Gencatan Senjata Israel-Hamas: Tahapan, Sandera, dan Imbalan
Gencatan senjata Israel-Hamas selama 6 minggu dimulai! Apa yang terjadi selanjutnya?
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: timtribunsolo

TRIBUNNEWS.COM - Persetujuan kabinet Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas baru-baru ini menandai dimulainya jeda perang di Gaza yang berlangsung selama 15 bulan.
Kesepakatan ini, yang disepakati setelah pertemuan tingkat tinggi, akan mengimplementasikan gencatan senjata selama enam pekan mulai tanggal 19 Desember 2025.
Kesepakatan gencatan senjata ini akan dibagi menjadi dua tahap yang berbeda.
Tahap pertama dari kesepakatan ini akan berlangsung selama 42 hari dan akan melibatkan pembebasan 33 sandera yang ditahan oleh Hamas.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, mengungkapkan bahwa sandera tersebut termasuk perempuan sipil, rekrutan wanita, anak-anak, serta warga sipil yang sakit dan terluka.
Sumber dari kelompok militan menyebutkan bahwa tiga tentara wanita Israel akan menjadi yang pertama dibebaskan pada malam pertama gencatan senjata, meskipun Hamas menganggap semua warga negara Israel yang berusia militer sebagai tentara.
Sebagai imbalan, Israel dikabarkan bersedia membayar biaya tinggi dalam bentuk uang kepada Hamas, menurut juru bicara pemerintah, David Mencer.
Kementerian Kehakiman Israel juga menginformasikan bahwa 737 tahanan dan narapidana akan dibebaskan pada tahap pertama.
Nama-nama mereka mencakup pria, wanita, dan anak-anak.
Namun, Israel telah menegaskan tidak akan membebaskan siapapun sebelum pukul 4 sore waktu setempat pada hari pertama gencatan senjata.
Pembebasan para sandera akan dilakukan di tiga titik yang telah ditentukan, yaitu di Kerem Shalom, Erez, dan satu lokasi di Reim.
Para sandera akan menjalani pemeriksaan medis oleh dokter dan spesialis kesehatan mental sebelum diangkut ke rumah sakit di Israel menggunakan helikopter atau kendaraan.
Sementara itu, pasukan Israel akan mundur dari wilayah padat penduduk di Gaza selama 42 hari pertama untuk memfasilitasi proses pertukaran tahanan dan pengungsi Palestina.
Namun, meskipun pasukan Israel akan mengurangi kehadirannya, warga Palestina tidak diizinkan kembali ke daerah di mana pasukan Israel bertugas.
Negosiasi untuk tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata ini direncanakan akan dimulai pada hari ke-16 setelah pelaksanaan tahap pertama.
Pihak-pihak penengah seperti Qatar, Mesir, dan AS akan memantau kesepakatan ini dengan ketat melalui sebuah badan yang berpusat di Kairo.
PM Qatar menekankan bahwa ada mekanisme yang jelas untuk negosiasi fase kedua dan ketiga dari kesepakatan ini. "Kami berharap ini akan menjadi halaman terakhir dari perang ini dan kami berharap semua pihak akan berkomitmen untuk melaksanakan semua ketentuan perjanjian ini," ujar PM Qatar.
Presiden AS Joe Biden, yang akan segera lengser, menegaskan bahwa fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata akan berfungsi sebagai jalan menuju akhir permanen bagi perang, termasuk kemungkinan pertukaran pembebasan sandera yang masih hidup.
Dengan adanya kesepakatan ini, harapan akan terciptanya stabilitas dan perdamaian di kawasan semakin meningkat, meskipun tantangan masih akan dihadapi dalam implementasi kesepakatan tersebut.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.