Rencana Putin di Kharkov Terungkap, Pasukan Ukraina Susah Payah Lakukan Perlawanan
Operasi penyerangan akan dilakukan pada 15-16 Mei. Namun penyerangan dilakukan lebih awal tanpa alasan yang jelas.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Rencana Rusia untuk mengepung dan menguasai kota Kharkov (Kharkiv), Ukraina terungkap.
Majalah The Economist menguak peta perkiraan arah pergerakan pasukan Vladimir Putin di kota terbesar kedua di Ukraina.
Dalam pemberitaannya, media ini menyebutkan pasukan Moskow sedang mencoba untuk mengepung sebagian kota melalui dua arah.
Baca juga: Kirim 100 Storm Shadow ke Kiev, Inggris Persilakan Tembak ke Wilayah Rusia
Mereka memberikan tekanan pada Angkatan Bersenjata Ukraina di sebelah timur waduk Pechenezh.
Awalnya, jelas The Economist, operasi penyerangan akan dilakukan pada 15-16 Mei. Namun penyerangan dilakukan lebih awal tanpa alasan yang jelas.
Serangan dilakukan melalui dua arah di kedua sisi waduk, di barat.
Dalam waktu 72 jam mereka berencana mencapai jangkauan artileri di Kharkov dekat desa Borshchevaya.
Akan tetapi serangan Rusia mengalami hambatan dan terus melambat karena terhenti oleh perlawanan brigade ke-92 Angkatan Bersenjata Ukraina yang masih mempertahankan posisi mereka.
Rencana berikutnya adalah menerobos Volchansk sampai ke desa Pechenegi di wilayah timur laut kota Kharkov.
Denys Yaroslavskyi, komandan unit intelijen Angkatan Bersenjata Ukraina, mengatakan, tadinya intelijen Ukraina mengira Rusia telah menciptakan ladang ranjau dan benteng teknik yang serius.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-816: Rusia Luncurkan Serangan Drone Besar-besaran
"Tapi itu ternyata tidak dilakukan. Kami menyaksikan mereka menembus pagar perbatasan melalui layar sekitar pukul 23:00 pada tanggal 9 Mei, dan saya berkata kepada anak buah saya untuk melihat bagaimana mereka akan meledakkan diri dengan ranjau. Ternyata tidak ada ledakan," ujarnya dikutip dari Pravda, Selasa (21/5/2024).
Zelensky: Situasi Terkendali
Sementara itu Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa wilayah Kharkov dan Donetsk masih terkendali.
Zelensky berujar, Rusia terus melakukan penyerbuan menggunakan bom luncur berpemandu, akan tetapi hal itu tidak menggoyahkan pasukannya.
Menurutnya, tentara Rusia secara aktif menggunakan bom udara berpemandu di wilayah Chasiv Yar , di front Pokrovsk, di wilayah Lyptsi dan di Oblast Kharkov.
"Ancaman terhadap kota dan hromada (sekumpulan desa dan kota) kita. Hal ini juga berkaitan dengan persiapan transisi Angkatan Udara kita ke pesawat tempur baru," ujarnya.
Kekurangan Pasukan
Meski demikian, New York Times melaporkan bahwa kurangnya bala bantuan membuat Ukraina tak siap melawan Rusia di Kharkov.
Ruaia membombardir perbatasan utara dengan kecepatan dan kekuatan sedemikian rupa sehingga benteng-benteng di Ukraina tak menjadi hambatan.
“Beberapa tentara Ukraina, yang sangat terkejut, mundur dari posisi mereka,” kata New York Times.
Pernyataan tersebut juga menekankan bahwa Rusia memiliki “keuntungan besar dalam persenjataan artileri,” dan menambahkan bahwa “pertahanan udara Ukraina yang terkuras” tidak mampu melawan kekuatan udara Rusia.
Serangan tersebut mengungkap masalah kelelahan pasukan Ukraina, kata New York Times. Misalnya, beberapa benteng pertahanan tidak mencukupi atau dibangun secara sembarangan, dan komando tidak mengirim pasukan baru dari cadangan ke sektor depan ini, tetapi memindahkan pasukan dari daerah lain.
Alasannya adalah angkatan bersenjata Ukraina mempunyai “sedikit cadangan untuk dikerahkan,” kata surat kabar itu.
Perwakilan pimpinan militer Ukraina mengatakan kepada mereka tanpa menyebut nama bahwa "situasi di Wilayah Kharkov sangat penting" bagi militer Ukraina.
Kiev menyadari bahwa situasi di Wilayah Kharkov sangat tegang bagi pasukan Ukraina.
Pada tanggal 14 Mei, Staf Umum Ukraina melaporkan bahwa pasukan Ukraina telah dipaksa untuk "pindah ke posisi yang lebih menguntungkan" di dekat Volchansk dan Lukyantsy.
Pimpinan militer juga melaporkan adanya transfer cadangan tambahan ke wilayah tersebut.