Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tentara Israel Salah Bunuh Sandera saat Targetkan Pemimpin Hamas, Sengaja Disembunyikan dari Publik

Tentara Israel menyembunyikan fakta soal mereka salah membunuh sandera saat menargetkan pemimpin Hamas di Gaza.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Sri Juliati
zoom-in Tentara Israel Salah Bunuh Sandera saat Targetkan Pemimpin Hamas, Sengaja Disembunyikan dari Publik
KANTOR MEDIA HAMAS / AFP
Gambar yang diambil dari video selebaran yang dirilis oleh Kantor Media Hamas menunjukkan seorang anggota Brigade Al-Qassam menyerahkan sandera kepada pejabat Komite Palang Merah Internasional di Gaza pada 24 November 2023, sebelum mereka dipindahkan ke Israel.- Tentara Israel menyembunyikan fakta soal mereka salah membunuh sandera saat menargetkan pemimpin Hamas di Gaza. 

TRIBUNNEWS.com - Tentara Israel keliru membunuh tiga sandera dalam serangan udara yang menargetkan seorang pemimpin senior Hamas di Gaza utara.

Insiden itu terjadi pada Desember 2023 dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sengaja menyembunyikannya dari publik, menurut laporan media lokal, Senin (9/9/2024), dikutip dari Anadolu Ajansi.

Channel 12 Israel mengungkapkan, tiga sandera, termasuk dua tentara, yang menjadi korban salah bunuh itu adalah Nik Beizer, Ron Sherman, dan Elia Toledano.

Menurut saluran tersebut, tentara Israel tidak mengetahui ada sandera Israel di lokasi yang telah mereka targetkan.

Jasad ketiganya dievakuasi dari sebuah terowongan di Gaza pada pertengahan Desember 2023.

Saat itu, militer Israel menyebut tiga korban diculik hidup-hidup oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

Namun, militer Israel segera mengetahui rincian kematian para korban di bulan Februari 2024, tetapi memilih untuk tidak mempublikasikannya.

Berita Rekomendasi

Terkait hal itu, Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan pihaknya masih terus menyelidiki seputar kematian tiga sandera Israel itu.

Nantinya, lanjut Daniel, pihaknya akan "menyampaikan hasilnya kepada keluarga mereka" mengenai hasil penyelidikan.

Di bulan yang sama, Desember 2023, tiga sandera Israel di lingkungan Shujaiya juga menjadi korban salah serangan.

Saat itu, militer Israel mengatakan tiga sandera terbunuh karena pasukan Zionis salah mengira mereka sebagai ancaman.

Baca juga: 2 Menteri Israel Dianggap Jadi Biang Kerok Ketegangan di Tepi Barat, Disebut Provokator

"Selama pertempuran di Shujaiya, (pasukan Israel) keliru mengidentifikasi tiga sandera Israel sebagai ancaman."

"Akibatnya, pasukan menembaki mereka dan mereka terbunuh," kata militer dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Jazeera.

Para sandera itu diidentifikasi sebagai Yotam Haim, Samer Al-Talalka, dan Alon Shamriz.

Daniel Hagari saat itu mengungkapkan, ketiga sandera itu diyakini melarikan diri dari tempatnya ditahan atau ditelantarkan.

Salah sasaran terhadap sandera maupun pasukan Israel, menjadi hal yang lumrah selama perang di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Pada pertengahan Agustus 2024, seorang tentara Israel tewas dan enam lainnya terluka dalam penembakan yang "keliru" terhadap sebuah gedung di Khan Younis, Gaza selatan.

Gedung itu merupakan tempat untuk menampung pasukan Israel yang berperang di Gaza.

Militer Israel tidak memberikan perincian apapun tentang insiden itu.

Mereka hanya mengatakan seorang prajurit dari unit pengintaian Brigade Pasukan Terjun Payung Angkatan Darat tewas dan enam lainnya terluka.

Baca juga: 12 Kapal Israel Jadi Sasaran Iran, Panglima Tertinggi IRGC: Ini adalah Serangan Balasan

Lembaga penyiaran publik Israel, KAN, mengatakan korban tewas akibat sebuah pesawat tempur Israel menjatuhkan bom di sebuah bangunan yang berdekatan dengan gedung tempat pasukan ditempatkan.

Kemungkinan Perang Abadi di Gaza

Pemimpin oposisi sentris Israel Yair Lapid menyampaikan pernyataan kepada pers di Knesset (parlemen Israel) di Yerusalem pada 31 Mei 2021. Lapid mengatakan
Pemimpin oposisi sentris Israel Yair Lapid menyampaikan pernyataan kepada pers di Knesset (parlemen Israel) di Yerusalem pada 31 Mei 2021. Lapid mengatakan "banyak rintangan" masih ada sebelum koalisi yang beragam untuk menggulingkan Perdana Menteri sayap kanan yang sudah lama menjabat, Benjamin Netanyahu dapat disepakati. (DEBBIE HILL / POOL / AFP)

Sebelumnya, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, memperingatkan adanya kemungkinan "perang abadi" di Gaza.

Hal ini disampaikan Lapid dalam pernyataannya yang menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tak berniat mewujudkan gencatan senjata di wilayah kantong itu.

Sebab, kata Lapid, Netanyahu lebih suka perang, ketimbang harus menghadapi tantangan internal dari rakyatnya sendiri.

"Dia lebih suka perang karena perang membebaskannya dari kebutuhan menghadapi tantangan internal," ungkap Lapid dalam pernyataannya, Rabu (4/9/2024), dikutip dari Independent.

Diketahui, pemerintahan Netanyahu tengah menghadapi kecaman keras dari rakyat Israel yang mendesak pertukaran sandera dengan Hamas segera disepakati.

Namun, Netanyahu terus menunda kesepakatan itu dan bersikeras mempertahankan militer Israel di Koridor Philadelphia.

Terkait hal itu, Lapid menilai Israel bisa menghadapi situasi tersebut asalkan Netanyahu mundur dari jabatannya dan perang di Gaza berakhir.

"Kita tahu bagaimana menghadapi tantangan internal, kita pernah melakukannya sebelumnya."

"Sudah saatnya mengganti pemerintahan dan mengakhiri perang (di Gaza)," urai dia.

Hingga saat ini, Netanyahu diketahui masih bersikeras mempertahankan kehadiran militer Israel di Koridor Philadelphia.

Keinginannya itu berisiko menggagalkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, menurut media Amerika Serikat (AS).

Ngototnya Netanyahu soal Koridor Philadelphia telah "menjadi hambatan utama bagi gencatan senjata dan perjanjian pembebasan sandera dengan Hamas," lapor Washington Post, mengutip pejabat AS yang berperan sebagai mediator bersama Qatar dan Mesir.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas