Aksi Demonstrasi Besar-besaran di Israel, 500.000 Orang Tuntut Pembebasan Sandera
Ratusan ribu orang turun ke jalanan di Israel, menuntut PM Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Ratusan ribu warga Israel turun ke jalan-jalan di Tel Aviv dan tempat-tempat lain untuk menuntut kesepakatan gencatan senjata yang bisa memulangkan para sandera.
Para demonstran menyalakan flare di jalan yang mereka blokir di Tel Aviv, menyerukan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk berbuat lebih banyak untuk membawa pulang tawanan yang tersisa di Gaza.
Aktivis dan media Israel telah membagikan rekaman yang diverifikasi oleh Al Jazeera yang mendokumentasikan pengunjuk rasa yang memblokir jalan raya Ayalon, jalan utama di Tel Aviv.
Dalam salah satu video, polisi terlihat menyemprot pengunjuk rasa dengan air yang berbau busuk untuk membubarkan demonstrasi.
Aksi demonstran kembali memuncak setelah jasad enam tawanan ditemukan dari sebuah terowongan di Gaza pada hari Sabtu.
"Ini tentu berbeda dari apa yang telah kita lihat selama beberapa bulan terakhir ketika demonstrasi dimulai setelah perang dimulai," lapor Hamdah Salhut dari Al Jazeera, Senin (2/9/2024).
"Ini mungkin demonstrasi terbesar."
"Perkiraan massa sekitar 280.000 orang di Tel Aviv saja."
Ia mengatakan bahwa di seluruh Israel, jumlah pengunjuk rasa di jalan-jalan diperkirakan mencapai 500.000 orang.
Analis: Protes massal di Israel tidak seperti sebelumnya
Demonstrasi antipemerintah di Israel sangat berbeda dengan protes-protes sebelumnya selama perang, menurut Ori Goldberg, seorang komentator politik.
“Orang-orang yang telah berdemonstrasi untuk para sandera hingga saat ini, secara umum dianggap agak mirip dengan orang-orang yang memprotes Netanyahu selama setahun sebelum perang pecah, yang berarti demonstrasi tersebut diklasifikasikan sebagai protes politis,” kata Goldberg kepada Al Jazeera.
Baca juga: Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata, Netanyahu Disalahkan usai Tewasnya Tawanan Israel di Gaza
Namun hal itu tampaknya berubah.
Dua tujuan perang yang dinyatakan Israel, yakni mengembalikan para tawanan dan menghancurkan Hamas, tampaknya tidak lagi memuaskan opini publik Israel, tambahnya.
Warga Israel telah menyadari bahwa kematian keenam tawanan itu dapat dihindari dan militer Israel berlarian seperti ayam tanpa kepala, kata Goldberg.
“Pemahaman yang telah meresap ke dalam kesadaran publik adalah bahwa tekanan militer yang sangat dibanggakan oleh perdana menteri kita, tidak hanya tidak membantu pengembalian para sandera, tetapi juga membunuh mereka."
Kecaman warga Israel atas kematian tawanan: Ini adalah gempa bumi
Meskipun kritik terus meningkat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melanjutkan pertempuran hingga Hamas dihancurkan.
Militer Israel, yang menyadari sulitnya operasi penyelamatan, telah mengakui bahwa kesepakatan gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk membawa pulang sejumlah besar tawanan dengan selamat.
Beberapa analis mengatakan kemarahan publik atas tewasnya enam sandera dapat menjadi tekanan politik tingkat baru terhadap Netanyahu.
"Saya pikir ini adalah gempa bumi. Ini bukan sekadar satu langkah lagi dalam perang," kata Nomi Bar-Yaacov, peneliti di Program Keamanan Internasional di Chatham House, sesaat sebelum protes massal hari Minggu.
Para kritikus menuduh perdana menteri mengutamakan kepentingan pribadinya daripada mereka yang ditahan di Gaza.
Berakhirnya perang kemungkinan akan mengarah pada penyelidikan atas kegagalan pemerintahnya dalam serangan 7 Oktober, keruntuhan pemerintah, dan pemilihan umum dini.
Namun Gideon Levy, kolumnis surat kabar Haaretz Israel, menyatakan keraguannya bahwa protes besar-besaran di Israel akhirnya dapat memaksa pemerintah Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
"Tidak, itu tidak akan cukup – kecuali jika itu merupakan awal dari sesuatu yang besar – karena jika semuanya akan selesai besok, Netanyahu dapat mengatasinya. Jangan lupa bahwa sebagian besar dari mereka yang berunjuk rasa bukanlah dari basis politik Netanyahu," kata Levy kepada Al Jazeera.
Ia juga mencatat bahwa partai-partai sayap kanan dalam pemerintahan tidak peduli dengan para sandera.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)