
Banyak yang meragukan Mesir akan memutuskan hubungan dengan Israel karena invasi Israel ke Rafah.
Akan tetapi, masuknya Israel ke Rafah itu jelas menandakan meningkatnya ketegangan antara Mesir dan Israel.
Di samping itu, pada Minggu, (12/5/2024), Mesir mengatakan bakal bergabung dengan Afrika Selatan untuk menggugat Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) dalam kasus genosida di Gaza.
4. Klaim Israel Dirusak, Intelijen AS Sebut Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tak Ada di Rafah
Informasi intelijen Amerika Serikat (AS) melaporkan Yahya Sinwar, pemimpin gerakan Palestina, Hamas, tidak berada di Rafah, Jalur Gaza selatan.
Pernyataan para pejabat AS tersebut menyangkal klaim Israel tentang serangan darat di Rafah yang dimulai minggu lalu.
Israel mengklaim bahwa menghilangkan Yahya Sinwar adalah langkah pertama untuk memusnahkan Hamas, yang disebut berada di Rafah.
Mengutip laporan para pejabat AS kepada The New York Times, Yahya Sinwar tidak pernah pergi dari Khan Yunis.
Baru-baru ini Yahya Sinwar dilaporkan muncul di lapangan dan memeriksa para pejuang Hamas.
Hal ini memicu ketidakpuasan yang meluas di publik Israel karena kegagalan mencapai tujuan perang di Jalur Gaza untuk menghancurkan Hamas.
"Badan intelijen Israel setuju dengan penilaian Amerika bahwa Yahya Sinwar dan para pemimpin lainnya tidak berada di Rafah," kata pejabat AS yang dirahasiakan identitasnya, kepada The New York Times, Senin (13/5/2024).
(Tribunnews.com)