Di Tengah Mogok Massal, Keluarga Tawanan Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan dengan Hamas
Pemerintahan Netanyahu diminta untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas guna membebaskan tawanan yang tersisa.
Penulis: Nuryanti
Editor: Whiesa Daniswara
![Di Tengah Mogok Massal, Keluarga Tawanan Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan dengan Hamas](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warga-israel-demo-anti-pemerintah-buntut-kematian-6-sandera_20240902_145652.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Forum Sandera dan Keluarga Hilang, Udi Goren, menyerukan agar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencapai kesepakatan dengan Hamas guna membebaskan tawanan yang tersisa.
Hal ini disampaikan keluarga tawanan kepada Al Jazeera dari Knesset Israel di Yerusalem Barat, tempat kelompok tersebut berbicara kepada anggota parlemen di tengah pemogokan umum yang sedang berlangsung.
"Israel harus memastikan perbatasannya aman."
"Kita perlu memastikan Hamas tidak dapat melakukan serangan seperti 7 Oktober lagi," kata Goren, Senin (2/9/2024).
"Namun untuk melakukannya, kita memerlukan rencana jangka panjang, dan ini tidak akan terjadi secara militer."
"Militer telah melakukan apa yang harus dilakukannya, melemahkan Hamas sehingga mereka tidak dapat menyakiti kita."
"Mulai saat ini, mereka perlu memasuki fase diplomatik," papar Udi Goren.
Hamas Sebut Netanyahu Halangi Kesepakatan Gencatan Senjata
Pejabat Hamas Khalil al-Hayya mengatakan, kelompok tersebut telah siap menandatangani kesepakatan gencatan senjata untuk Gaza.
Namun, Benjamin Netanyahu disebut telah mencegah hal itu terjadi.
“Usulan Israel terakhir disampaikan pada 27 Mei. Usulan itu disampaikan oleh pendudukan Israel dan disetujui Biden kata demi kata."
Baca juga: Anggap Biden Terlalu Lembek, Trump Akui Israel Akan Lenyap jika Iran Punya Senjata Nuklir
"AS juga mendatangi Dewan Keamanan dan usulan itu disetujui di sana."
"Hamas menyambut baik prinsip-prinsip yang diajukan Biden dan keputusan Dewan Keamanan."
"Kami mengharapkan adanya peluang untuk mencapai kesepakatan. Kami menyetujui perundingan,” kata al-Hayya, yang memimpin tim negosiasi Hamas, kepada Al Jazeera.
Namun, Israel mulai menghindari kesepakatan apa pun, dengan Netanyahu memberlakukan persyaratan baru.
Netanyahu "secara keliru" mengklaim bahwa Hamas telah menolak proposal tersebut.
"Faktanya, kami menyetujui usulan Israel yang disampaikan pada 29 Mei," katanya.
"Kami hanya mengirimkan pertanyaan kepada mediator yang mengonfirmasi bahwa semua pertanyaan kami disetujui," terang al-Hayya.
Mogok Kerja Massal di Israel
Ratusan ribu warga Israel turun ke jalan pada Minggu (1/9/2024) malam dalam kesedihan dan kemarahan setelah enam sandera ditemukan tewas di Gaza.
Keluarga dan sebagian besar masyarakat menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dengan mengatakan mereka bisa saja dikembalikan hidup-hidup dalam kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir 11 bulan.
Namun, pihak lain mendukung strategi Netanyahu untuk mempertahankan tekanan militer tanpa henti terhadap Hamas, yang serangannya pada 7 Oktober ke Israel memicu perang.
Mereka mengatakan hal itu pada akhirnya akan memaksa para militan untuk menyerah pada tuntutan Israel, yang berpotensi menghasilkan penyelamatan yang lebih berhasil dan pada akhirnya memusnahkan kelompok tersebut.
Baca juga: Kerja Sama Iran dan Suriah Diyakini Bisa Buat Israel Keok di Gaza
![Aksi demonstrasi dan mogok massal di Israel, Senin (2/9/2024).](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/aksi-demonstrasi-israel-2.jpg)
Dikutip dari AP News, serikat pekerja terbesar di Israel, Histadrut, menyerukan pemogokan umum pada hari Senin, yang pertama sejak dimulainya perang.
Tujuannya adalah untuk menutup atau mengganggu sektor-sektor utama ekonomi, termasuk perbankan, perawatan kesehatan, dan bandara utama negara itu.
Maskapai penerbangan di bandara internasional utama Israel, Ben-Gurion, menghentikan penerbangan berangkat antara pukul 8.00 dan 10.00 pagi waktu setempat.
Penerbangan tersebut berangkat lebih awal atau sedikit tertunda, dan penumpang terlihat mengantre di konter check-in meskipun gangguannya terbatas.
Penerbangan yang datang terus berlanjut seperti biasa selama waktu itu, menurut Otoritas Bandara Israel.
Bank, beberapa mal besar, dan kantor pemerintah ditutup karena pemogokan, serta transportasi umum dibatasi.
Baca juga: Israel Kirim Bala Bantuan ke Tepi Barat, 2 Kali Lipat dari Jumlah Pasukan di Jalur Gaza
Kota-kota di wilayah tengah Israel yang padat penduduk, termasuk Tel Aviv, turut serta dalam pemogokan, yang mengakibatkan jam sekolah dipersingkat dan tempat penitipan anak umum serta taman kanak-kanak dibatalkan.
Akan tetapi, banyak kotamadya, termasuk Yerusalem, tidak berpartisipasi dalam aksi mogok tersebut.
Media Israel melaporkan bahwa negara tersebut mengajukan banding ke pengadilan ketenagakerjaan untuk membatalkan aksi mogok tersebut, dengan mengatakan bahwa aksi tersebut bermotif politik.
Update Perang Israel-Hamas
Pasukan Israel terus menggempur Jalur Gaza, menewaskan puluhan warga Palestina, termasuk 11 orang yang berlindung di sebuah sekolah di Kota Gaza dan empat orang yang bepergian dengan mobil di dekat Deir el-Balah.
Ratusan ribu warga Israel turun ke jalan di Tel Aviv dan kota-kota lain di Israel, menuntut kesepakatan gencatan senjata setelah jasad enam tawanan lainnya ditemukan di Gaza. Mogok kerja juga terjadi di seluruh negeri.
Di Tepi Barat yang diduduki, jumlah korban tewas akibat serangan besar-besaran Israel meningkat menjadi 29 saat pengepungan Israel di kamp pengungsi Jenin memasuki hari keenam, membuat warga Palestina tidak memiliki akses terhadap makanan, air, listrik atau internet.
Baca juga: Yordania Bersumpah Gunakan Semua Kekuatan Lawan Usaha Israel Usir Warga Palestina di Tepi Barat
Pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok Palestina telah siap menandatangani perjanjian gencatan senjata untuk Gaza, tetapi Netanyahu telah mencegah hal itu terjadi.
Seorang pemuda Palestina tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di dekat Jenin, sehingga jumlah korban tewas akibat serangan besar-besaran Israel di Tepi Barat yang diduduki menjadi 29, menurut kantor berita Wafa.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan kepada mitranya dari Israel, Yoav Gallant, bahwa kesepakatan gencatan senjata harus diselesaikan “segera” untuk membawa kembali tawanan yang tersisa.
Badan maritim Inggris mengatakan kapal dagang lainnya diserang dengan dua proyektil tak dikenal di lepas pantai Yaman, tetapi tidak ada korban di dalamnya.
Setidaknya 40.738 orang tewas dan 94.154 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.