Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AS Memohon ke Israel untuk Tak Bombardir Beirut Lebanon Meski Tetap Salahkan Hizbullah

Amerika Serikat memohon kepada Israel untuk tidak melakukan serangan balasan ke Lebanon akibat serangan Hizbullah di Golan.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in AS Memohon ke Israel untuk Tak Bombardir Beirut Lebanon Meski Tetap Salahkan Hizbullah
X
Sejumlah ledakan dilaporkan terjadi di Kota Tyre dan sekitar perbatasan Lebanon setelah Israel mengancam akan membalas Hizbullah atas jatuhnya roket di lapangan bola di Majdal Shams, Golan yang menewaskan 12 orang pada Sabtu (27/7/2024). 

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) terus berupaya untuk mencegah perang di Timur Tengah meluas dengan cepat.

Dalam upayanya, AS memohon kepada Israel untuk tidak menyerang Ibu Kota Lebanon, Beirut sebagai tanggapan serangan roket di Dataran Tinggi Golan.

Washington tengah berupaya keras untuk mencegah perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran setelah serangan di Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 orang.

Meski begitu, AS tetap menyalahkan Hizbullah atas serangan tersebut, meskipun kelompok itu membantah bertanggung jawab.

Fokus utama AS adalah membatasi respons Israel dengan mendesaknya agar tidak menargetkan Beirut yang berpenduduk padat, pinggiran selatan kota yang menjadi pusat kekuasaan Hizbullah, dan infrastruktur utama seperti bandara dan jembatan.

Wakil ketua parlemen Lebanon, Elias Bou Saab mengatakan dia telah menghubungi mediator AS Amos Hochstein sejak serangan Golan hari Sabtu.

Saab mengatakan, Israel dapat menghindari ancaman eskalasi besar dengan menyelamatkan ibu kota dan sekitarnya.

BERITA REKOMENDASI

"Jika mereka menghindari warga sipil dan menghindari Beirut dan daerah pinggirannya, maka serangan mereka dapat diperhitungkan dengan baik," katanya kepada Reuters.

Pejabat Israel mengatakan, negaranya ingin melukai Hizbullah tetapi tidak menyeret kawasan itu ke dalam perang habis-habisan.

Dua diplomat Timur Tengah dan Eropa mengatakan Israel tidak membuat komitmen apa pun untuk menghindari serangan terhadap Beirut, daerah pinggirannya, atau infrastruktur sipil.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak akan mengomentari secara spesifik pembicaraan diplomatik tersebut, meskipun pihaknya tengah mencari "solusi yang langgeng" untuk mengakhiri semua serangan lintas batas.

Baca juga: Hamas: Netanyahu Tambah Syarat Gencatan Senjata, Israel Persulit Negosiasi

"Dukungan kami terhadap keamanan Israel sangat kuat dan tidak tergoyahkan terhadap semua ancaman yang didukung Iran, termasuk Hizbullah," kata seorang juru bicara kepada Reuters.

Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan, Israel memiliki hak penuh untuk menanggapi serangan di Golan, tetapi tidak ada yang menginginkan perang yang lebih luas.

"Mengenai pembicaraan selama akhir pekan, Anda tentu sudah membicarakannya dan kami membicarakannya di berbagai tingkatan," ucap Kirby.

"Tetapi saya tidak akan merinci inti pembicaraan tersebut," tambahnya.

Kantor Perdana Menteri Israel tidak menanggapi permintaan komentar, sementara Hizbullah menolak berkomentar.

Presiden Iran Sebut Ada Konsekuensi yang Parah

Presiden Iran, Massoud Pezeshkian dalam percakapan dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengeluarkan peringatan keras kepada Israel.

Pezeshkian mengatakan kepada Macron, setiap serangan Israel terhadap Labanon akan menimbulkan konsekuensi yang parah.

Baca juga: Belasan Negara Keluarkan Travel Warning ke Lebanon Pasca Ancaman Invasi Israel ke Beirut

"Kami bersedia meningkatkan hubungan kami dengan Prancis atas dasar kepercayaan bersama," kata Pezeshkian, dikutip dari Times of Israel.

Macron berbicara dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu, kata kepresidenan Prancis, saat Paris berupaya mencegah eskalasi yang lebih luas antara Israel dan Hizbullah.

Kantor kepresidenan mengatakan Macron telah mengingatkan Netanyahu, Prancis berkomitmen penuh untuk melakukan "segala hal guna menghindari eskalasi baru di kawasan tersebut dengan menyampaikan pesan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik".

Sementara itu, Hizbullah dilaporkan telah mulai merelokasi beberapa roket presisinya.

Hal ini diungkapkan pada hari Senin oleh kantor berita AP, mengutip sumber dalam organisasi tersebut.

Sumber tersebut selanjutnya menyatakan, posisi Hizbullah tetap tidak berubah: Organisasi tersebut tidak menginginkan perang skala penuh dengan Israel tetapi akan "bertempur tanpa batas" jika konflik semacam itu muncul.

Gambar yang tersebar di X memperlihatkan para pemukim Israel panik setelah drone jatuh di lapangan bola di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, pada Sabtu (27/7/2024). Sedikitnya 12 orang tewas dalam insiden itu.
Gambar yang tersebar di X memperlihatkan para pemukim Israel panik setelah drone jatuh di lapangan bola di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, pada Sabtu (27/7/2024). Sedikitnya 12 orang tewas dalam insiden itu. (X)

Baca juga: Pesan Al-Qassam pada Hizbullah, Yakin Pejuang Lebanon Bisa Selesaikan Pekerjaannya Habisi Israel

Seorang informan anonim dari Hizbullah yang berbicara kepada AP menggarisbawahi, pergerakan "rudal presisi pintar" sedang dilakukan untuk memastikan organisasi tersebut dapat menggunakannya jika permusuhan dengan Israel meningkat.

Bersamaan dengan itu, seorang sumber resmi Lebanon mengatakan kepada saluran televisi Saudi Al-Hadath bahwa Lebanon telah diberitahu tentang serangan militer Israel yang akan datang.

Sumber tersebut juga telah meminta melalui perantara agar serangan dibatasi dan agar Israel menahan diri dari menargetkan Beirut dan daerah berpenduduk.

Al-Hadath menambahkan, sumber tersebut mengakui bahwa serangan itu tidak dapat dihindari tetapi berharap hal itu akan membuka jalan bagi kembalinya stabilitas.

"Serangan Israel tidak boleh melanggar aturan main," katanya.

Israel masih menunggu kesempatan operasional untuk melakukan serangan balasan di Lebanon, yang disetujui oleh kabinet keamanan.

Dikutip dari Ynet, serangan balasan melibatkan banyak pertimbangan, termasuk potensi keberadaan warga sipil di dekat target, kemungkinan menyerang pejabat senior, atau menyerang lokasi strategis.

Baca juga: Israel Bahas Respons Balasan atas Serangan di Dataran Tinggi Golan

Di samping itu, ada kendala pertahanan dan penyelesaian persiapan.

Pilihan respons yang disiapkan oleh IDF tidak disampaikan kepada kabinet untuk menghindari kebocoran yang dapat memengaruhi keputusan.

Di Israel, para pejabat mengindikasikan bahwa meskipun pertempuran selama beberapa hari mungkin terjadi, itu akan tetap menjadi "operasi terbatas".

Bahkan, jika itu melampaui cakupan dari apa yang telah terlihat sejauh ini dalam konflik saat ini di Lebanon.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas