Netanyahu Sengaja Mempersulit Kesepakatan Gencatan Senjata, Pejabat Israel Sendiri Mengakuinya
Netanyahu dilaporkan sengaja mempersulit kesepakatan gencatan senjata. Pejabat Israel sendiri mengakuinya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperkeras posisinya dalam negosiasi dengan Hamas, membuat gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera semakin sulit dicapai, Daily Express US melaporkan.
Meskipun Netanyahu secara konsisten menyangkal bahwa ia mencoba untuk menunda kesepakatan, dokumen terbaru justru mengungkapkan bahwa Netanyahu menambahkan lebih banyak syarat dan ketentuan yang semakin mempersulit negosiasi.
Bahkan anggota senior lembaga keamanan Israel pun menuduhnya memperlambat proses tersebut.
Tetapi Netanyahu terus berpendapat bahwa penundaan apa pun adalah kesalahan Hamas.
Sebuah dokumen yang tidak dipublikasikan, yang dikirim ke mediator AS, Mesir, dan Qatar pada bulan Juli lalu, mengungkap posisi negosiasi Netanyahu yang sebenarnya.
Dokumen tersebut ditinjau oleh New York Times dan mencakup persyaratan yang kurang fleksibel dibandingkan persyaratan sebelumnya yang dibuat pada bulan Mei.
Salah satu syarat baru ialah Israel harus tetap mengendalikan perbatasan selatan Gaza.
Ia juga ingin memperketat perizinan bagi warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka setelah gencatan senjata.
Dua pejabat senior yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada New York Times bahwa beberapa anggota tim negosiasi Israel yakin hal ini berisiko menghancurkan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan secara keseluruhan.
Kendati demikian, kantor Netanyahu mengatakan laporan tersebut salah.
Pihaknya mengklaim usulan bulan Juli tidak menambah syarat tambahan dan tidak bertentangan atau melemahkan usulan bulan Mei.
Baca juga: Hamas Ogah Hadiri Perundingan Gencatan Senjata setelah PM Israel Netanyahu Ketahuan Curang
Hamas juga telah meminta revisinya sendiri terhadap kesepakatan gencatan senjata dan masih ada ketidakpastian seputar kesediaan Hamas untuk berkompromi dengan Israel.
Pada hari Selasa (13/8/2024), pejabat Hamas Ahmas Abdul Hadi mengumumkan bahwa pihaknya tidak akan terlibat dalam negosiasi yang dijadwalkan di Doha atau Kairo pada hari Kamis (14/8/2024).
Hadi mengatakan kepada Sky News: "Netanyahu tidak tertarik untuk mencapai kesepakatan yang mengakhiri agresi sepenuhnya."
"Tetapi dia malah menipu dan mengelak serta ingin memperpanjang perang dan bahkan memperluasnya di tingkat regional."
Perundingan gencatan senjata baru akan dimulai pada hari Kamis, tetapi Israel dan Hamas masih mempertimbangkan proposal yang diumumkam Presiden AS Joe Biden pada bulan Mei lalu.
Isi dari proposal gencatan tersebut di antaranya yaitu mengakhiri perang selama 10 bulan dan membebaskan sekitar 110 sandera yang masih ditahan di Gaza.
Sementara itu, perang di Gaza terus berkecamuk dan kekhawatiran akan perang besar-besaran yang melibatkan Iran dan salah satu proksi regionalnya, Hizbullah, terus meningkat.
Pembunuhan pemimpin Hamas di Teheran yang diduga merupakan serangan Israel semakin memperburuk ketidakpastian dalam perundingan ini.
Iran Mungkin Akan Menahan Serangan ke Israel Jika Kesepakatan Gencatan Senjata Tercapai
Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan bahwa dia memperkirakan Iran akan menunda kemungkinan menyerang Israel jika gencatan senjata Gaza dan kesepakatan penyanderaan dicapai dalam beberapa hari ke depan, lapor Axios.
Awalnya, Biden mengatakan bahwa ia khawatir tentang kemungkinan serangan Iran terhadap Israel dan implikasinya terhadap kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata.
Ia mengatakan semakin sulit untuk mencapai kesepakatan tetapi ia tidak menyerah.
"Kita lihat apa yang akan dilakukan Iran. Kita lihat apa yang akan terjadi," tambah Biden.
Ketika ditanya apakah ia memperkirakan Iran akan menunda serangan balasan jika kesepakatan gencatan senjata tercapai, Biden mengatakan, "itulah perkiraan saya."
Gedung Putih sangat khawatir bahwa jika Iran dan Hizbullah menyerang Israel dalam beberapa hari ke depan, hal itu akan menyabotase negosiasi dan menggagalkan kemungkinan kesepakatan apa pun.
Baca juga: Iran Janji Batalkan Serang Israel Jika Perundingan Gencatan Senjata Gaza Membuahkan Hasil
Pejabat AS mengatakan bahwa meski laporan intelijen AS dan Israel menunjukkan Iran sudah membuat persiapan militer untuk menyerang Israel, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei masih belum memberikan perintah final untuk melakukan serangan tersebut.
Khamenei dan pejabat politik dan militer senior Iran lainnya mengatakan Iran akan membalas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel di Teheran bulan lalu.
"Iran dan Hizbullah tidak tahu harus berbuat apa. Ada banyak perencanaan tetapi belum ada keputusan," kata seorang pejabat AS.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)