Netanyahu Tuduh Joe Biden Tunda Pengiriman Bom Berat ke Israel, Langsung Dibantah Menlu AS
Netanyahu menuduh Presiden AS Joe Biden telah menunda pengiriman bom berat tertentu ke Israel.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengklaim Amerika Serikat (AS) menahan senjata yang diperlukan untuk perang di Gaza.
Benjamin Netanyahu menuduh Presiden AS Joe Biden telah menunda pengiriman bom berat tertentu ke Israel sejak Mei 2024.
Penundaan itu disebut Netanyahu karena kekhawatiran akan pembunuhan warga sipil di Gaza.
Dalam sebuah video yang dirilis pada Selasa (18/6/2024), Netanyahu menyiratkan bahwa penundaan tersebut memperlambat serangan Israel di Kota Rafah di Gaza selatan.
Tanggapan AS
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, bom seberat 2.000 pon tersebut adalah satu-satunya senjata yang sedang ditinjau.
“Segala sesuatunya berjalan seperti biasanya," ujarnya kepada wartawan, Selasa, dilansir AP News.
Sebelumnya, Antony Blinken dilaporkan berjanji kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa Washington akan menghapus semua pembatasan transfer senjata ke Israel dalam beberapa hari mendatang.
Sebuah laporan tanpa sumber – yang diterbitkan pada Senin (17/6/2024) dalam bahasa Ibrani oleh Channel 12 dan dalam bahasa Jerman oleh harian Bild – mengatakan, dalam pertemuan mereka pekan lalu di Yerusalem, Netanyahu menuntut agar frekuensi pengiriman senjata AS kembali ke tingkat yang sama segera setelah tanggal 7 Oktober.
Meskipun banyak bantuan militer yang diberikan AS pada awal perang, situasi kini telah berbalik.
Diberitakan The Times of Israel, Netanyahu dilaporkan mengeluh, dan AS dalam praktiknya telah menghentikan dukungan militernya kepada sekutunya dalam perang melawan Hamas.
Baca juga: Usai Diintai Hizbullah di Haifa Tanpa Ketahuan, Israel Setuju Serang Lebanon
Netanyahu juga dilaporkan berargumentasi bahwa lambatnya pemberian bantuan akan berdampak pada Iran dan proksinya di wilayah tersebut, termasuk Hamas dan Hizbullah.
Sehingga, memperluas perang dan meningkatkan risiko meluasnya perang ke bidang-bidang baru.
Setelah janji Blinken, Netanyahu mengatakan kepada Menteri Pertahanan Yoav Gallant, Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, dan Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi, untuk memastikan dalam pertemuan mereka mendatang dengan para pejabat AS di Washington, bahwa transfer senjata telah sepenuhnya pulih.
Sebagai informasi, dengan serangan Israel yang kini memasuki bulan kesembilan, kecaman internasional terus meningkat atas dukungan AS terhadap kampanye udara dan darat Israel di Gaza.
Pengadilan tinggi PBB menyimpulkan ada "risiko genosida yang masuk akal” di Gaza.
Namun, Israel malah menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil.
Israel mengklaim militan Hamas beroperasi di tengah-tengah penduduk.
Update Perang Israel-Hamas
Dikutip dari Al Jazeera, para pejabat Gaza menuntut Israel membebaskan 310 petugas kesehatan yang “menjadi sasaran penyiksaan” dan menyerukan penyelidikan internasional “untuk mengungkap nasib” puluhan petugas kesehatan Palestina yang menurut mereka telah “diculik” oleh pasukan Israel dari fasilitas kesehatan Gaza.
Seruan tersebut muncul di tengah laporan bahwa Dr Iyad al-Rantisi (53), kepala bagian wanita Rumah Sakit Kamal Adwan di kota Beit Lahiya, Gaza utara, meninggal saat diinterogasi di sebuah penjara Israel pada bulan November.
Baca juga: Israel Kebobolan, Drone Hizbullah Sukses Intai Situs Militer di Haifa
Terjadi “kemunduran drastis” aliran bantuan ke selatan Gaza dalam beberapa pekan terakhir, menyebabkan kepanikan dan kelaparan, kata juru bicara PBB Farhan Haq.
Tentara Israel mengatakan rencana operasional untuk serangan di Lebanon telah disetujui ketika utusan AS Amos Hochstein mengakhiri kunjungan ke Beirut yang bertujuan meredakan ketegangan antara Israel dan Hizbullah.
Setidaknya 37.372 orang telah tewas dan 85.452 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan yang dipimpin Hamas mencapai 1.139 orang, dengan puluhan orang masih ditawan di Gaza.
(Tribunnews.com/Nuryanti)