Putra Netanyahu Unggah Video Tentara Israel Memberontak Melawan IDF: Kami Kehilangan Segalanya
Sehubungan publikasi video ini, seruan mulai terdengar di Israel untuk menangkap dan mengadili Yair Netanyahu atas tuduhan menyebarkan pemberontakan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Putra Netanyahu Unggah Video Tentara Israel yang Memberontak Melawan IDF, Yair Bisa Kena Subversif
TRIBUNNEWS.COM - Yair Netanyahu, putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mem-posting video di Telegram yang menunjukkan seorang tentara Israel bertopeng mengancam Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Kepala Staf IDF, Herzi Halevi.
Dalam video tersebut, tentara Israel bertopeng tersebut mengatakan:
“Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, video ini ditujukan kepada Anda: Kami, tentara cadangan, tidak bermaksud untuk menyerahkan kunci kepada otoritas Palestina mana pun kepada entitas mana pun, Hamas, Fatah, atau entitas Arab lainnya.”
Baca juga: Babak Belur di Jabalia, Batalyon 202 IDF Lihat Keanehan Petempur Brigade Al-Qassam di Gaza Utara
"Tentara cadangan berada di belakang Anda dan kami ingin meraih kemenangan. Kami memiliki satu kesempatan dalam hidup. Anda memiliki 100.000 prajurit cadangan (reserve Brigades) yang siap berkorban untuk Israel, siap mati. Kami telah kehilangan segalanya.... Kami telah kehilangan segalanya. Kami telah kehilangan kehidupan keluarga kami, bisnis kami, dan tidak ada tempat untuk pergi. Kami akan tetap di sini sampai akhir, sampai kemenangan."
Baca juga: Israel Serbu Rafah, China Tampung Hamas-Fatah Bicara Rujuk: Milisi-Milisi Pelestina Bersatu
"Sehubungan dengan publikasi video ini, seruan mulai terdengar di Israel untuk menangkap dan mengadili Yair Netanyahu atas tuduhan menyebarkan pemberontakan (subversif/makar) terhadap tentara, yang ancaman hukumannya hingga 5 tahun," tulis laporan Khaberni.
Baca juga: Israel Kecolongan, Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Periksa Pasukan dan Jalan-Jalan di Jalur Gaza
Mau Perang Jalan Terus
Pengunggahan video ini diduga terkait kesiapan dewan perang Israel yang mulai membuka diri atas opsi gencatan senjata permanen yang diminta gerakan Hamas dalam negosiasi pertukaran tahanan.
Hal ini terjadi setelah dalam tujuh bulan perang, Tentara Israel (IDF) tidak satu pun mencapai tujuan perang yang ditetapkan kecuali menghasilkan kehancuran di sana-sini di Gaza yang justru menimbulkan tekanan besar dn isolasi dunia internasional ke negara pendudukan tersebut.
Baca juga: Tak Jua Menang, Israel Siap Gencatan Senjata Permanen: Negosiasi dengan Hamas Lanjut Pekan Depan
Meski begitu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, didukung oleh sekelompok politisi sayap kanan ultranasionalis Israel, seperti Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich menginginkan perang terus dilanjutkan hingga mencapai kemenangan mutlak.
Netanyahu Cs juga berfriksi dengan Yoav Gallant Cs soal 'The Day After War', terkait penanangan Gaza pasca-perang.
Gallant menginginkan Jalur Gaza diserahkan ke Otoritas Palestina, selain Hamas, sedangankan Netanyahu bersikeras Gaza harus dikendalikan secara militer oleh Israel.
Friksi ini menimbulkan perpecahan di kabinet.
Baca juga: Netanyahu-Ben Gvir Ribut di Rapat Kabinet, Yoav Gallant Walkout Saat Menteri Keamanan Israel Pidato
Soal kemenangan mutlak yang digaungkan Netanyahu, Ketua Dewan Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi, menyatakan kemenangan mutlak yang dimaksud tidak mungkin tercapai, karena memang mengandung bias soal tujuan perang.
Dia mengakui pada Rabu (22/5/2024), kalau tentara negaranya belum mencapai satu pun target perang di Jalur Gaza.
Pengakuan itu dilontarkan dalam tinjauan situasi yang disajikan oleh Hanegbi saat pertemuan Komite Keamanan dan Luar Negeri di Knesset (Parlemen Israel), menurut program acara 'Israel Special' di Channel 13.
Baca juga: Pasukan Israel Merangsek Jauh ke Dalam Rafah, Badan PBB: Tak Ada Zona Aman di Gaza
Hanegbi berkata: “Kami tidak mencapai satu pun tujuan strategis perang. Kami tidak mencapai kesepakatan untuk memulangkan orang-orang yang diculik (tahanan Israel di Gaza), kami tidak menggulingkan Hamas, dan kami tidak mengizinkan penduduk Jalur Gaza untuk kembali ke rumah mereka dengan selamat.”
Baca juga: Media Israel: Mahkamah Internasional Bakal Kabulkan Afrika Selatan: Perintah Penghentian Perang
Tidak Ada Target yang Tercapai
Dia juga melanjutkan: “Tentara Israel mengatakan bahwa masalah tersebut (untuk mencapai tujuan perang) akan memakan waktu yang sangat lama, bukan satu tahun, tetapi bertahun-tahun.”
Seperti diketahui, pada awal perang dahsyat yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza, pemerintahan Benjamin Netanyahu menetapkan tiga target atau tujuan perang, yaitu:
- Melenyapkan Hamas secara militer dan militer
- Memulangkan tahanan Israel yang disandera milisi Palestina di Gaza
- Memastikan bahwa Gaza tidak menjadi ancaman bagi Israel di masa depan
Tujuh bulan atau tepatnya 229 hari setelah pecahnya perang, faksi-faksi milisi perlawanan Palestina secara nyata masih melancarkan konfrontasi sengit dengan pasukan tentara Israel di semua lini pertempuran, sehingga menimbulkan kerugian besar baik nyawa maupun peralatan.
Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
Sementara itu, masih ada 128 tahanan Israel yang ditahan di Jalur Gaza, menurut perkiraan resmi pihak Israel, tanpa satu pun pasukan Israel dapat membebaskan mereka melalui cara militer kecuali melalui pertukaran sandera yang pernah terjadi pada November silam.
Meskipun beberapa warga Israel telah kembali ke pemukiman mereka di sekitar Jalur Gaza setelah diungsikan saat pecahnya perang, mereka mengeluhkan terus menerusnya penembakan roket dari Jalur Gaza.
Baca juga: Israel Diguncang 9.500 Roket Sejak 7 Oktober, Walikota Sderot Serukan Pemusnahan Total Gaza
Para pemukim Israel juga mengatakan bahwa mereka merasa tidak ada yang berubah sejak awal perang. menurut laporan yang diterbitkan pada Selasa oleh surat kabar Yedioth Ahronoth dari kota Sderot di Israel selatan.
Di Front Utara Pun Gagal
Mengenai pertempuran di perbatasan dengan Lebanon, Hanegbi mengatakan: “Tidak ada tujuan yang jelas yang diidentifikasi dalam dewan perang mengenai wilayah utara.”
Ia juga menambahkan bahwa untuk front ini, “tidak ada tanggal (untuk berakhirnya pertempuran) dan tidak ada tujuan strategis.”
Sejak 8 Oktober 2023, faksi-faksi perlawanan Lebanon, termasuk Hizbullah dan milisi perlawanan Palestina di Lebanon telah saling melakukan konfrontasi setiap hari dengan tentara Israel.
KOnfrontasi di perbatasan ini melintasi “Garis Biru”, yang mengakibatkan ratusan kematian dan cedera, sebagian besar dari mereka berada di pihak Lebanon.
Faksi-faksi milisi perlawanan tersebut mengatakan kalau serangan mereka terhadap Israel dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza.
Baca juga: Israel Colek Rafah, Hizbullah Lebanon Hajar Pangkalan Golan, Perlawanan Irak Serang Pangkalan Eilat
Sejak tanggal 7 Oktober lalu, Israel telah melancarkan perang dahsyat di Gaza, menyebabkan lebih dari 115.000 warga Palestina tewas dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan sekitar 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa anak-anak dan orang tua.
Israel terus melanjutkan perang meskipun banyak korban sipil, dan meskipun Pengadilan Kriminal Internasional bermaksud mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional terhadap Perdana Menterinya, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanannya, Yoav Galant, atas tanggung jawab mereka atas “kejahatan perang” dan "kejahatan terhadap kemanusiaan.”
(oln/khbrn/*)