Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masoud Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Iran, Media Israel Sebut Tokoh Moderat

Masoud Pezeshkian terpilih jadi Presiden Republik Islam Iran dalam pemilu putaran dua yang baru saja selesai digelar, Jumat (5/7/2024) waktu setempat.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Masoud Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Iran, Media Israel Sebut Tokoh Moderat
Dokumen Anadolu Ajansi
Masoud Pezeshkian menyalurkan suara dalam pemilihan Presiden Iran yang digelar Jumat (28/6/2024) 

Video di media sosial menunjukkan para pendukung Pezeshkian menari di jalan-jalan di banyak kota di seluruh negeri dan pengendara membunyikan klakson mobil untuk bersorak atas kemenangannya.

  • Masoud Pezeshkian yang beraliran tengah telah memenangkan putaran kedua pemilihan presiden Iran melawan Saeed Jalili yang beraliran konservatif garis keras
  • Penghitungan suara resmi menempatkan Pezeshkian sebagai pemenang dengan 16,3 juta surat suara dan Jalili 13,5 juta.
  • Menurut angka resmi, jumlah pemilih pada putaran kedua mencapai 49,8 persen.
  • Pemilu awalnya dijadwalkan pada tahun 2025 tetapi dimajukan setelah meninggalnya Presiden Ebrahim Raisi, yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei.

TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Masoud Pezeshkian terpilih jadi Presiden Republik Islam Iran dalam pemilu putaran dua yang baru saja selesai digelar, Jumat (5/7/2024) waktu setempat.

"Jumlah pemilih dalam putaran kedua mencapai 49,8 persen dari sekitar 61 juta warga Iran yang memenuhi syarat memberikan suaranya," menurut juru bicara otoritas pemilu Mohsen Eslami.

Pada putaran pertama tanggal 28 Juni, jumlah pemilih hanya 40 persen, rekor terendah sejak revolusi negara itu tahun 1979.

Pezeshkian memperoleh 53,7 persen suara atau 16,3 juta menurut hitungan resmi.

Sementara rivalnya Saeed Jalili menerima 44,3 persen atau 13,5 juta suara.

“Dengan memperoleh suara terbanyak yang diberikan pada hari Jumat, Pezeshkian telah menjadi presiden Iran berikutnya,” kata Kementerian Dalam Negeri.

Baca juga: Iran Gelar Pilpres Putaran Kedua, Pertarungan Masoud Pezeshkian VS Saeed Jalili

BERITA REKOMENDASI

Kandidat calon presiden Iran diikuti dua orang yakni Masoud Pezeshkian  anggota parlemen yang tidak menonjolkan diri  dan disebut tokoh moderat.

Serta lawannya mantan negosiator nuklir garis keras Saeed Jalili, seorang pendukung setia Rusia dan Cina.

Tokoh Moderat

Media Israel JerussalemPost dan Times of Israel menyebut Pezeshkian adalah tokoh moderat.

Pezeshkian adalah orang-orang mapan yang setia pada teokrasi Iran.

Sementara  Jalili dikenal anti-Barat akan menandakan kemungkinan kebijakan dalam negeri yang lebih otoriter dan kebijakan luar negeri yang antagonis.

Kemenangan Pezeshkian dapat mendorong kebijakan luar negeri yang pragmatis, meredakan ketegangan atas negosiasi yang kini terhenti dengan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, dan meningkatkan prospek liberalisasi sosial dan pluralisme politik.

Namun, banyak pemilih yang skeptis terhadap kemampuan Pezeshkian untuk memenuhi janji kampanyenya karena mantan menteri kesehatan tersebut telah menyatakan secara terbuka bahwa ia tidak berniat untuk berkonfrontasi dengan elite kekuasaan Iran yang terdiri dari para ulama dan pejabat keamanan garis keras.

"Saya tidak memilih minggu lalu, tetapi hari ini saya memilih Pezeshkian. Saya tahu Pezeshkian akan menjadi presiden yang tidak berdaya, tetapi dia tetap lebih baik daripada seorang garis keras," kata Afarin, 37 tahun, pemilik salon kecantikan di pusat kota Isfahan.

Dua capres yang bertarung, yaitu tokoh moderat Masoud Pezeshkian melawan sosok garis keras Saeed Jalili. Laporan televisi nasional Iran melaporkan, TPS di Iran dibuka pada pukul 08.00 waktu setempat. Sedangkan penutupan TPS pada pukul 18.00.
Dua capres yang bertarung, yaitu tokoh moderat Masoud Pezeshkian melawan sosok garis keras Saeed Jalili. Laporan televisi nasional Iran melaporkan, TPS di Iran dibuka pada pukul 08.00 waktu setempat. Sedangkan penutupan TPS pada pukul 18.00. (CNN)

Banyak warga Iran memiliki kenangan menyakitkan tentang penanganan kerusuhan nasional yang dipicu oleh kematian wanita muda Kurdi Iran, Mahsa Amini, dalam tahanan pada tahun 2022, yang dipadamkan oleh tindakan keras negara yang melibatkan penahanan massal dan bahkan eksekusi.

Pemilu ini bertepatan dengan meningkatnya ketegangan Timur Tengah akibat perang antara Israel dan sekutu Iran, Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon  serta meningkatnya tekanan Barat terhadap Iran atas program pengayaan uraniumnya yang maju pesat.

Presiden berikutnya diperkirakan tidak akan menghasilkan perubahan kebijakan besar apa pun terkait program nuklir atau perubahan dukungan terhadap kelompok milisi di Timur Tengah, tetapi ia menjalankan pemerintahan sehari-hari dan dapat memengaruhi nada kebijakan dalam dan luar negeri Iran.

Sumber: Al Jazeera/Al Arabiyah/JPost

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas