Media Vatikan Ulas Terowongan Silaturahmi: Dari Terowongan Perang Menuju Terowongan Persaudaraan
Media Vatikan Ulas Terowongan Silaturahmi: Dari Terowongan Perang Menuju Terowongan Persaudaraan
Editor: Hasanudin Aco
Meskipun kunjungan ini direncanakan empat tahun lalu dan tertunda karena pandemi, kini kunjungan ini memiliki makna profetik. Uskup Roma, dengan gaya Santo Fransiskus dari Assisi, yang namanya ia sandang, tidak datang untuk menaklukkan atau menyebarkan agama, tetapi hanya dengan keinginan untuk menyaksikan keindahan Injil.
Perjalanannya akan membawanya sampai ke Vanimo, sebuah kota kecil berpenduduk sembilan ribu jiwa di pesisir Samudra Pasifik.
Semangat yang sama ini memotivasi pendahulunya, Paus St. Paulus VI, yang pada tanggal 29 November 1970, terbang ke Apia di Samoa yang merdeka untuk merayakan Misa di altar kecil darurat di Leulumoega untuk beberapa ratus penduduk pulau.
Itulah yang juga mengilhami Yohanes Paulus II untuk mengunjungi kawasan dunia ini beberapa kali, yang membuatnya berkata, di Singapura pada tanggal 20 November 1986, mengenai "hakikat sejati" ajaran Yesus: "Kasih menanggapi kebutuhan orang miskin dengan murah hati, dan ditandai dengan belas kasihan bagi mereka yang berduka. Kasih cepat menawarkan keramahtamahan dan bertekun di saat-saat pencobaan. Kasih selalu siap mengampuni, berharap, dan membalas kutukan dengan berkat. 'Kasih tidak berkesudahan.' (1 Kor 13:8). Perintah kasih adalah inti dari Injil."
Kisah di Balik Pembuatan Terowongan Silaturahmi
Jika dilihat selama beberapa tahun belakangan, Masjid Istiqlal telah mengalami banyak perubahan.
Masjid Istiqlal telah direnovasi dan kini tampak lebih bagus.
Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar mengatakan termasuk yang dibangun adalah sebuah terowongan bawah tanah yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Nazaruddin mengatakan sebelum hadirnya terowongan silaturahmi, ia sempat berkeinginan untuk menghilangkan pagar pembatas antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
"Saya dulu meminta agar jalanan yang memisahkan (antara Katedral dan Istiqlal) juga dihilangkan dan dijadikan sebuah taman. Jadi kami satu pekarangan dengan Katedral," katanya dikutip dari Kompas.com Februari 2023 lalu.
Akan tetapi, kata Nazaruddin, usulan tersebut tidak bisa direalisasikan karena penutupan jalan di kawasan Istiqlal dan Katedral akan menimbukan kemacetan.
"Setelah diteliti oleh Dinas Perhubungan, kawasan ini masuk kawasan ring satu (kawasan istana negara), kalau jalanan ini ditutup, otomatis akan macet," terang Nazaruddin.
Menimbang usul pembuatan taman di kawasan Istiqlal dan Katedral tidak bisa direalisasikan, maka Nazaruddin mengusulkan untuk membangun sebuah terowongan.
Akan tetapi setelah diteliti, di lokasi yang akan dibangun terowongan tersebut terdapat pipa air dan pipa listrik berukuran besar peninggalan zaman Belanda.
Selain pipa berukuran besar, ia mengatakan bahwa di sekitar kawasan Istiqlal juga banyak terdapat terowongan bekas zaman Belanda.