Resmi Dinyatakan Bersalah, Donald Trump jadi Persiden AS Pertama yang Dihukum Pidana
Mantan presiden Amerika Serikat, Donald Trump resmi dinyatakan bersalah atas pemalsuan dokumen untuk menutupi pembayaran kepada bintang porno.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Trump hanya mengacungkan jempol melalui jendela saat iring-iringan mobilnya meninggalkan gedung pengadilan.
Pendukung Trump berdiri di taman di seberang gedung pengadilan bersama dengan jurnalis, polisi, dan penonton.
Jajak pendapat menunjukkan Trump dan Biden bersaing ketat.
Dari survei yang dilakukan Reuters/Ipsos menunjukkan bahwa putusan bersalah dapat membuat Trump kehilangan dukungan di kalangan pemilih independen dan Partai Republik.
Apa yang Buat Trump Yakin Tak Bersalah?
Baca juga: Apakah Trump masih bisa mencalonkan diri sebagai presiden dengan status terpidana?
Seorang jajak pendapat yang bekerja bersama Presiden Partai Demokrat Bill Clinton dan Wali Kota New York Michael Bloomberg, Doug Schoen mengungkapkan para pemilih di AS merasa kurang yakin dengan kasus yang menjerat Trump.
Schoen mengatakan, kasus tersebut berkaitan dengan peristiwa yang terjadi delapan tahun lalu.
"Meskipun dihukum karena kejahatan bukanlah suatu hal yang baik, apa yang akan dipikirkan para pemilih pada bulan November adalah inflasi, perbatasan selatan, persaingan dengan Tiongkok dan Rusia dan uang yang dibelanjakan untuk Israel dan Ukraina," kata Schoen, dikutip dari BBC.
Meski begitu, sedikit saja penurunan dukungan terhadap Trump mungkin sudah cukup untuk menentukan persaingan yang sangat tipis dalam pemilihan presiden ini.
Jika ribuan pemilih yang seharusnya mendukung mantan presiden tersebut tetap tinggal di negara bagian penting seperti Wisconsin atau Pennsylvania, hal ini akan membawa perbedaan besar.
Baca juga: Donald Trump Diputus Bersalah, Jadi Mantan Presiden AS Pertama yang Terancam Masuk Bui
"Saya pikir hal ini akan berdampak dan merugikannya sebagai kandidat," kata salah satu pendiri Republican Women for Progress, Ariel Hill-Davis.
Perlu diketahui, Republican Women for Progress merupakan sebuah kelompok yang berupaya menjauhkan partai tersebut dari Trump.
Ariel Hill-Davis mengatakan para pemilih muda dan mereka yang berpendidikan perguruan tinggi dan tinggal di pinggiran kota merasa khawatir dengan sikap Trump dan pendekatannya terhadap pemerintahan.
"Para pemilih tersebut sangat ragu untuk kembali sejalan dengan Partai Republik yang dipimpin oleh Donald Trump," ucapnya.
"Putusan bersalah akan semakin memperkuat kekhawatiran tersebut," lanjutnya.