Pejabat Israel Ancam Pakai Senjata 'Kiamat' jika Digeruduk Iran Cs, Pamer Dibantu AS
Pejabat Israel ancam pakai senjata 'Hari Kiamat' jika digeruduk Iran Cs. Pejabat itu pamer Israel dibantu intelijen AS, Inggris, Jerman.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Dewan Pekerja Industri Penerbangan Israel, Yair Katz, mengatakan Israel memiliki senjata 'kiamat' jika Iran bersama milisi Yaman, Suriah, Irak dan negara-negara Timur Tengah memutuskan untuk menyerang Israel.
Menurutnya, senjata 'kiamat' tersebut dapat mengakhiri perang dengan cepat dan mematikan.
“Kami memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata kiamat," kata Yair Katz, Sabtu (29/6/2024).
Menurut Israel News, perusahaan tempat Yair Katz bekerja adalah industri yang memproduksi rudal Jericho yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Para pengamat percaya yang dimaksud Yair Katz dengan senjata kiamat adalah penggunaan senjata nuklir.
Dalam pernyataannya, Yair Katz menekankan pentingnya memahami risiko yang ada dan menegaskan sekutu Israel akan memberikan bantuan.
“Koalisi yang didirikan Tel Aviv (Israel) sangatlah penting... Amerika, Inggris, dan Jerman membantu kami dalam aspek intelijen membuat kami menghadapi bahaya, bahkan ketika kami memiliki sarana untuk mengidentifikasi ancaman-ancaman ini," kata Yair Katz, dikutip dari Al Jazeera.
Yair Katz juga membicarakan tentang serangan balasan Iran pada Sabtu (13/4/2023), dengan meluncurkan serangan langsung ke situs-situs militer Israel menggunakan lebih dari 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 110 rudal balistik dari wilayah Iran, melintasi Yordania.
Serangan itu adalah balasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada Senin (1/4/2024) yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran (IRGC), termasuk komandan IRGC, Brigjen Mohammad Reza Zahedi.
"Kami telah melihat bagaimana mereka (sekutu) tahu dan membantu kami dengan (serangan balasan) Iran," lanjutnya.
Yair Katz mengatakan Israel sudah mengantisipasi serangan balasan tersebut.
Baca juga: Iran Lancarkan Agresi Militer Skala Penuh Jika Israel Benar-benar Perangi Hizbullah di Lebanon
“Para insinyur dan pekerja kami telah mempersiapkan skenario ini selama beberapa minggu. Pada hari Sabtu yang sama ketika kami diberitahu bahwa Iran telah melancarkan serangan, sebagian besar dari kami hanya melakukan serangan tersebut pergi tidur, dan pencapaian terbesar dalam industri penerbangan adalah kita semua bangun di pagi hari," katanya.
"Ini normal seperti hari-hari lainnya," tambahnya.
Ia mengingat kata-kata CEO industri penerbangan Israel yang bangga telah menyelamatkan pendudukan Israel di Palestina setelah mendapat serangan balasan dari Iran.
“Saya tidak akan pernah melupakan kata-kata CEO industri penerbangan pada jam tiga pagi, setelah kami menyadari bahwa kami telah berhasil mengatasi peristiwa ini,” kata Yair Katz mengulang perkataan CEO tersebut.
"Saya telah bekerja selama tiga puluh tahun hingga malam ini.. Kami bahagia telah menyelamatkan Israel di hari kemerdekaan," tambahnya.
Israel dan sekutunya, AS, yakin Iran melalui Pasukan Quds, membantu dan mendanai kelompok-kelompok perlawanan seperti Hizbullah Lebanon, Perlawanan Islam Irak, Houthi Yaman, hingga milisi Suriah untuk melawan Israel dan kepentingan AS, serta mempertahankan pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.834 jiwa dan 86.858 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (29/6/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.