Istri Mendiang Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi Dijatuhi Hukuman Gantung di Irak
Istri Abu Bakr al-Baghdadi disebut bekerja dengan ISIS dan menahan perempuan Yazidi di rumahnya
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Dewan Kehakiman Tertinggi Irak menjatuhkan hukuman mati terhadap istri mendiang pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Istri Abu Bakr al-Baghdadi itu disebut bekerja dengan ISIS dan menahan perempuan Yazidi di rumahnya, kata pengadilan Irak itu pada Rabu (10/7/2024), Asharq Al Awsat melaporkan.
Pengadilan awalnya tidak menyebut nama wanita tersebut.
Namun, BBC kemudian melaporkan wanita itu bernama Asma Mohammed, atau juga dikenal sebagai Ummu Hudaifa, istri pertama Abu Bakr al-Baghdadi.
Asma Mohammed ditangkap di Turki selatan pada 2018, di mana dia hidup dengan identitas palsu.
Ia lalu diekstradisi ke Irak pada Februari 2022.
Dewan Kehakiman Tertinggi di Irak mengatakan perempuan Yazidi diculik oleh geng ISIS di distrik Sinjar, sebelah barat Provinsi Nineveh, Irak.
Wanita Yazidi itu kemudian ditawan oleh seorang perempuan di rumahnya di daerah Mosul.
“Pengadilan pidana hari ini menjatuhkan hukuman mati kepada istri Baghdadi dengan cara digantung karena kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida terhadap orang-orang Yazidi dan juga karena berkontribusi terhadap aksi terorisme,” ujar seorang pejabat pengadilan kepada Reuters.
Namun, keputusan tersebut harus diratifikasi oleh pengadilan banding Irak agar menjadi final dan dapat diterapkan, pejabat itu menambahkan.
Abu Bakr al-Baghdadi tewas pada November 2019, dalam serangan pasukan khusus AS di barat laut Suriah.
Baca juga: Wawancara eksklusif BBC: Janda pemimpin ISIS ungkap detail kehidupan pribadi Abu Bakar al-Baghdadi
ISIS menguasai wilayah yang luas di Irak dan Suriah dari tahun 2014-2017, sebelum kendali ISIS hancur akibat serangan yang dipimpin AS.
Penderitaan masyarakat Yazidi, kelompok agama minoritas di Irak, menjadi aspek yang sangat menghancurkan dalam pemerintahan ISIS.
Selama serangan kilat mereka di Irak utara pada 2014, ISIS secara sistematis menargetkan kaum Yazidi.
Mereka dilaporkan membunuh ribuan pria dan menjadikan perempuan dan anak-anak mengalami nasib yang mengerikan, dipaksa menjadi budak seksual.
Penyelidik PBB telah menemukan bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa ISIS melakukan genosida dan sejumlah kejahatan internasional lainnya terhadap komunitas Yazidi.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC dari penjara, Asma Mohammed membantah terlibat dalam kekejaman ISIS atau penculikan dan perbudakan perempuan Yazidi.
Dia mengaku menantang suaminya, al-Baghdadi, tentang darah orang-orang tak bersalah.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan perasaan malu dan penyesalan atas penderitaan yang menimpa perempuan dan anak-anak Yazidi, setidaknya sembilan di antaranya diduga dibawa ke rumahnya sebagai budak.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)