Bukan Prancis, Eks Juru Bicara Bos Telegram Sebut Negara yang Sebenarnya Inginkan Pavel Durov
Amerika Serikat (AS) diyakini berada di belakang penangkapan pendiri dan bos Telegram, Pavel Durov.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Amerika Serikat (AS) diyakini berada di belakang penangkapan pendiri dan bos Telegram, Pavel Durov.
Pria kelahiran St Petersburg, Rusia, 39 tahun lalu tersebut ditangkap oleh pihak berwenang Prancis saat menjejakkan kakinya di Bandara Paris-Le Bourget, pada Sabtu (25/8/2024).
Mantan juru bicara pers Durov, Georgy Loboushkin mengatakan, Durov tak mungkin akan mendatangi negara yang akan menangkapnya. Ia tak mengira kalau Prancis serius akan menangkapnya.
Baca juga: Alasan CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis, Diduga Terkait Pelanggaran Aplikasi
Ia sangat yakin Durov tidak menyadari bahwa surat perintah sedang dipersiapkan untuk penangkapannya, atau mengira bahwa ia tidak akan mendapat masalah serius saat ke Prancis.
Durov sendiri memiliki kewarganegaraan ganda yaitu Uni Emirat Arab (UEA) dan Prancis sehingga Loboushkin menyebut hal biasa eks bosnya datang ke Prancis.
"Ia tidak akan "mengabaikan keselamatannya sendiri" dan mendarat di Paris jika ia mengira pihak berwenang Prancis serius ingin menangkapnya," kata Loboushkin dikutip dari Russia Today, Minggu (25/8/2024).
Durov ditangkap di Bandara Paris-Le Bourget setelah tiba dari Azerbaijan dengan jet pribadi.
Jaksa penuntut di Paris berencana untuk mendakwanya dengan sejumlah pasal keterlibatan tindakan kriminal.
Telegram besutannya tersebut dinilai membantu perdagangan narkoba, pelanggaran pedofilia, dan penipuan, dengan alasan bahwa moderasi konten Telegram yang tidak memadai, alat enkripsi yang kuat, dan dugaan kurangnya kerja sama dengan polisi memungkinkan penjahat berkembang biak di aplikasi tersebut.
"Ini adalah misteri besar mengapa ia mengabaikan keselamatannya sendiri dan memutuskan untuk mendarat di Paris," kata Loboushkin kepada RT pada hari Minggu.
Loboushkin menegaskan bahwa Durov adalah orang yang sangat berhati-hati dalam hal keamanannya. Durov, disebutnya, sering mengatakan takada gunanya masuk penjara.
Baca juga: Pavel Durov, Pendiri Telegram Ditangkap di Prancis, Dubes Rusia Sebut Ada Motif Politik
"Saya pikir serangan itu tidak datang dari UE maupun dari Prancis. Kemungkinan besar itu serangan dari Amerika Serikat, yang telah lama mengincar Pavel Durov, dan Durov selalu membicarakannya," kata Loboushkin.
Pria ini mengatakan, salah satu contohnya dalam sebuah wawancara dengan wartawan Tucker Carlson, bahwa ia dan karyawannya berada di bawah tekanan, atau setidaknya ada semacam pengawasan yang dilakukan oleh FBI.
“Saya pikir akar permasalahannya ada di sana, jadi tidak masuk akal untuk membahas niat otoritas Prancis yang menangkapnya, karena mereka sama sekali tidak berperan di sini.”
Dalam wawancara dengan Carlson pada bulan April, Durov mengatakan bahwa ia menarik “terlalu banyak perhatian” dari penegak hukum setiap kali ia mengunjungi AS, dan mengklaim bahwa agen intelijen Amerika telah berupaya merekrut salah satu karyawannya untuk memasang pintu belakang di aplikasi yang memungkinkan mereka memata-matai pengguna Telegram.
Ekaterina Mizulina, kepala Liga Internet Aman Rusia juga mengatakan hal yang sama.
Ia mencurigai Washington berada di belakang penangkapan Durov.
“Amerika berada di balik situasi ini secara keseluruhan,” kata Mizulina.
Mizulina menuding Washington ingin membatasi aliran informasi bebas dan menyerang TON, platform blockchain yang awalnya dikembangkan oleh Durov.
Dengan perusahaan-perusahaan besar Rusia yang berinvestasi di TON, penangkapan tersebut pada dasarnya merupakan “kelanjutan dari kebijakan sanksi AS,” tulis Mizulina di Telegram.