Vladimir Putin Temui Sohibnya Kim Jong Un di Pyongyang, Ini Yang Akan Mereka Bicarakan
Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya sampai di Pyongyang untuk menemui pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya sampai di Pyongyang untuk menemui pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pada Selasa (19/6/2024) malam.
Pemimpin Korut itu secara khusus menjemput sendiri sohibnya yang diketahui jarang melakukan perjalanan keluar negeri.
Ini menjadi kunjungan pertama kali Putin ke negeri di semenanjung Korea tersebut sejak 2000. Saat itu Putin menemui Kim Jong-il pemimpin Korut saat itu yang juga ayah dari KimJong Un.
Baca juga: Tiga alasan mengapa Vladimir Putin akan bertemu Kim Jong Un di Korea Utara
Media asal Moskow, Russia Today mengabarkan bahwa, kedua pemimpin negara tersebut akan membicarakan sejumlah isu penting dan menandatangani kerjasama dua negara.
Delegasi Rusia terdiri dari sejumlah pejabat tinggi, termasuk Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, Wakil Perdana Menteri Pertama Denis Manturov, Menteri Pertahanan Andrey Belousov, Menteri Kesehatan Mikhail Murashko, dan Menteri Transportasi Roman Starovoyt, serta kepala Roscosmos Yuri Borisov, dan kepala perusahaan kereta api Rusia, Oleg Belozyorov.
Di bandara, ia disambut oleh delegasi pejabat Korea Utara, serta plakat yang memuji persahabatan antara kedua negara, sementara jalan menuju bandara dipenuhi dengan bendera Rusia dan potret Putin.
Putin dan Kim akan menandatangani sejumlah dokumen bilateral, dan pemimpin Rusia tersebut sebelumnya telah mengesahkan penandatanganan Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif dengan Korea Utara, yang menguraikan “prospek kerja sama lebih lanjut” antara Moskow dan Pyongyang.
Sebelumnya, pemimpin Korut tersebut melakukan perjalanan ke Timur Jauh Rusia pada September lalu, dengan kunjungan yang berfokus pada kerja sama militer dan ekonomi.
Menjelang kunjungannya, Putin mengatakan Rusia secara konsisten mendukung Korea Utara dalam “perjuangan panjang melawan musuh yang berbahaya, berbahaya dan agresif,” mengacu pada negara-negara Barat.
Kremlin juga memuji dukungan vokal Korea Utara terhadap Rusia dalam konflik Ukraina, dan menyatakan bahwa Pyongyang “memahami alasan sebenarnya dan esensi” dari krisis tersebut.