AS Tuduh Hasil Pemilu Venezuela Dimanipulasi, Ada Ancaman Sanksi
AS menuduh Venezuela melakukan manipulasi pemilu, membuka peluang dijatuhkannya sanksi baru.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Sementara itu, CNE mengatakan Gonzalez hanya meraih 44 persen suara.
Tetapi pemimpin oposisi Maria Corina Machado mengatakan kandidat oposisi Edmundo Gonzalez telah mengamankan 70 persen suara.
Beberapa jajak pendapat independen dan hitung juga cepat secara meyakinkan menunjukkan kemenangan Gonzalez.
Edison Research, yang dikenal karena jajak pendapatnya tentang pemilu AS, memperkirakan dalam jajak pendapat bahwa Gonzalez akan memenangkan 65% suara, sementara Maduro akan memenangkan 31%.
Perusahaan lokal menganalisis memperkirakan 65% suara untuk Gonzalez dan kurang dari 14% untuk Maduro.
Gonzalez mengatakan dia tidak menyerukan para pendukung untuk turun ke jalan atau melakukan tindakan kekerasan apa pun, meskipun sebagian besar tidak menghiraukan seruannya.
Aksi protes terjadi di beberapa kota, CNN melaporkan.
Di ibu kota Caracas, pasukan keamanan menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan besar pengunjuk rasa.
Kerumunan orang terlihat berjalan di jalan utama sambil memukul-mukul panci dan wajan karena kemarahan yang meningkat atas kemenangan Maduro.
PROVEA, sebuah organisasi hak asasi manusia Venezuela, mengatakan kelompok bersenjata pro-Maduro menembaki demonstran damai di Avenue Urdaneta.
Protes juga dilaporkan di kota-kota lain, termasuk Maracay, tempat aktivis oposisi Esthefania Natera mengatakan kepada CNN bahwa orang-orang turun ke jalan untuk berteriak dan menuntut diungkapkannya kebenaran.
Baca juga: Oposisi Klaim Punya Bukti Kemenangan dalam Pilpres Venezuela, Kantongi Lebih dari 70 Persen Suara
Di negara bagian pesisir Falcón, demonstran merobohkan patung Maduro, seperti yang ditunjukkan dalam video di media sosial.
Para analis mengatakan mungkin akan ada gelombang kerusuhan baru di negara itu jika ada protes yang meluas terhadap rezim tersebut.
Demonstrasi jalanan pada tahun-tahun sebelumnya ditumpas oleh militer negara itu, yang telah lama mendukung Maduro dan pendahulunya, mendiang Hugo Chavez.
Pada Senin malam, Maduro mengatakan pemerintahnya tahu bagaimana menghadapi situasi itu dan akan mengalahkan mereka yang melakukan kekerasan.
Ia mengklaim tanpa bukti bahwa mayoritas pengunjuk rasa adalah penjahat yang dipenuhi kebencian dan rencana mereka disusun di Amerika Serikat.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)