Wali Kota Margaliot: Pemerintah Israel saat Ini Lemah dan Tak Kompeten, Kami Telah Lupakan Netanyahu
Wali Kota Margaliot di Israel utara menyebut pemerintahan Netanyahu saat ini lemah dan tak kompeten.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.com - Wali Kota pemukiman Margaliot di Israel utara yang berdekatan dengan perbatasan Lebanon, Eitan Davidi, mengungkapkan pemerintahan rezim Benjamin Netanyahu saat ini lemah dan tak kompeten.
Pernyataan Davidi ini disampaikan menyusul situasi di Israel utara yang tak kunjung membaik setelah 11 bulan serangan Hizbullah di kawasan tersebut.
"Pemerintah Israel lemah dan tak kompeten, mereka telah melupakan wilayah (Israel) utara," katanya dalam sebuah diskusi bersama jurnalis Israel, Almog Boker, di Channel 12 Israel, Kamis (5/9/2024), dilansir Al Mayadeen.
Lebih lanjut, Davidi mengungkapkan pemukiman di Margaliot telah benar-benar kosong karena ditinggalkan warganya selama 11 bulan terakhir.
Ia menuding Netanyahu dan jajarannya sengaja "mengizinkan Hizbullah melakukan apapun di Israel utara."
Hal itu membuat Davidi dan orang-orang di Israel utara memilih melupakan Netanyahu sebagai Perdana Menteri.
Pasalnya, kata Davidi, Netanyahu tak melakukan apapun untuk mengubah situasi di Israel utara.
Sementara, lanjut dia, para warga di Israel utara harus berpikir sendiri bagaimana cara mereka bertahan hidup.
"Selama 11 bulan terakhir, kita telah melupakan Perdana Menteri (Netanyahu) karena ia tidak melakukan apapun untuk mengubah situasi di sini."
"Sementara, kami kebingungan mencari keselamatan di selatan dan ke mana-mana, tanpa harapan untuk kembali ke Margaliot atau Kiryat Shmona," tutur Davidi.
Sementara itu, koresponden Channel 12 di wilayah Israel utara, mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyerang Hizbullah, tetapi masih jauh dari kata tegas.
Baca juga: Analis Militer: Ancaman Terbesar Israel Berasal dari Internal, Bukan Hizbullah Ataupun Iran
"Di lapangan, tembakan terus menerus dari pihak Lebanon," lapornya.
Lebih lanjut, koresponden itu mengatakan ratusan ribu pemukim Israel bertanya-tanya bagaimana mereka menjalani hari di tengah operasi Hizbullah yang terus menerus.
"Perasaan putus asa telah menyertai mereka akhir-akhir ini, terutama dalam beberapa terakhir," ungkap koresponden itu.
Channel 12 Israel merilis statistik yang menunjukkan serangan ke wilayah Israel utara oleh Hizbullah telah meningkat empat kali lipat sejak awal tahun.
Pada Januari 2024, Hizbullah melancarkan 334 operasi, sedangkan di bulan Agustus naik menjadi 1.307 operasi.
Dalam konteks yang sama, situs web Israel, Walla, mengatakan, "Semua orang membahas Koridor Philadelphia, tetapi tidak seorang pun menyebut Kiryat Shmona."
Situs itu menambahkan, "Sementara isu keberadaan Israel di Gaza dibahas secara luas, Galilea Hulu masih menjadi sasaran serangan."
Mengutip para pemukim dari Kiryat Shmona, situs web tersebut mengatakan, "Ini gambaran yang sulit, kami tidak tahu kapan kami akan kembali atau seperti apa kehidupan di sini."
Hizbullah Targetkan Pemukiman Neot Mordechai untuk Pertama Kali
Pada Rabu (4/9/2024), Hizbullah untuk pertama kalinya menargetkan pemukiman Israel di Neot Mordechai menggunakan roket Katyusha.
Baca juga: Yair Lapid Peringatkan Kemungkinan Perang Abadi di Gaza: Netanyahu Tak Tertarik Gencatan Senjata
Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah mengatakan pihaknya menembakkan rentetan roket Katyusha ke Neot Mordechai, yang terletak hanya 6 kilometer dari perbatasan Lebanon-Israel.
Serangan itu terjadi merupakan balasan atas serangan artileri Israel terhadap desa-desa di Lebanon selatan, termasuk Ayta ash Shab dan Khiam.
Hizbullah juga melaporkan telah melancarkan serangan terhadap beberapa posisi militer Israel, termasuk lokasi artileri di pangkalan Zaoura dan pasukan di barak Zarit, dilansir Anadolu Ajansi.
Di hari yang sama, seorang wanita tewas dan tujuh lainnya, termasuk seorang anak, terluka dalam serangan Israel yang menargetkan berbagai daerah di Lebanon selatan.
Serangan itu juga memicu kebakaran di beberapa wilayah.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan dalam sebuah pernyataan, penembakan artileri Israel di kota Qabrikha di Lebanon selatan mengakibatkan kematian seorang wanita dan cedera pada dua orang lainnya, termasuk seorang anak berusia 12 tahun.
Dalam pernyataan terpisah, kementerian tersebut mencatat serangan udara Israel di kota Houla di Lebanon selatan menyebabkan tiga orang cedera.
Sementara itu, tentara Israel mengklaim telah mendeteksi rentetan roket yang ditembakkan dari Lebanon ke arah Galilea Atas.
"Rentetan sekitar 30 roket ditembakkan dari Lebanon ke Galilee Panhandle pada awal malam ini," Times of Israel melaporkan, mengutip keterangan militer.
"Beberapa roket berhasil dicegat sementara yang lainnya menghantam wilayah terbuka, memicu kebakaran di dekat Kfar Blum," imbuh laporan itu.
Militer tidak melaporkan adanya korban jiwa.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel di tengah serangan lintas perbatasan antara Hizbullah dan pasukan Israel saat Tel Aviv terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 40.800 orang sejak 7 Oktober lalu menyusul serangan oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)