Ketegangan dengan Israel Kian Memuncak, Mesir Kirim Konvoi Militer ke Perbatasan
Kendaraan pengangkut personel lapis baja terlihat melakukan perjalanan ke perbatasan Mesir dengan Gaza.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Mesir mengerahkan kendaraan militer dan tentara ke perbatasannya dengan Gaza di timur laut Sinai minggu ini, kata kelompok hak asasi manusia Mesir dilansir Middle East Eye.
Pengerahan pasukan itu dinilai sebagai tanda semakin memburuknya hubungan antara Mesir dan Israel.
15 unit tank pengangkut personel lapis baja yang dilengkapi peralatan tempur terlihat oleh penduduk Sheikh Zuweid di Sinai pada Rabu (15/5/2024) malam, kata Yayasan Hak Asasi Manusia Sinai.
Secara terpisah, konvoi kendaraan lapis baja lainnya tiba di desa Al-Joura, selatan Sheikh Zuweid, tambah yayasan tersebut.
Pengerahan tersebut dilakukan di tengah keretakan yang semakin mendalam antara Mesir dan Israel terkait serangan Israel di Rafah, kota perbatasan selatan Gaza.
Pekan lalu, Israel merebut perbatasan Rafah dan melancarkan operasi militer di kota tempat sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina berlindung itu.
Serangan Israel itu membuat Mesir marah.
Mesir memiliki perjanjian damai selama 45 tahun dengan Israel dan bekerja sama erat dalam masalah keamanan.
Sumber militer Mesir mengatakan kepada Middle East Eye pekan lalu bahwa tidak ada koordinasi operasi antara Mesir dan Israel sebelum penyeberangan Rafah diserang.
Pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza juga terhenti.
Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi ,mengatakan Israel ingin menggunakan kendali atas Rafah untuk memperketat pengepungan Jalur Gaza.
Baca juga: Netanyahu Minta Mesir Gabung Israel untuk Kelola Jalur Bantuan di Rafah
Pertikaian diplomatik antara Mesir dan Israel semakin dalam selama berhari-hari.
Laporan The Wall Street Journal pada hari Selasa, yang mengutip para pejabat Mesir, menyebut bahwa Kairo sedang mempertimbangkan penurunan hubungan bilateral dengan Israel, termasuk menarik duta besar mereka.
Mesir mengumumkan akan bergabung dengan Afrika Selatan dalam kasusnya melawan Israel di Mahkamah Internasional yang menuduh Israel melakukan genosida.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry menuduh Israel memblokir bantuan ke Gaza.
Namun para diplomat dan analis masih memantau apakah pertikaian verbal tersebut meluas ke hubungan keamanan dan pertahanan yang rumit yang dikelola oleh perwira militer dan intelijen Mesir.
Pengerahan pasukan tambahan ke Sinai akan menandai peningkatan serius pertikaian tersebut, kata seorang mantan diplomat senior Barat kepada MEE.
Pergerakan pasukan terjadi saat Sisi mengindahkan perselisihan tersebut untuk pertama kalinya.
Pada hari Kamis, di KTT Liga Arab di Bahrain, Sisi mengatakan Israel tidak berniat melakukan gencatan senjata di Gaza.
“Kami melihat Israel terus melarikan diri dari tanggung jawabnya dan menghindari upaya yang dilakukan untuk mencapai gencatan senjata,” katanya.
“Mereka yang berpikir bahwa solusi keamanan dan militer mampu mengamankan kepentingan atau mencapai keamanan, adalah orang yang mengalami delusi.”
Mesir, bersama dengan Qatar, menjadi salah satu mediator utama dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Update Perang Israel-Hamas
- Ribuan warga sipil Palestina di Gaza utara tidak mendapatkan akses air dan makanan akibat serangan Israel selama seminggu yang menyebabkan banyak korban jiwa di kedua belah pihak.
- Israel berencana mengerahkan lebih banyak pasukan dan mengintensifkan invasi darat ke Rafah selatan.
Rencana itu ditentang oleh banyak pihak karena membahayakan nasib ratusan ribu warga sipil Palestina yang berlindung di kota yang dilanda perang tersebut.
Baca juga: Mesir Tolak Rencana Israel yang Ingin Bareng-bareng Kontrol Penyeberangan Rafah: Harus Palestina
- Afrika Selatan mendesak pengadilan tinggi PBB untuk memerintahkan penghentian serangan Israel di Rafah, dengan mengatakan serangan terhadap kota paling selatan Gaza “harus dihentikan”.
Duta Besar Afrika Selatan untuk Belanda, Vusimuzi Madonsela, mengatakan kepada Mahkamah Internasional:
“Tujuh bulan yang lalu, Afrika Selatan tidak dapat membayangkan bahwa sebagian besar Gaza akan terhapus dari peta.”
- Diperkirakan 600.000 orang telah melarikan diri dari serangan Israel di Rafah dalam seminggu terakhir dan 100.000 lainnya di utara Gaza.
- Setidaknya 35.272 orang telah tewas dan 79.205 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas mencapai 1.139 orang dan puluhan orang masih ditawan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)