Warga Israel Demo dan Mogok Kerja Massal, Disebut Bisa Beri Tekanan pada Pemerintahan Netanyahu
Protes dan pemogokan dapat mengancam koalisi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Seruan untuk mogok kerja massal di Israel sebagai protes atas kegagalan memulangkan sandera yang ditawan di Gaza, menyebabkan penutupan dan gangguan lain di seluruh negeri, Senin (2/9/2024).
Seorang profesor madya kebijakan publik di Institut Studi Pascasarjana Doha, Tamer Qarmout, memberi tanggapan terkait aksi di Israel itu.
Ia mengatakan, protes dan pemogokan yang sedang berlangsung di Israel dapat membawa negara itu ke titik kritis jika jumlahnya bertambah.
Menurut Tamer Qarmout, protes dan pemogokan tersebut juga dapat mengancam koalisi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
"Jika Histadrut bergabung dengan protes ini, protes tersebut bisa bertambah besar dan memberikan tekanan nyata pada pemerintahan Netanyahu," ujarnya kepada Al Jazeera, Senin.
“Ada kemarahan, ada rasa frustrasi, dan juga kesadaran bahwa kini kita semakin dekat dengan satu tahun perang ini, bahwa tujuan yang dicanangkan Netanyahu hampir mustahil untuk dicapai," katanya.
“Sebelum perang ini dimulai, Israel sudah menjadi masyarakat yang terpecah belah."
"Sekarang ada orang seperti (Menteri Keuangan) Smotrich, dia ingin menjatuhkan sanksi, dia menyerukan agar demonstrasi ini diakhiri," papar Tamer Qarmout.
Selain itu, Amerika Serikat (AS) disebut dapat menggunakan demonstrasi tersebut untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintah Israel.
"Kita sedang mendekati pemilu AS sekarang."
"Jika Amerika serius ingin menggunakan pengaruhnya terhadap Netanyahu, ini bisa mendorong Netanyahu keluar dari posisinya," jelas Qarmout.
Baca juga: Demo Besar & Mogok Massal Digelar di Israel, Serikat Buruh: Seluruh Ekonomi Israel Dimatikan Sehari
Mogok Kerja Massal di Israel
Sementara itu, seruan mogok kerja massal diabaikan di beberapa daerah, yang mencerminkan perpecahan politik di Israel.
Meski begitu, ratusan ribu warga Israel telah turun ke jalan pada Minggu (1/9/2024) malam dalam kesedihan dan kemarahan setelah enam sandera ditemukan tewas di Gaza.
Keluarga dan sebagian besar masyarakat menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dengan mengatakan mereka bisa saja dikembalikan hidup-hidup dalam kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir 11 bulan.