Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hacker Korea Utara Curi Data Rahasia Nuklir AS c.s., Termasuk NASA dan Angkatan Udara

Hacker Korea Utara disebut mencuri data rahasia nuklir AS, Inggris dan Korea Selatan. Target mereka termasuk NASA dan Angkatan Udara AS.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Febri Prasetyo
zoom-in Hacker Korea Utara Curi Data Rahasia Nuklir AS c.s., Termasuk NASA dan Angkatan Udara
STR / KCNA VIA KNS / AFP
Korea Utara Kim Jong Un berbicara pada Sidang Pleno ke-9 Komite Sentral ke-8 Partai Pekerja Korea (WPK) di gedung markas besar Komite Sentral Partai di Pyongyang, foto dirilis pada 31 Desember 2023. Hacker Korea Utara disebut mencuri data rahasia AS, Inggris dan Korea Selatan. 

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Korea Selatan menuduh peretas Korea Utara melakukan spionase dunia maya secara global untuk mencuri rahasia militer yang akan mendukung program senjata nuklir pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

"Para peretas, yang dijuluki 'Anadryl' atau 'APT Unit 45' oleh para peneliti keamanan siber, diyakini berasal dari badan intelijen Korea Utara, yang dikenal sebagai Biro Umum Pengintaian, sebuah entitas yang dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat pada tahun 2015," kata AS, Inggris dan Korea Selatan dalam sebuah memo bersama pada Kamis (25/7/2024) kemarin.

Menurut mereka, unit siber tersebut menargetkan atau meretas sistem komputer di berbagai perusahaan pertahanan atau teknik.

Peretas Korea Utara juga meretas sistem digital perusahaan produsen tank, kapal selam, kapal angkatan laut, pesawat tempur, rudal, dan sistem radar.

"Korban di Amerika juga termasuk NASA, Pangkalan Angkatan Udara Randolph di Texas, dan Pangkalan Angkatan Udara Robins di Georgia," kata pejabat dari Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Kehakiman AS kemarin.

Jaksa AS mengatakan para peretas, dalam menargetkan NASA pada Februari 2022, menggunakan program jahat untuk mendapatkan akses tidak sah ke komputer badan tersebut selama tiga bulan, dan para peretas mengekstrak lebih dari 17 gigabyte data nonrahasia.

“Lembaga-lembaga (yang berpartisipasi dalam memo tersebut) percaya kelompok tersebut dan teknologi elektronik terus menimbulkan ancaman terhadap berbagai sektor industri di seluruh dunia, termasuk, namun tidak terbatas pada, entitas di negara-negara terkait, serta di Jepang dan India,” kata memo itu.

Berita Rekomendasi

Korea Utara memiliki sejarah panjang dalam menggunakan tim peretas rahasia untuk mencuri informasi militer yang sensitif.

Pejabat AS mengatakan peretas menggunakan ransomware untuk menargetkan rumah sakit dan perusahaan layanan kesehatan AS guna membiayai operasi mereka, seperti diberitakan El Watan News.

"Kami telah mendakwa salah satu tersangka, Rim Jong-hyuk, dengan konspirasi untuk mengakses jaringan komputer di Amerika Serikat dan pencucian uang," kata Departemen Kehakiman AS kemarin.

Pejabat dari Biro Investigasi Federal dan Departemen Kehakiman AS mengatakan mereka telah menyita beberapa akun elektronik milik para peretas, termasuk $600,000 dalam mata uang virtual yang akan dikembalikan kepada korban serangan ransomware.

Baca juga: Korea Utara Kirim Balon Sampah Lagi, Jatuh di Kompleks Kepresidenan Korea Selatan

Biro Investigasi Federal AS (FBI) juga mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap tersangka peretas Korea Utara, menawarkan hadiah hingga $10 juta untuk informasi yang dapat mengarah pada penangkapannya.

Ia telah didakwa melakukan peretasan dan pencucian uang, menurut situs resmi FBI.

FBI, Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Pusat Keamanan Siber Nasional di Inggris (NCSC), dan Badan Intelijen Nasional di Korea Selatan (NIS) berpartisipasi dalam penyusunan laporan tersebut.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas