Pemimpin Houthi Ultimatum Arab Saudi: Setop Mendukung Israel, Kami akan Balas dengan Cara yang Sama
Houthi mengumumkan kesiapan pembalasan mereka terhadap setiap tindakan Arab Saudi yang dianggap mendukung Israel.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, SANAA - Pemimpin Ansarallah Abdul Malik al-Houthi memperingatkan Arab Saudi dengan konsekuensi ekonomi dan militer yang besar jika negara tersebut terus mendukung kebijakan AS dan Israel.
Dalam pesan, belum lama ini, Abdul Malik al-Houthi, memperingatkan akan terjadinya eskalasi bentrokan.
"Kami akan membalasnya dengan cara yang sama: bank ganti bank… bandara di Riyadh dengan bandara di Sanaa… dan pelabuhan dengan pelabuhan," ujarnya.
Peringatan tersebut menyusul meningkatnya ancaman baru-baru ini dari Sanaa yang ditujukan ke Arab Saudi.
Hal yang paling menonjol terjadi awal bulan ini ketika Yaman mengeluarkan ultimatum yang menuntut Riyadh mempercepat kembalinya jamaah haji Yaman yang ditahan ke Sanaa dengan penerbangan Yemenia Airways yang telah tertunda selama seminggu.
Jurnalis Timur Tengah, Khalil Nasrallah mengatakan, Saudi mematuhi tenggat waktu tiga hari tersebut, setelah memahami “bahasa kekerasan.”
Menurutnya, eskalasi Ansarallah terkait langsung dengan tindakan yang diambil oleh pemerintah Yaman yang didukung Riyadh--di bawah pengaruh AS-- yang bertujuan untuk menghalangi Sanaa melanjutkan blokade lautnya untuk mendukung Gaza.
Hal ini secara eksplisit diungkapkan oleh Houthi, yang memperingatkan Saudi agar tidak berkolusi dengan AS dalam upayanya melemahkan Poros Perlawanan di kawasan.
Agresi ekonomi memperbarui konflik
Pada awal April, Bank Sentral Yaman (CBY) yang berbasis di Aden--bersekutu dengan pemerintah yang didukung Riyadh--memerintahkan bank-bank di Sanaa untuk merelokasi kantor pusat mereka ke kota pelabuhan di selatan dalam waktu 60 hari atau menghadapi sanksi berdasarkan anti-terorisme, korupsi, dan undang-undang pencucian uang.
Pemerintah de-facto di Sanaa menganggap hal ini sebagai upaya untuk menekan mereka agar menghentikan dukungannya terhadap Gaza, menyusul peringatan langsung AS yang didukung oleh ancaman pembaruan agresi Saudi.
Alih-alih mundur, Sanaa memperluas operasinya di Laut Merah menuju Laut Mediterania, setelah pindah ke perairan, termasuk Samudera Hindia dan Teluk Aden.
Dua minggu lalu, manuver Saudi untuk membatasi pembatasan penerbangan dari bandara Sanaa dan menahan jamaah haji Yaman di Jeddah memicu ancaman lebih lanjut dari kepemimpinan Ansarallah.
Houthi secara eksplisit mengancam Arab Saudi dengan konsekuensi berat atas tindakan tersebut dan dukungannya terhadap Israel melawan Yaman.