Kisah Pilu Petugas Medis di Gaza: 8 Pasien Meninggal di Depan Mata Saya
Petugas medis asing di Gaza bekerja dalam keadaan yang mustahil untuk menyelamatkan banyak nyawa di Gaza.
Penulis: Hasanudin Aco
Petugas medis asing di Gaza bekerja dalam keadaan yang mustahil untuk menyelamatkan banyak nyawa di Gaza
TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Rumah Sakit Al-Shifa Gaza dikepung oleh tank dan penembak jitu Israel.
Lulu, petugas medis berusia 21 tahun, tak bisa berbuat banyak.
Dia hanya bisa merawat pasiennya, hidup dan mati.
“Delapan pasien di [unit perawatan intensif] meninggal di depan mata saya,” kata Lulu kepada Al Jazeera.
“Itu adalah pertama kalinya saya menguburkan orang di [tempat] rumah sakit.”
“Tidak ada bantuan untuk petugas medis di Gaza tapi saya pikir sudah menjadi tugas kita untuk terus bekerja.
“Kami harus tetap berada di rumah sakit,” kata Lulu, yang kini bekerja di Rumah Sakit al-Ahli.
Pulang ke rumah
Lulu adalah satu dari ratusan petugas medis Palestina yang terjebak di zona perang setelah Israel menguasai penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir awal bulan ini.
Ini merupakan satu-satunya jalan keluar dari wilayah yang terkepung itu.
Para sukarelawan asing datang ke Gaza untuk membantu warga sipil yang oleh para ahli PBB digambarkan sebagai genosida.
Banyak dari mereka yang berkewarganegaraan Barat baru-baru ini dievakuasi oleh kedutaan mereka setelah misi mereka berakhir namun sukarelawan baru tidak dapat memasuki Gaza.
Hilangnya tenaga medis asing semakin menghancurkan beberapa rumah sakit yang masih berdiri di Gaza, yang semuanya bergulat dengan kekurangan obat-obatan dan pasokan medis yang diperlukan untuk merawat korban yang semakin banyak.
Baca juga: Israel Kecam Jerman yang Akan Menangkap dan Deportasi PM Israel Benjamin Netanyahu
Israel telah membunuh atau melukai 100.000 orang, termasuk pria, wanita dan anak-anak, sejak serangan 7 Oktober 2023 lalu.