Vladimir Putin Akui Suka Lihat Tawa Kamala Harris Kayak Menular, Beda dengan Donald Trump
Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung Kamala Harris maju di Pilpres AS. Dia juga menyukai tawa Harris.
Editor: Hasanudin Aco
Ringkasan :
- Vladimir Putin bercanda mengatakan Rusia akan mendukung Kamala Harris
- Bahkan Putin suka dengan tawa Harris
- Dia mengkritik sanksi yang pernah dilakukan Donald Trump terhadap Rusia
- Pejabat AS mengutuk pernyataan Putin itu
- Donald Trump pernah kritik tawa Harris yang seperti 'orang gila'
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Presiden Rusia Vladimir Putin menggemparkan politik Amerika Serikat (AS) dengan menyatakan dukungannya terhadap calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris.
Pernyataan Vladimir Putin ini memicu kontroversi menjelang pemilu 2024 di AS.
Putin, yang berbicara di sebuah forum ekonomi di Vladivostok, mengatakan lebih menyukai Harris daripada mantan Presiden Donald Trump.
Dua kandidat presiden AS dari partai yang berbeda.
Bahkan Vladimir Putin mengatakan tawa Harris “menular”.
Putin mengisyaratkan kemenangan Harris di Pemilu AS dapat menguntungkan Rusia.
""Favorit kami, jika Anda bisa menyebutnya demikian, adalah presiden saat ini [Joe] Biden. Namun ia disingkirkan dari pencalonan dan ia merekomendasikan semua pendukungnya untuk mendukung Ibu Harris. Baiklah, kami akan melakukannya, kami akan mendukungnya (Harris)," kata Putin sambil menyeringai.
Pemimpin Kremlin berusia 71 tahun itu juga menyukai tawa khas Harris .
"Ia tertawa dengan sangat ekspresif dan menular sehingga itu berarti semuanya baik-baik saja dengannya," katanya.
Putin menambahkan bahwa jika ia baik-baik saja "mungkin ia akan menahan diri" untuk tidak menjatuhkan sanksi lebih lanjut kepada Rusia.
Sebaliknya, Putin bersikap kritis terhadap Donald Trump.
Putin mengatakan bahwa saat Donald Trump menjadi presiden AS, sejumlah sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dijatuhkan pada Rusia.
“Trump telah memberlakukan begitu banyak pembatasan dan sanksi terhadap Rusia yang belum pernah diberlakukan oleh presiden lain sebelumnya,” katanya.
“Pada akhirnya, pilihan ada di tangan rakyat Amerika dan kami akan menghormati pilihan tersebut,” imbuh Putin.
Pernyataan ironis Perdana Menteri Rusia itu muncul setelah pemerintahan Biden mengumumkan sanksi baru yang menargetkan kampanye disinformasi Rusia yang ditujukan untuk memengaruhi pemilu AS 2024 agar menguntungkan Trump.
Pejabat AS bereaksi keras terhadap komentar terbaru Putin.
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, menyatakan “Putin seharusnya berhenti berbicara tentang pemilu kita, titik. Dia seharusnya tidak memihak siapa pun.”
Ini bukan pertama kalinya Putin mengkritik kandidat presiden AS. Selama kampanye Trump tahun 2016, Putin memujinya sebagai "luar biasa" dan "berbakat."
Intelijen AS telah menyatakan bahwa Putin mengizinkan upaya untuk mendukung kampanye Trump melalui peretasan dan operasi media sosial rahasia.
Meskipun Putin sebelumnya menyatakan bahwa pemilihan kembali Biden akan lebih baik karena "pengalaman" dan "keterprediksiannya," banyak pejabat AS percaya bahwa Moskow masih lebih menyukai Trump, yang telah menyatakan kekagumannya pada Putin dan mengusulkan pemotongan bantuan ke Ukraina.
Kremlin, seperti pada pemilu sebelumnya, terus menyangkal keterlibatan apa pun dalam pemilu AS.
Donald Trump Pernah Kritik Tawa Harris
"Saya memanggilnya Laughing Kamala. Anda pernah melihatnya tertawa? Dia gila. Anda tahu, Anda bisa tahu banyak hal dari tawanya. Tidak, dia gila. Dia gila.”
"Gila", "gila" dan "Kamala yang Tertawa".
Begitulah Donald Trump menyebut tawa Harris dalam sebuah kesempatan.
Ini adalah serangan terhadap kelayakannya menjadi Presiden AS.
Kelompok sayap kanan di AS juga mengajukan pertanyaan serupa.
"Wanita itu terus-menerus tertawa konyol," kata komentator sayap kanan Teena McQueen di Sky News Australia pada tahun 2023.
"Saya tidak tahu obat apa yang dia konsumsi, atau apa yang membuatnya begitu bahagia sepanjang waktu, tetapi dia benar-benar memalukan, dan dia tidak pernah membantu wanita."
Ada alasan di balik rasa jijik politik terhadap tawa Harris.
Dibandingkan Harris, Trump memang jarang tertawa.
Gregory Krieg dari CNN menulis tentang hal itu pada tahun 2016.
Komedian Penn Jillette yang menghabiskan waktu bersama Trump selama tahun-tahun "The Apprentice", telah berbicara tentang bagaimana Trump tidak tertawa.
Begitu pula dengan mantan Direktur FBI James Comey , yang dipecat Trump secara kontroversial pada tahun 2017.