Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Revolusi Hamas Rekrut Ribuan Pejuang Perangi Israel di Gaza, Brigade Qassam Ramu Bahan Ledak

Hamas mengatakan telah merekrut ribuan pejuang baru untuk memerangi Israel, Brogade Qassam juga ramu bahan ledak hingga daur ulang sisa perang

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Revolusi Hamas Rekrut Ribuan Pejuang Perangi Israel di Gaza, Brigade Qassam Ramu Bahan Ledak
Wikimedia Commons/Fars Media Corporation.
Perayaan ulang tahun Hamas oleh rakyat Palestina. Hamas mengatakan telah merekrut ribuan pejuang baru untuk memerangi Israel, Brogade Qassam juga ramu bahan ledak hingga daur ulang sisa perang 

TRIBUNNEWS.COM - Hamas mengatakan telah merekrut ribuan pejuang baru untuk memerangi Israel.

Selain itu, Hamas juga disebut telah meningkatkan kemampuan militernya di tengah serangan mematikan Israel pada daerah agresi militer Gaza.

"Kami berhasil merekrut ribuan pejuang baru selama perang, merehabilitasi kemampuan penting, menyiapkan penyergapan, memproduksi bahan peledak dan peluru, serta mendaur ulang sisa-sisa musuh Israel," kata Abu Ubaida, juru bicara Brigade Qassam, dalam rekaman pidatonya dikutip dari 5pillarsuk.

“24 brigade kami, bersama dengan faksi-faksi perlawanan, bertempur selama sembilan bulan, dari Beit Hanoun paling utara hingga Rafah paling selatan,” tambahnya.

Tak hanya mengikrarkan kesiapan melawan Israel, Abu Ubaida juga menyindir  Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Dikatakannya, Netanyahu berusaha menutupi kegagalan mencapai misi kemenangan total di Gaza.

"Telah menjadi jelas bagi Anda dan seluruh dunia bahwa kemenangan mutlak Netanyahu yang seharusnya merupakan kemenangannya dalam menyingkirkan para penentangnya dan mempertahankan kekuasaan dengan mengorbankan putra-putra Anda," tambahnya dalam sebuah pesan kepada publik Israel dan keluarga para prajurit.

BERITA REKOMENDASI

Lebih dari 300 tentara Israel telah tewas dan ribuan lainnya terluka sejak 27 Oktober ketika invasi darat ke Gaza dilancarkan.

Milisi perlawanan Palestina dilaporkan memberikan perlawanan sengit di Kamp Shaboura di kota Rafah, selatan Jalur Gaza, saat tentara Israel kembali melakukan penyerbuan di sana, Kamis (20/6/2024).
Milisi perlawanan Palestina dilaporkan memberikan perlawanan sengit di Kamp Shaboura di kota Rafah, selatan Jalur Gaza, saat tentara Israel kembali melakukan penyerbuan di sana, Kamis (20/6/2024). (khaberni)

Pada tanggal 19 Juni, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan kepada Channel 13 News, tujuan memberantas kepemimpinan Gaza tidak dapat dicapai .

“Usaha menghancurkan Hamas, membuat Hamas menghilang — itu sama saja dengan melemparkan pasir ke mata publik. Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai. Itu berakar di hati rakyat — siapa pun yang berpikir kita dapat melenyapkan Hamas adalah salah.”

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh kelompok Palestina Hamas.

Baca juga: Bombardir Gunung Toura Lebanon, Israel Bantai Lebih dari 700 Ekor Kambing

Lebih dari 38.150 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 87.800 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Sembilan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang putusan terakhirnya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum kota itu diinvasi pada tanggal 6 Mei.

Curhat Jenderal IDF

Jenderal Purnawirawan militer Israel (IDF) Yitzhak Brick mewanti-wanti rezim pemerintahan Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan konsekuensi jika mereka kembali menolak peluang kesepakatan pertukaran sandera demi gencatan senjata dengan gerakan Hamas dalam Perang Gaza.

Brick mengatakan jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali menolak kesepakatan kali ini, hal itu seperti menjatuhkan bom atom ke pusat Israel.

Hal itu dikatakan Jenderal IDF veteran Perang Yom Kippur dan pernah bertugas di Korps Lapis Baja sebagai komandan brigade, divisi dan pasukan serta mantan komandan perguruan tinggi militer IDF itu kepada surat kabar Israel, Haaretz, Senin (8/7/2024).

"Jika Netanyahu menolak perjanjian tersebut, kita akan kehilangan “orang-orang yang diculik” selamanya dan kita akan berada di ambang perang regional," katanya.

Brick menilai, melanjutkan pertempuran tidak akan berkontribusi sama sekali dalam meraih kemenangan, melainkan kekalahan Israel akan lebih menyakitkan.

Ia menambahkan, "Jika tentara Israel tidak mampu mengalahkan Hamas, maka dipastikan tidak akan mampu mengalahkan Hizbullah".

Baca juga: Mayor IDF Wakil Komandan Batalyon 121 Tewas di Netzarim, Pertempuran Strategi Makan Korban Perwira

Direktur Mossad Israel David Barnea berbicara pada KTT Dunia Institut Internasional untuk Kontra-Terorisme (ICT) di kota pesisir tengah Herzliya pada 10 September 2023.
Direktur Mossad Israel David Barnea berbicara pada KTT Dunia Institut Internasional untuk Kontra-Terorisme (ICT) di kota pesisir tengah Herzliya pada 10 September 2023. (GIL COHEN-MAGEN / AFP)

Baca juga: VIDEO Lapis Baja IDF Meledak di Nour Shams, Bom Ditanam Satu Setengah Meter, Milisi Tambah Pintar

Bos Mossad Pulang Bawa Kabar Belum Ada Deal

Terkait perkembangan negosiasi gencatan senjata, Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Israel (Mossad) David Barnea dilaporkan sudah kembali ke Israel setelah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani di Qatar.

David Barnea datang sebagai utusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membahas negosiasi proposal gencatan senjata dengan gerakan Hamas melalui mediator, Mesir dan Qatar, pada Jumat (5/7/2024).

"Pimpinan Mossad kembali dari Doha setelah mengadakan sesi pertama dengan para mediator,” kata kantor Netanyahu, Jumat malam.

“Telah diputuskan untuk mengirim delegasi lain minggu depan untuk menyelesaikan negosiasi, mengetahui bahwa masih ada kesenjangan antara kedua pihak," lanjutnya.

Para pejabat Mossad menyatakan optimismenya kepada para mediator bahwa kabinet Netanyahu akan menyetujui kesepakatan tersebut, seperti diberitakan Wall Street Journal.

Surat kabar Israel, Walla melaporkan apa yang disampaikan David Barnea selama pertemuan dengan mediator di Qatar kemarin.

"David Barnea pergi ke Doha untuk menyampaikan pesan kepada para mediator bahwa Israel menolak permintaan Hamas untuk mendapatkan komitmen tertulis dari Amerika Serikat (AS), yang mencakup negosiasi tahap kedua perjanjian tersebut tanpa batas waktu," lapor Walla, mengutip para pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya.

Mereka menegaskan perselisihan Israel-Hamas adalah mengenai Klausul 14 dalam proposal Israel, yang berkaitan dengan durasi perundingan kedua pihak pada tahap kedua, yang akan mengarah pada ketenangan berkelanjutan di Jalur Gaza.

Klausul itu menetapkan AS, Mesir dan Qatar akan melakukan segala upaya untuk memastikan negosiasi berakhir dengan kesepakatan.

Selain itu, klausul tersebut menegaskan gencatan senjata akan terus berlanjut selama negosiasi berlangsung, sementara Hamas dalam tanggapan terbarunya menuntut komitmen tertulis dari para mediator.

“Jika perjanjian tersebut mencakup komitmen tertulis dari para mediator, Hamas akan dapat memperpanjang negosiasi perjanjian tahap kedua tanpa batas waktu, bahkan setelah gencatan senjata selama 42 hari pada tahap pertama, tanpa melepaskan tentara dan orang-orang yang berada di bawah perjanjian tersebut," kata pejabat Israel.

Baca juga: Usai Hamas Beri Respons, Bos Mossad Dikirim ke Qatar untuk Bahas Proposal Gencatan Senjata

Menurut Walla, perselisihan mengenai Klausul 14 proposal kesepakatan itu menjadi inti sidang yang digelar Netanyahu usai rapat kabinet dengan perluasan formasi tadi malam.

"Diputuskan pada sesi tersebut bahwa kunjungan pemimpin Mossad ke Doha akan fokus pada hal ini, dan dia menyampaikan pesan kepada Perdana Menteri Qatar yang menyatakan bahwa Israel tidak menerima perubahan yang ingin dilakukan Hamas terhadap Pasal 14 dan tuntutannya akan komitmen tertulis," kata pejabat Israel.

"Meskipun demikian, telah diputuskan bahwa Barnea akan menjelaskan kepada Perdana Menteri Qatar tentang kemungkinan penyelesaian masalah ini guna memajukan negosiasi dan menyelesaikan kesepakatan," tambahnya.

Channel 13 Israel melaporkan Israel ingin memastikan kemampuannya untuk melanjutkan perang jika Hamas tidak melaksanakan kewajibannya.

Israel juga menolak persyaratan Hamas agar gerakan tersebut memilih nama-nama sebagian besar tahanan Palestina yang akan dibebaskan, menurut keterangan pejabat Israel.

Proposal gencatan senjata terbaru yang dibahas Israel dan Hamas melalui mediator adalah proposal yang diajukan oleh sekutu Israel, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bulan lalu.

Jumlah Korban

Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.011 jiwa dan 87.266 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (4/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporanYedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.

(Tribunnews.com/Chrysnha, Hasiolan)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas