Di Tengah Ancaman Serius Iran, Netanyahu Bersikap Santai dan Minta Warga Israel Kalem
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu terlihat santai meskipun ada ancaman serius dari Iran dan meminta warganya untuk tetap kalem.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah ancaman serius Iran, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terlihat santai.
Hal tersebut terlihat ketika dirinya mengunjungi pangkalan perekrutan tentara Tel Hashomer.
Di sana, Netanyahu bertemu dengan para wajib militer untuk Korps Lapis Baja dan Korps Teknik Tempur IDF.
Ketika melakukan kunjungan, Netanyahu tampak santai mengajak pasukan IDF makan siang sambil bercanda dengan para tentara.
Di tengah-tengah makan siang, Netanyahu menyampaikan bahwa warga Israel tak perlu cemas dengan ancaman yang terus terjadi akibat kematian Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dan Komandan Hizbullah, Fuad Shukr.
"Kami terus maju menuju kemenangan," kata Netanyahu, dikutip dari Times of Israel.
"Saya tahu bahwa warga Israel waspada, dan saya meminta satu hal kepada Anda — tetaplah tenang dan kalem," ucapnya.
"Kami siap untuk bertahan dan menyerang, kami menyerang musuh-musuh kami dan juga bertekad untuk membela diri," tegasnya.
Bahkan, Netanyahu sempat mengungkapkan kebanggaannya kepada para prajurit sambil menyebut mereka sebagai "tulang punggung bangsa".
Di sisi lain, Panglima Angkatan Darat Iran, Mayjen Seyyed Abdolrahim Mousavi mengatakan Israel akan segera menerima tanggapan yang kuat dan pasti.
Mousavi meyakinkan bahwa tidak akan ada keraguan dalam serangan balas dendam terhadap Israel.
Baca juga: Kritik Pemerintahan Netanyahu, Jaksa Agung Israel: Keputusan Dibuat dengan Proses Kerja yang Cacat
"Rezim Zionis akan segera mendapatkan balasan yang tegas dan pasti, dan itu tidak dapat dipungkiri."
"Semua ini menunjukkan bahwa ketika gerombolan penjahat yang tidak menaati hukum apa pun, dengan gegabah melakukan tindakan-tindakan yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan semua hukum, perbedaan, keyakinan, dan adat istiadat, maka jelaslah bahwa mereka sendiri telah menyadari kecepatan kehancuran mereka sendiri," ucapnya, seperti yang diberitakan IRNA.
Kepanikan Warga Haifa
Penduduk di Kota Haifa, Israel utara mengaku khawatir wilayahnya akan menjadi sasaran empuk dari Hizbullah.
Kekhawatiran itu muncul setelah Sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah mengisyarakatkan bahwa Haifa menjadi salah satu target utama yang mungkin diserang oleh kelompoknya.
Skenario yang membuat banyak warga Haifa kurang tidur adalah serangan terhadap pabrik petrokimia, termasuk kilang minyak, tempat penyimpanan sejumlah besar bahan berbahaya.
Warga dapat sedikit terhibur dengan fakta bahwa Haifa Chemicals telah mengosongkan tangki amonianya dalam beberapa tahun terakhir, setelah perjuangan lingkungan selama sepuluh tahun.
Namun, keputusan untuk menyingkirkan fasilitas lainnya berjalan lambat, dan ancamannya masih nyata.
Baca juga: Hamas Terbitkan Biografi Yahya Sinwar, Pakar Militer: Israel Salah Langkah, Tamparan Bagi Netanyahu
"Tentu saja, saya paling khawatir dengan kejadian bahan berbahaya. Kami sedang duduk di atas tong bahan peledak dan sangat takut dengan apa yang akan terjadi di sini," kata Ravit Shtossel, seorang warga Haifa, dikutip dari Haaretz.
"Pada tahun 2022, Kementerian Perlindungan Lingkungan melakukan survei bahan berbahaya, yang belum selesai. Bagian yang dipublikasikan menyebutkan 1.500 sumber berbahaya dan 800 jenis bahan berbahaya di Teluk Haifa," lanjutnya.
Minggu lalu, Komando Front Dalam Negeri Israel memerintahkan banyak perusahaan di utara untuk mengurangi inventaris bahan berbahaya di lokasi dan membatasi transportasi mereka melalui jalan darat.
Akan tetapi, kata Shtossel, organisasi lingkungan khawatir bahwa tindakan ini tidak cukup.
"Ada puluhan perusahaan yang bekerja dengan bahan berbahaya, begitu pula ladang gas, yang semuanya berlokasi di area yang sama."
Baca juga: Misi Bunuh Netanyahu Seruan Qasim Osmani, Iran Harus Ulangi Operasi Janji Setia ke Israel
"Situasi ini sangat menyoroti pentingnya memulai proses untuk menyingkirkan industri petrokimia dari teluk, dan juga betapa terlambatnya kita."
"Kami menyerukan pengurangan lebih lanjut bahan berbahaya di perusahaan-perusahaan dan mempercepat jadwal penutupan industri petrokimia di jantung kota metropolitan Haifa. Selain itu, kami hanya bisa berdoa kepada dewa keberuntungan," katanya.
(Tribunnews.com/Whiesa)