Diusir Pemukim Israel, Warga Palestina Mengungsi di Desa Kecil di Tepi Barat, Situasinya Menyedihkan
Sekitar 150 warga Palestina yang telah kembali, tidur di luar reruntuhan rumah lama mereka.
Penulis: Nuryanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
![Diusir Pemukim Israel, Warga Palestina Mengungsi di Desa Kecil di Tepi Barat, Situasinya Menyedihkan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pemandangan-pemukiman-har-bracha-di-tepi-barat-dekat-kota-nablus-di-tepi-barat.jpg)
Hal ini menjadikan tahun 2024 sebagai tahun puncak perampasan tanah Israel selama tiga dekade terakhir.
Sebanyak 700.000 pemukim telah tinggal di Tepi Barat sebelum serangan yang dipimpin Hamas.
Mereka tinggal di 150 permukiman dan 128 pos terdepan, yang merupakan perkemahan darurat yang terdiri dari satu karavan hingga beberapa bangunan yang dibangun di tanah Palestina.
Tentara dan pemukim Israel telah menggusur 1.285 warga Palestina dan menghancurkan 641 bangunan, menurut Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Setidaknya 15 komunitas pertanian Palestina telah digusur sepenuhnya, sementara warga sipil dari beberapa komunitas lain telah mengungsi akibat serangan pemukim.
Banyak dari petani ini terpaksa mencari perlindungan sementara di kota-kota di Tepi Barat.
Sejak Perjanjian Oslo 1993, yang ditandatangani oleh pemimpin Palestina saat itu Yasser Arafat dengan Perdana Menteri Israel saat itu Yitzhak Rabin di halaman Gedung Putih, Tepi Barat telah dibagi menjadi tiga zona.
Area C berada di bawah kendali Israel, Area B berada di bawah kendali gabungan Palestina-Israel, sedangkan Area A berada di bawah pemerintahan Otoritas Palestina (PA) yang didirikan pada tahun 1994.
Baca juga: Israel Dihantam Gelombang Unjuk Rasa Besar-besaran, 750.000 Warganya Turun ke Jalan
![Pemandangan kerusakan jalan dan infrastruktur publik di Jalan Abu Bakr Al Siddiq yang dirusak oleh alat berat Israel bersamaan dengan operasi militer mereka pada hari ke-5 di Jenin, Tepi Barat pada 1 September 2024.](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/penghancuran-jalan-di-tepi-barat-oleh-israel.jpg)
Sementara itu, penduduk desa Khirbet Zanuta telah lama menghadapi pelecehan dan kekerasan dari para pemukim.
Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel yang memicu perang di Gaza, mereka mengatakan bahwa mereka menerima ancaman pembunuhan yang nyata dari warga Israel yang tinggal di pos terdepan yang tidak sah di atas bukit yang disebut Ladang Meitarim.
Pos terdepan tersebut dikelola oleh Yinon Levi, yang telah dijatuhi sanksi oleh AS, Inggris, Uni Eropa, dan Kanada karena mengancam tetangganya yang berasal dari Palestina.
Penduduk desa mengatakan mereka melaporkan ancaman dan serangan tersebut kepada polisi Israel, tetapi mereka tidak mendapat banyak bantuan.
Karena takut akan keselamatan mereka, pada akhir Oktober, mereka mengemasi barang-barang yang bisa mereka bawa dan pergi.
Baca juga: Warga Israel Demo Lagi, Protes karena Pemerintahan Netanyahu Gagal Bebaskan Sandera di Gaza
Meskipun kekerasan pemukim telah meningkat bahkan sebelum perang di bawah pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kekerasan tersebut telah meningkat pesat sejak 7 Oktober.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.