Keluarga Tawanan asal AS di Gaza Kecewa dengan Pidato Netanyahu, Dianggap Gagal Beri Solusi Baru
PM Israel Netanyahu dianggap gagal untuk menjamin para tawanan asal AS bisa pulang.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Keluarga dari delapan tawanan asal Amerika Serikat (AS) di Gaza mengaku kecewa dengan pidato Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
PM Israel tersebut diketahui berbicara pada sidang gabungan Kongres AS pada Rabu (24/7/2024).
Dalam pernyataan bersama, mereka menilai Netanyahu gagal untuk menjamin para tawanan akan pulang.
"Pemimpin Israel gagal memberikan solusi baru atau jalan baru ke depan," kata mereka, Kamis (25/7/2024), dilansir Al Jazeera.
"Netanyahu telah gagal berkomitmen terhadap kesepakatan penyanderaan yang kini ada di atas meja, meskipun pejabat senior pertahanan dan intelijen Israel telah memintanya untuk melakukannya," papar keluarga tawanan.
Mereka pun meminta Netanyahu untuk segera menyelesaikan kesepakatan 'sebelum terlambat'.
Menyebut Nama Biden dan Trump
Dalam pidatonya, Netanyahu secara tegas menolak kecaman atas tindakan Israel dalam perang di Jalur Gaza.
Netanyahu memuji dan berterima kasih kepada Amerika Serikat atas dukungannya.
Ia juga tidak memberikan sedikit pun petunjuk, konflik yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan para pengunjuk rasa turun ke jalan di seluruh dunia — termasuk mereka yang berada di luar gedung Kongres pada hari yang sama dengan pidatonya — akan segera berakhir.
Netanyahu berterima kasih kepada Demokrat dan Republik, termasuk Presiden Joe Biden dan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, atas dukungan mereka.
Baca juga: Liciknya Israel, Persempit Zona Aman di Jalur Gaza, tapi Terus Serang Warga Palestina
"Saya tahu Amerika mendukung kita," katanya, Rabu, dikutip dari The New York Times.
"Dan saya berterima kasih atas itu. Semua pihak. Terima kasih, teman-teman," lanjutnya.
Sementara itu, Netanyahu dituduh oleh para kritikus di Israel dan beberapa diplomat, menunda-nunda mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas untuk mengakhiri pertumpahan darah, mungkin untuk mempertahankan politiknya sendiri.
Namun, Netanyahu mengatakan bahwa “Gaza baru dapat muncul” jika Hamas dikalahkan dan Gaza “didemiliterisasi dan dideradikalisasi".