Hotel Tempat Menginap Yoav Gallant di Washington Dikepung Para Aktivis AS, Teriakkan Ini Saat Demo
Menteri Perang Israel, Yoav Gallant sedang berada di Washington Amerika Serikat. Keberadaannya di Washington langsung dideteksi oleh para aktivis.
Penulis: Muhammad Barir
Hotel Tempat Menginap Yoav Gallant di Washington Dikepung Para Aktivis, Berdemo Teriakkan Ini
TRIBUNNEWS.COM- Menteri Perang Israel, Yoav Gallant sedang berada di Washington Amerika Serikat.
Keberadaannya di Washington langsung dideteksi oleh para aktivis, mereka langsung menggelar demonstrasi di dekat hotel tempat menginap rombongan Yoav Gallant.
Meski sebelumnya, hotel tempat menginap rombongan Yoav Gallant dirahasiakan.
Para pendukung pro-Palestina di Washington DC berunjuk rasa di luar The Willard Hotel, tempat menginap penjahat perang Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant selama kunjungannya ke Amerika Serikat.
Aktivis pro-Palestina melakukan aksi di dalam Willard Hotel di Washington, DC untuk mengutuk kedatangan penjahat perang Israel Yoav Gallant.
Mereka meneriakkan yel-yel menentang Genosida oleh Israel di Gaza.
"KAMU TIDAK BISA MENYEMBUNYIKAN, KAMU MELAKUKAN GENOSIDA!" tulis salah seorang netizen di X.
“Pembunuh massal ini, Yoav Gallant, membunuh anak-anak dari dalam gedung ini. Malu di hotel ini. Willard Hotel telah memilih untuk memberikan perlindungan, persembunyian, dan kenyamanan bagi seorang pembunuh massal anak-anak. Tidak tahu malu!" tulis yang lainnya.
"Washington DC memprotes Yoav Gallant sekarang, FreePalestine" tulis yang lainnya lagi.
"Aktivis anti-Israel menyerbu Hotel Willard di Washington DC untuk memprotes hotel yang menampung Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant".
"Para aktivis menyerbu masuk ke hotel sambil mengibarkan bendera Palestina dan menyebut Gallant sebagai arsitek utama genosida di Gaza.”
Yoav Gallant Berbicara Tentang Fase Ketiga Perang Gaza
Menteri perang Israel, Yoav Gallant berbicara tentang 'fase ketiga' perang Gaza selama kunjungan ke Washington.
Para perencana Israel telah menyatakan bahwa mereka ingin memindahkan pasukan dari Gaza untuk fokus pada kemungkinan perang habis-habisan dengan Lebanon.