Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wawancara Kepala Staf Ebrahim Raisi Menjelaskan Momen-momen Terakhir Helikopter Jatuh, Tak Ada Kabut

Kepala staf Presiden Iran Ebrahim Raisi, Gholam Hossein Esmaili menjelaskan momen-momen terakhir helikopter yang jatuh.

Penulis: Muhammad Barir
zoom-in Wawancara Kepala Staf Ebrahim Raisi Menjelaskan Momen-momen Terakhir Helikopter Jatuh, Tak Ada Kabut
(Tangkap layar AP News)
Helikopter yang mengangkut Presiden Iran Ebrahim Raisi alami kecelakaan di barat laut Iran, Minggu (19/5/2024). Hingga kini keselamatannya jadi teka-teki. 

Wawancara Kepala Staf Ebrahim Raisi Menjelaskan Momen-momen Terakhir Helikopter Jatuh, Tak Ada Kabut

TRIBUNNEWS.COM- Kepala staf Presiden Iran Ebrahim Raisi, Gholam Hossein Esmaili menjelaskan momen-momen terakhir helikopter yang jatuh.

Gholam Hossein Esmaili yang berada di helikopter ketiga konvoi presiden menceritakan momen sebelum helikopter Ebrahim Raisi menghilang dari pandangan.

Dalam wawancara tanggal 21 Mei di Jaringan Berita Republik Islam Iran (IRINN), Kepala Staf mendiang presiden Iran Ebrahim Raisi, Gholam Hossein Esmaili, menceritakan apa yang dia saksikan beberapa saat sebelum insiden helikopter yang merenggut nyawa presiden, menteri luar negerinya Hossein Amir-Abdollahian, dan tujuh rekan mereka.

Esmaili melakukan perjalanan dalam konvoi tiga helikopter dan berada di salah satu dari dua helikopter yang mencapai tujuan dengan selamat.

Berikut petikan wawancara yang dikutip dari The Cradle:

Esmaili: "Setelah salat Dzuhur, kami berangkat menuju ke arah Tabriz. Cuaca cerah, tidak ada kondisi cuaca yang perlu dikhawatirkan. Setengah jam berada di udara, sebelum sampai di tambang tembaga Sungun, terlihat sepetak awan kecil"

Berita Rekomendasi

Pewawancara: Jadi tidak ada kabut?

Esmaili: "Tidak sama sekali. Ada kabut di darat, tapi tidak di udara tempat kami bergerak maju dengan helikopter. Namun, di satu area kecil yang padat, terdapat sepetak kecil awan di atas tebing. Dari segi ketinggian, awan ini sama tingginya dengan ketinggian penerbangan kami".

"Di sanalah pilot helikopter yang kini menjadi syahid, yang juga merupakan komandan armada, menyuruh pilot lainnya untuk terbang ke atas awan. Kami berada di urutan ketiga di belakang helikopter presiden. Kami naik ke atas awan dan maju selama kurang lebih 30 detik. Pilot kami tiba-tiba menyadari bahwa helikopter utama yang membawa presiden ada"

Pewawancara: Anda tidak melihat helikopter itu lagi setelah naik?

Esmaili: "Ya, tepat sekali. Setelah naik ke atas awan, kami tidak melihat helikopter utama. Kenaikannya sendiri tidak terasa sulit atau sulit. Terkadang saat kami menggunakan pesawat, kami merasakan turbulensi, namun kali ini kami tidak merasakan apa pun di dalam helikopter saat naik. Dan setelah kami naik, tidak ada awan lain".

Pewawancara: Jadi selain itu, tidak ada prakiraan cuaca yang menyebutkan adanya gangguan cuaca yang membuatnya tidak aman?

Esmaili: Tidak, tidak ada. Tak lama kemudian, kami bisa melihat ke bawah, dan tidak ada awan lagi, dan kami sudah sampai di area tambang tembaga. Namun, kami menyadari bahwa pilot kami tiba-tiba memutar balik, jadi saya bertanya alasannya. Dia mengatakan bahwa salah satu helikopter kami hilang.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas