Lagi, Serangan Udara Israel Tewaskan 19 Orang di Gaza ketika Upaya Gencatan Senjata Digencarkan
Israel lagi-lagi melakukan serangan udara dan penembakan di Gaza tengah dan selatan yang menewaskan 19 warga Palestina.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Israel kembali melakukan serangan udara dan penembakan di Gaza tengah dan selatan pada Selasa (4/6/2024).
Atas serangan Israel tersebut, sebanyak 19 orang warga Gaza dilaporkan tewas.
Termasuk dua polisi yang tengah melindungi pengiriman bantuan kemanusiaan di Kota Rafah, Gaza selatan.
Sebanyak 17 orang dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi al-Bureij dan al-Maghazi serta kota Deir-al-Balah di Gaza tengah.
Sementara pada Selasa malam tank-tank menembaki sebuah wilayah di sebelah timur Gaza.
Beberapa orang mengatakan kepada Reuters bahwa dorongan militer Israel yang baru menimbulkan kepanikan, dengan beberapa keluarga yang tinggal di al-Maghazi mulai melarikan diri di bawah tembakan tank.
Dalam pernyataan singkat yang dikeluarkan pada hari sebelumnya, militer Israel mengatakan jet-jet tempurnya menyerang sasaran militan Hamas di Gaza tengah.
Sementara pasukan darat beroperasi “secara terfokus dengan bimbingan intelijen” di wilayah al-Bureij.
Biden: Netanyahu Perpanjang Perang demi Keuntungan Politik
Presiden AS, Joe Biden beranggapan ada “alasan yang kuat” untuk menarik kesimpulan bahwa PM Israel Benjamin Netanyahu memperpanjang perang di Gaza.
Biden beranggapan bahwa alasan Netanyahu perpanjang perang di Gaza karena demi kepentingan politiknya sendiri.
Baca juga: Hizbullah Siap Perang Habis-habisan Lawan Zionis Israel: Kami akan Melawan jika Dipaksakan
Pernyataan Biden mengenai perdana menteri Israel tersebut dalam sebuah wawancara dengan majalah Time yang diterbitkan pada Selasa pagi.
Pernyataan Biden ini mendapat tanggapan tajam dari pemerintah Israel, yang menuduh Presiden AS tersebut menyimpang dari norma-norma diplomatik.
Popularitas Netanyahu anjlok setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, yang mengungkap kelemahan serius dalam keamanan Israel.
Sebagian besar pengamat politik mengatakan Netanyahu akan kalah dalam pemilu jika diadakan sekarang, dan akan dipaksa menjadi oposisi, menghadapi sidang pengadilan atas tuduhan korupsi.
Namun pemilihan umum ditunda sampai perang usai, atau setidaknya sampai operasi militer besar-besaran dianggap telah selesai.
Melansir The Guardian melalui Time, saat Biden ditanya apakah dirinya yakin Netanyahu memperpanjang perang demi mempertahankan diri politiknya sendiri.
"Saya tidak akan mengomentari hal itu," kata Biden singkat.
"Ada banyak alasan bagi orang-orang untuk menarik kesimpulan tersebut," lanjutnya.
Dia membahas beberapa masalah politik internal yang dihadapi Netanyahu sebelum perang.
Baca juga: Israel Telah Jatuhkan 70 Ribu Ton Bom di Gaza, Melebihi Jumlah Bom saat Perang Dunia II
Ketika ditanya apakah dia ingin mengklarifikasi tanggapan Biden, juru bicara dewan keamanan nasional AS, John Kirby mengatakan apa yang disampaikan Presiden sudah sangat jelas apa jawabannya.
"Kami akan membiarkan Perdana Menteri berbicara mengenai politiknya sendiri. Presiden merujuk pada apa yang dikatakan banyak kritikus," kata Kirby.
Sebagai tanggapan, juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, mengatakan pernyataan Biden tentang Netanyahu dan politik Israel “di luar norma diplomatik setiap negara yang berpikiran benar”.
Selama wawancara luas di Time, Biden juga ditanyai tentang tuduhan, yang sedang diselidiki oleh pengadilan pidana internasional (ICC) dan pengadilan internasional (ICJ), bahwa Israel melakukan kejahatan perang di Gaza.
Presiden Biden malah memberikan tanggapan yang ambivalen.
Baca juga: Houthi Yaman Berhasil Bobol Iron Dome Zionis, Situs Militer Israel di Eilat jadi Sasaran Rudal
"Jawabannya tidak pasti dan sudah diselidiki oleh pihak Israel sendiri," ucap Biden.
"ICC adalah sesuatu yang tidak kami akui. Namun satu hal yang pasti: masyarakat di Gaza, Palestina, sangat menderita karena kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan lain-lain. Dan banyak orang tak berdosa yang terbunuh," lanjutnya.
Biden menekankan bahwa Hamas juga bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Israel dan Gaza.
Ditanya secara spesifik apakah Israel menggunakan “kelaparan warga sipil sebagai metode peperangan”, tuduhan yang diajukan oleh jaksa ICC, Karim Khan.
"Tidak, menurut saya tidak demikian," jawab Biden.
"Saya pikir mereka terlibat dalam aktivitas yang tidak pantas," tambahnya.
Biden mengatakan ketika dia mengunjungi Israel setelah serangan 7 Oktober, dia mengatakan kepada pemerintahan Netanyahu bahwa jangan terulang lagi kesalahan seperti AS mengejar Osama bin Laden.
"Gagasan untuk menduduki Afghanistan, gagasan bahwa Anda memiliki persenjataan nuklir di Irak, itu… tidaklah benar. Dan hal ini menyebabkan perang tanpa akhir. Jangan membuat kesalahan yang kami buat," tegasnya.
Baca juga: Ahli: Hamas Masih Kuat di Wilayah yang Disebut Sudah Dibersihkan oleh Israel
Namun Biden menyimpulkan dengan mengatakan bahwa Israel memang “melakukan kesalahan itu”.
Pada Selasa malam, Biden tampaknya melunakkan kritiknya terhadap Netanyahu.
Ketika ditanya apakah Netanyahu “bermain politik dengan perang”, Biden berkata:
"Saya kira tidak. Dia sedang berusaha mengatasi masalah serius yang dia hadapi," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.