Dulu Sesumbar Israel Kalahkan Palestina dalam Waktu Sebulan, Benny Gantz Kini Diisukan Bakal Mundur
Gembar-gembor Gantz terkait rencana kemenangan Israel dalam sebulan itu terbukti omong kosong belaka saat diterapkan di dunia nyata.
Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pepatah "Mulutmu Harimaumu" tampaknya bisa disematkan pada anggota Kabinet Perang Israel, Benny Gantz.
Dikutip Tribunnews dari Anadolu Ajansi, Gantz dikabarkan akan mengundurkan diri dari pemerintahan darurat pada hari Sabtu (7/6/2024), menyusul berakhirnya batas waktu terkait klaim yang ia sampaikan pada bulan Mei lalu.
Seperi yang diketahui sebelumnya, Benny Ganyz sempat sesumbar bahwa dirinya telah mengembangkan rencana yang jelas untuk membantau Israel mencapai kemenangan atas Hamas di Jalur Gaza hanya dalam kurun waktu satu bulan.
Rumor mundurnya anggota Kabinet Perang ini santer diberitakan setelah media penyiaran publik milik Israel, KAN mengabarkan bahwa pengunduran diri Gantz akan segera diumumkan karena rumusan rencananya gagal.
Terlebih lagi gembar-gembor Gantz terkait rencana kemenangan Israel dalam sebulan itu terbukti omong kosong belaka saat diterapkan di dunia nyata.
Keputusan mundur ini tetap diambil meskipun adanya tekanan dari AS, yang menganggapnya sebagai salah satu "mitra dekat" dalam kabinet perang Israel.
Sebelumnya, AS bahkan dikabarkan telah mendorongnya untuk tetap bertahan di jabatan.
Keluarga para sandera Israel di Gaza sebelumnya juga mendesak agar Gantz tidak mengundurkan diri sampai kesepakatan pertukaran tahanan dicapai dengan Hamas.
Sementara itu, Kabinet perang Israel yang dikomando Netanyahu dikabarkan telah menjadwalkan diskusi antar menteri pada hari Minggu (9/6/2024) untuk membahas nasib Gantz tepat sehari setelah batas waktu "kemenangan Israel" yang ditetapkan sendiri olehnya, tambah KAN.
Gantz, yang bergabung dengan pemerintahan darurat Israel pada 11 Oktober 2023 lalu pernah memberikan ultimatum keras kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada 18 Mei 2024.
Pada saat itu ia mengaku telah mengembangkan rencana yang komprehensif agar Israel menang melawan Palestina di Jalur Gaza sebelum tanggal 8 Juni, atau dia akan mengundurkan diri.
Baca juga: Hizbullah Rilis Video Peluncuran Rudal ke Ramot Naftali Israel, Klaim Sukses Kenai Iron Dome
KAN mencatat bahwa rencana yang diusulkan oleh Gantz meliputi beberapa elemen kunci
Prioritas pertama adalah operasi pemulangan sandera asal Israel dari Gaza.
Setelahnya Gantz memiliki beberapa rencana lanjutan untuk menggoyahkan pemerintahan Hamas, membekukan distribusi senjata di Jalur Gaza, dan mendirikan koalisi Eropa-Arab untuk mengelola wilayah tersebut
Gantz bahkan sempat sesumbar bahwa penduduk di utara Israel bisa kembali ke rumah mereka setelah perang tersebut usai, dan nantinya wajib militer secara universal bakal diterapkan bagi semua warganya setelah mereka menumbangkan Palestina.
Hingga berita ini diturunkan, tampaknya rencana Gantz tersebut bak isapan jempol belaka.
Hingga kini Israel masih terus melanjutkan serangan brutalnya terhadap Gaza tanpa ada indikasi untuk berhenti meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Posisi Israel di mata dunia pun kian tersudut setelah pemerintahan Benjamin Netanyahu dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ)
Dalam putusan terbarunya, ICJ bahkan memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diinvasi pada 6 Mei.
Menurut otoritas kesehatan lokal, sejak agresi dilakukan Israel, sekitar 36.600 warga Palestina telah tewas di Gaza, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 83.000 lainnya terluka.
(Tribunnews.com/Bobby)