Rusia akan Kerahkan Rudal Nuklir Sebagai Respon Tindakan Barat
Jika Presiden Rusia yang juga Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia Vladimir Putin menghendaki maka pengerahan rudal nuklir bisa dilakukan.
Penulis: Hasanudin Aco
Rusia akan Kerahkan Rudal Nuklir di Kapal Induk Sebagai Respon Tindakan Barat
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan bukan tidak mungkin Rusia akan menggunakan rudal nuklir untuk merespon sikap Barat (Amerika Serikat dan sekutunya).
"Saatnya mungkin tiba ketika Rusia perlu mengerahkan rudal nuklir sebagai respons terhadap tindakan Barat," kata Sergey Ryabkov kepada saluran TV Rossiya 1 seperti dikutip dari TASS, Senin (5/8/2024).
Menurut dia jika Presiden Rusia yang juga Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia Vladimir Putin menghendaki maka pengerahan rudal nuklir bisa dilakukan.
"Saya tegaskan, jika Panglima Tertinggi [Angkatan Bersenjata Rusia Vladimir Putin], jika militer kita mengatakan bahwa kita memerlukan amunisi khusus pada kapal induk tertentu, maka itu akan dilakukan. Namun mereka harus membuat keputusan ini berdasarkan kombinasi berbagai faktor. Saya tidak mengesampingkan kemungkinan akan tiba saatnya hal itu dibutuhkan," katanya.
Pada 10 Juli 2024 lalu, pers Gedung Putih melaporkan bahwa Amerika Serikat akan mulai mengerahkan senjata jarak jauh baru di wilayah Jerman mulai tahun 2026.
Gedung Putih mengatakan senjata hipersonik yang sedang dikembangkan juga akan berbasis di Jerman dan akan memiliki “jangkauan yang jauh lebih jauh dibandingkan senjata berbasis darat yang ada di Eropa saat ini.”
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman Sebastian Fischer mengatakan rencana pengerahan senjata tersebut adalah untuk mencegah penggunaan senjata Rusia terhadap Jerman atau sasaran lainnya.
Hal ini merupakan bagian dari upaya menjaga keseimbangan strategis di Eropa, yang mengalami peningkatan ketegangan antara Rusia dan Barat.
Pada tanggal 28 Juli, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa jika rudal jarak jauh AS muncul di Jerman, Rusia tidak akan lagi mematuhi moratorium sepihak mengenai penempatan senjata serangan jarak menengah dan pendek, termasuk memperkuat kapasitas angkatan laut negara tersebut. kekuatan pesisir.
Dia mengisyaratkan bahwa Rusia dapat memulihkan senjata-senjata tersebut, terutama setelah Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) ditangguhkan pada tahun 2019.
Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (Intermediate-range Nuclear Forces/INF) ditandatangani oleh mantan presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan mantan presiden AS Ronald Reagan pada 1987.
Kesepakatan itu adalah perjanjian antara dua negara adidaya yang setuju untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka dan menghapuskan seluruh kategori senjata nuklir.
AS di bawah mantan Presiden Donald Trump secara resmi menarik diri dari Perjanjian INF pada 2019 setelah mengatakan bahwa Moskow melanggar perjanjian tersebut.
Kremlin berulang kali membantah tudingan itu dan bahkan menyebutnya sebagai dalih.
Rusia kemudian memberlakukan moratorium terhadap pengembangan rudalnya sendiri yang sebelumnya dilarang oleh perjanjian INF – rudal balistik dan jelajah berbasis darat dengan jangkauan 500 km hingga 5.500 km.
Putin mengatakan Rusia berkomitmen untuk tidak mengerahkan rudal-rudal tersebut.
Namun Rusia berang karena AS Cs akan menempatkan rudal jarak jauh AS muncul di Jerman tahun 2026.