Konflik di Timur Tengah Meningkat, AS Desak Warganya Tinggalkan Lebanon, Khawatir Situasi Memburuk
AS mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon, di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Beirut telah mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon dengan “tiket apa pun yang tersedia”.
Desakan AS disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, seperti diberitakan BBC.
Imbauan ini menyusul peringatan serupa dari Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, yang mengatakan situasi regional “bisa memburuk dengan cepat”.
Sebelumnya, Iran telah bersumpah untuk melakukan pembalasan yang "keras" terhadap Israel, yang dituduhnya atas kematian Kepala Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7/2024).
Pembunuhan Ismail Haniyeh terjadi beberapa jam setelah Israel membunuh komandan Hizbullah, Fuad Shukr di Beirut.
Dikhawatirkan Hizbullah yang berpusat di Lebanon, kelompok yang didukung Iran, dapat memainkan peran besar dalam pembalasan semacam itu, yang pada gilirannya dapat memicu respons serius Israel.
Kekhawatiran Joe Biden
Pada Kamis (1/8/2024), Presiden AS Joe Biden mengatakan sangat khawatir kekerasan di Timur Tengah dapat meningkat.
Joe Biden menyebut, pembunuhan seorang pemimpin tinggi Hamas di Iran "tidak membantu" upaya untuk merundingkan gencatan senjata dalam perang Israel dengan Gaza.
Presiden AS menambahkan, dia telah melakukan percakapan “sangat langsung” dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari sebelumnya.
Joe Biden mengulangi kata “sangat langsung” untuk penekanan.
Baca juga: Iran Sebut Ismail Haniyeh Tewas akibat Proyektil Jarak Pendek, Tuduh AS Dukung Serangan Israel
"Kami memiliki dasar untuk gencatan senjata."
"Ia harus melanjutkannya dan mereka harus melanjutkannya sekarang," kata Biden, dikutip dari AP News.
AS Kirim Skuadron Jet Tempur ke Timur Tengah
Terbaru, Amerika Serikat (AS) akan memindahkan satu skuadron jet tempur ke Timur Tengah.
Pentagon mengungkapkan, AS juga akan menambatkan satu kapal induk di kawasan tersebut.
Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kehadiran militer Amerika untuk membantu mempertahankan Israel dari kemungkinan serangan oleh Iran dan proksinya serta menjaga pasukan AS.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, juga telah memerintahkan kapal penjelajah dan kapal perusak tambahan yang mampu menahan rudal balistik ke kawasan Eropa dan Timur Tengah.
Selain itu, AS akan mengambil langkah untuk mengirim lebih banyak senjata pertahanan rudal balistik berbasis darat ke sana.
Masih dari AP News, perubahan ini merupakan perwujudan janji Presiden AS Joe Biden kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Dalam panggilan telepon pada hari Kamis, Biden membahas pengerahan militer AS yang baru untuk melindungi dari kemungkinan serangan rudal balistik dan pesawat nirawak, menurut Gedung Putih.
Pada April 2024, pasukan AS mencegat puluhan rudal dan pesawat nirawak yang ditembakkan Iran terhadap Israel dan membantu menjatuhkan hampir semuanya.
Kini, para pemimpin AS khawatir tentang meningkatnya kekerasan di Timur Tengah sebagai respons atas serangan Israel baru-baru ini terhadap para pemimpin Hamas dan Hizbullah, yang memicu ancaman pembalasan.
Baca juga: Pasokan LNG AS ke UE Hampir Disusul Rusia Gara-gara Ini
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, pasukan Israel mengebom sekolah lain yang menjadi tempat penampungan warga Palestina yang mengungsi di lingkungan Sheikh Radwan, Kota Gaza, menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai 60 lainnya.
Sebagian besar korban adalah anak-anak.
Hamas mengatakan pihaknya telah memulai proses konsultasi luas untuk memilih pemimpin baru menyusul pembunuhan kepala politiknya Ismail Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan Haniyeh terbunuh oleh proyektil “jarak pendek” yang ditembakkan dari luar kediamannya dan kembali menjanjikan respons “keras” atas pembunuhannya.
Setidaknya sembilan orang, termasuk dua komandan Hamas dan Jihad Islam Palestina, tewas dalam serangan Israel di dekat Tulkarem di Tepi Barat yang diduduki.
Para negosiator Israel kembali ke Israel tanpa ada terobosan dalam perundingan gencatan senjata, sementara para pengunjuk rasa berunjuk rasa di Tel Aviv dan Yerusalem menuntut kesepakatan gencatan senjata dan pemilihan umum.
Baca juga: Dari Jet F-15E hingga Kapal Serbu Amfibi, Daftar Bantuan Tempur AS untuk Bantu Israel Hadapi Iran Cs
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah laporan bahwa ia menyabotase perundingan gencatan senjata.
Para pengunjuk rasa berunjuk rasa di kota-kota di seluruh dunia, termasuk Jakarta, London dan Rawalpindi, dalam solidaritas dengan warga Palestina termasuk mereka yang dipenjara oleh Israel, menuntut diakhirinya perang di Gaza.
Setidaknya 39.550 orang tewas dan 91.280 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober dan lebih dari 200 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)