Arab Saudi Usir 300 Ribu Jemaah Haji Ilegal dari Mekah
Pasukan Keamanan Arab Saudi mengusir lebih dari 300.000 'Tamu Allah' ilegal dari Mekah, jelang ibadah Haji yang dimulai minggu depan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Keamanan Arab Saudi mengusir lebih dari 300.000 jemaah haji ilegal dari Mekah, jelang puncak ibadah haji yang dimulai minggu depan.
Dikutip dari Al Arabiya, jemaah yang ditolak dalam beberapa hari terakhir termasuk 153.998 orang asing, yang melakukan ibadah haji dengan visa turis, bukan visa haji.
Selain itu, pejabat Saudi Press Agency (SPA) mengatakan, pihak berwenang Saudi telah menangkap 171.587 orang lainnya yang tinggal di Arab Saudi, tetapi bukan penduduk Mekah dan tidak memiliki izin haji.
Diketahui, ibadah haji yang dimulai pada 14 Juni 2024 wajib dilakukan minimal satu kali oleh seluruh umat Islam yang mampu.
Ibadah ini melibatkan serangkaian kegiatan yang diselesaikan selama empat hari di Mekah dan sekitarnya di sebelah barat Arab Saudi.
Sayangnya, banyak orang yang berhaji melalui jalur tidak resmi karena mendapatkan izin resmi. Selain itu, paket perjalanan haji sangat mahal.
Apalagi kuota terbatas untuk jemaah haji dari setiap negara.
Lebih dari 1,3 juta jemaah haji terdaftar telah tiba di Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji, kata otoritas regional Mekkah di X, dikutip dari AFP.
Menteri Haji Arab Saudi Larang Slogan-slogan Terkait Gaza di Mekah
Di sisi lain, Menteri Haji Arab Saudi, Tawfiq Al-Rabiah melarang slogan-slogan bermuatan politik di Mekah selama ibadah Haji, Kamis (6/6/2024).
Baca juga: Kemenag Ingatkan Ibadah Haji Tidak Sah Bila Jemaah Tinggalkan Rukun Haji
"Haji adalah untuk ibadah, bukan untuk slogan-slogan politik apapun," jawabnya, ketika ditanya wartawan terkait aturan dan tindakan hukum mengenai hal ini, dikutip dari Middle East Eye.
"Inilah yang sedang diupayakan oleh para pemimpin Kerajaan, memastikan haji benar-benar mewujudkan tingkat ketaatan, ketenangan, dan spiritualistas tinggi," tambahnya.
Buntutnya, al-Rabiah panen hujatan netizen.
Banyak yang mempertanyakan kata-kata yang ambigu dalam pernyataan tersebut.
"Islam adalah cara hidup. Tidak ada perbedaan antara bagian politik dan ibadah dalam Islam," kata seorang pengguna.
Yang lain menyoroti bahwa haji adalah waktu untuk merefleksikan esensi menjadi seorang Muslim, termasuk “bertindak melawan penindasan”.
“Dengan terjadinya bencana besar di Gaza, diamnya rezim Saudi adalah hal yang menjijikkan bagi umat manusia, apalagi umat Islam,” kata salah satu pengguna.
Beberapa orang menyoroti apa yang mereka anggap sebagai standar ganda dalam instruksi dari otoritas Saudi.
Di antara kritik tersebut, analis politik Sami Hamdi mempertanyakan pernyataan Rabiah.
"Apa maksudnya? Jangan membahas genosida di Gaza saat Anda berada di Rumah Allah?" tanyanya.
Baca juga: Raja Salman Undang 1.000 Keluarga Korban Perang di Gaza untuk Ibadah Haji Gratis
Perang Israel yang menghancurkan di Gaza telah menuai kecaman dari umat Islam di seluruh dunia.
Akan tetapi, protes untuk menunjukkan solidaritas untuk Gaza adalah tindakan ilegal di Arab Saudi.
Pemerintah juga menekan sebagian besar kebebasan berekspresi.
Para imam Saudi yang pro-pemerintah telah berdoa secara terbuka untuk Gaza dan Palestina dalam khotbah Jumat mingguan sejak bulan Oktober.
Arab Saudi belum secara resmi mengakui Israel sejak negara tersebut didirikan pada 1948.
Kerajaan ini telah menjadi penentang dan pengkritik keras sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)