Menlu RI Ungkap Indikasi PM Israel Benjamin Netanyahu Mau Habisi Rakyat Palestina
Pernyataan ini disampaikan Retno dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu (5/6/2024).
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) mengungkap adanya indikasi bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memang hendak menghabisi warga Palestina.
Pernyataan ini disampaikan Retno dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu (5/6/2024).
Dalam paparannya di ruang rapat, Retno mengatakan bahwa Israel saat ini terus mencoba menihilkan pengungsi Palestina.
Benjamin Netanyahu, kata Retno, dalam beberapa kesempatan juga ingin menihilkan konsep solusi dua negara atau two-state solution guna mengatasi konflik Israel dan Palestina.
“Artinya Palestina memang akan terus dihabisi. Hak Palestina untuk memiliki negara secara sistematis berusaha dihilangkan oleh Israel,” kata Retno.
Retno juga menyampaikan bahwa situasi di Rafah, kota sebelah selatan Jalur Gaza Palestina, yang saat ini menjadi lokasi pengungsian warga Palestina, semakin memburuk.
Baca juga: Korban Tewas di Gaza Meningkat, Setidaknya Nyawa 36.586 Warga Palestina Direnggut Israel
Pasalnya militer Israel menargetkan serangan mereka ke kamp-kamp pengungsian di Rafah.
Retno juga membenarkan pernyataan Menteri Pertahanan (Menhan) yang juga presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto bahwa Indonesia siap mengevakuasi 1.000 warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel, untuk dirawat di Rumah Sakit Indonesia.
Perihal ini, Retno mengatakan upaya-upaya tersebut memang sedang disiapkan.
Proses persiapan juga sudah berjalan namun eksekusi rencana itu memang membutuhkan waktu.
"Ya ini kan intinya sedang dipersiapkan semua," ujarnya.
Misalnya mencari solusi untuk mengeluarkan warga Palestina yang terluka keluar dari Gaza.
"Persiapan-persiapan seperti itu kan biasanya memerlukan waktu yang lama karena pertanyaan pertama bagaimana mereka bisa keluar dari Gaza dan sebagainya," tuturnya.