Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kebijakan AS Terhadap Israel Tidak Berubah Meskipun Terjadi Pembunuhan Massal Warga Sipil di Rafah

Kebijakan Washington terhadap Israel 'tidak berubah' meskipun terjadi pembunuhan massal terhadap warga sipil di Rafah.

Penulis: Muhammad Barir
zoom-in Kebijakan AS Terhadap Israel Tidak Berubah Meskipun Terjadi Pembunuhan Massal Warga Sipil di Rafah
tangkapan layar khaberni
BOM RAFAH- Israel mengebom kamp Rafah, tempat para pengungsi berlindung di tenda-tenda pengungsian. Media Palestina melaporkan, sedikitnya 50 orang terbakar setelah pemboman yang dilakukan militer Israel, dan setidaknya 40 orang tewas dan beberapa lainnya terluka pada Minggu malam akibat pemboman Israel terhadap tenda-tenda di Rafah, kota paling selatan Jalur Gaza. 

Kebijakan AS Terhadap Israel Tidak Berubah Meskipun Terjadi Pembunuhan Massal Warga Sipil di Rafah

TRIBUNNEWS.COM- Kebijakan Washington terhadap Israel 'tidak berubah' meskipun terjadi pembunuhan massal terhadap warga sipil di Rafah.

Analisis para ahli bahan peledak yang dikutip oleh CNN mengungkapkan bahwa bom AS digunakan dalam serangan mematikan Israel di Rafah pada hari Minggu.

AS mengkonfirmasi pada tanggal 28 Mei bahwa serangan Israel baru-baru ini di kota Rafah paling selatan di Gaza, yang telah menewaskan puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, bukan merupakan garis merah dan tidak akan mempengaruhi kebijakan Washington terhadap Tel Aviv.

“Israel mengatakan ini adalah kesalahan yang tragis,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby pada hari Selasa, sebagai tanggapan atas pertanyaan apakah pembantaian terbaru ini merupakan “kematian dan kehancuran” yang telah diperingatkan oleh para pejabat AS akan mengakibatkan terhentinya bantuan militer ke Israel.

AS tidak memiliki “tongkat pengukur atau kuota,” tambah Kirby.

“Kami juga telah mengatakan bahwa kami tidak ingin melihat operasi darat besar-besaran di Rafah yang akan mempersulit Israel untuk menyerang Hamas tanpa menyebabkan kerusakan besar dan berpotensi menimbulkan banyak kematian. Kami belum melihatnya.”

BERITA REKOMENDASI

“Saya yakin itulah yang saya katakan di sini,” katanya ketika menjawab pertanyaan apakah operasi Israel saat ini di Rafah tidak akan mengakibatkan terhambatnya lebih banyak bantuan militer ke Tel Aviv.

Israel mengambil alih perbatasan Rafah pada tanggal 7 Mei dan sejak itu telah mendorong pasukan ke kota tersebut melalui pemboman yang kejam. Presiden AS Joe Biden mengatakan sehari kemudian, pada tanggal 8 Mei, bahwa pemerintahannya tidak akan menyediakan senjata untuk serangan yang diperluas di Rafah atau operasi darat besar-besaran.

Washington telah menghentikan pengiriman senjata ke Israel pada minggu sebelumnya karena kekhawatiran tentang Rafah.

Namun minggu ini, pasukan Israel mendesak lebih jauh ke Rafah, dan warga melaporkan bahwa tank-tank tentara Israel telah mencapai pusat kota pada hari Senin.

Hal ini terjadi setelah setidaknya 40 warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita, tewas dalam serangan udara Israel di tenda kamp pengungsi di daerah Tal al-Sultan Rafah pada hari Minggu.

Pembantaian tersebut menuai kecaman dan memicu protes di seluruh dunia.

Analisis rekaman video dari lokasi pemboman oleh para ahli bahan peledak yang dikutip CNN menyatakan bahwa senjata buatan AS digunakan dalam serangan brutal dan mematikan di Tal al-Sultan.

Menurut para ahli, bom berdiameter kecil GBU-39 buatan AS terlihat di lokasi pemboman, yang lokasinya digeolokasi oleh CNN.

Bom tersebut dibuat oleh Boeing, dan dirancang untuk serangan yang “tepat”.

“Menggunakan amunisi apa pun, bahkan sebesar ini, akan selalu menimbulkan risiko di wilayah padat penduduk,” kata pakar senjata Chris Cobb-Smith kepada CNN.

Israel mengatakan serangannya terhadap Tal al-Sultan menargetkan dua pemimpin Hamas. Mereka mengklaim bahwa gudang amunisi tersembunyi milik kelompok perlawanan mungkin menjadi penyebab kebakaran menyebar ke tenda kamp.

Sejak serangan Tal al-Sultan, Israel melancarkan dua serangan artileri brutal di kamp tenda dekat Rafah, menewaskan sedikitnya 27 warga sipil pada tanggal 28 Mei.

Operasi Israel di Rafah telah membuat sekitar satu juta warga sipil mengungsi, sesuatu yang telah diperingatkan oleh AS sebelum operasi di kota tersebut.

(Sumber: The Cradle)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas