Israel Mau Perang Besar, Lebanon Bersiap Keadaan Darurat: Ratusan Rumah Sakit Siaga Tinggi
Lebanon menerapkan status siaga tinggi terhadap 150 rumah sakit sebagai persiapan penerapan keadaan darurat serangan besar Israel.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Israel Mau Perang Besar, Lebanon Bersiap Terapkan Keadaan Darurat: Ratusan Rumah Sakit Siaga Tinggi
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Al-Abiad, mengumumkan kalau negaranya telah menempatkan 150 rumah sakit dalam status siaga tinggi.
Hal itu, sebagai persiapan penerapan keadaan darurat atas potensi serangan Israel berskala besar, demikian dilaporkan Anadolu Agency, dikutip Jumat (13/9/2024).
Baca juga: Pusat Komando Divisi 146 Israel Hujan Roket Seusai Komandan Pasukan Elite Radwan Hizbullah Tewas
Persiapan tersebut dilakukan menyusul serangan Israel yang terus berlanjut sejak 8 Oktober 2023, yang telah berdampak pada sektor perawatan kesehatan Lebanon.
Dalam wawancara dengan Anadolu, Al-Abiad membahas dampak serangan Israel yang terus berlanjut terhadap sistem perawatan kesehatan negara tersebut dan menguraikan upaya Kementerian yang dipimpinnya untuk menghadapi potensi konflik yang lebih luas.
Terimbas Sikap Hizbullah, Israel Pakai Bom Fosfor
Al-Abiad menekankan bahwa, sejak hari pertama serangan, pemerintah Lebanon berprinsip kalau mereka tidak menginginkan perang.
Sikap gerakan Hizbullah yang bertekad terus melancarkan serangan ke Israel -sebagai respons dan dukungan atas perjuangan rakyat dan milisi Palestina dan balasan atas agresi Israel ke kota-kota di perbatasan, justru memperuncing konflik yang kini berada di ambang perang besar antara kedua negara.
“Rakyat Lebanon, sejak hari pertama serangan Israel, menyatakan keinginan mereka untuk perdamaian dan menyerukan gencatan senjata segera dari Gaza hingga Lebanon,” katanya, yang menyatakan penyesalan atas perluasan serangan Israel yang terus berlanjut di tanah Lebanon.
Kementerian Kesehatan Lebanon, menurut Al-Abiad, segera mengaktifkan pusat darurat kesehatannya.
“Kami memastikan bahwa rumah sakit dilengkapi untuk menangani gelombang besar korban, yang mencakup dukungan logistik dan pelatihan tenaga kesehatan,” jelasnya.
Sang menteri menyoroti, pelatihan tersebut juga mencakup cara merawat pasien yang terluka oleh senjata tertentu, seperti fosfor putih, yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Al-Abiad juga menyebutkan bahwa lebih dari 100.000 warga Lebanon telah dievakuasi dari wilayah perbatasan ke bagian lain negara tersebut.
Tempat penampungan telah didirikan untuk menampung mereka, dengan sebagian besar persiapan didanai oleh negara Lebanon; namun, mitra internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF juga telah memberikan kontribusi.
150 Rumah Sakit Disiapkan untuk Keadaan Darurat
Untuk mengantisipasi kemungkinan serangan besar Israel, Al-Abiad menyatakan bahwa rencana Kementerian tersebut mencakup pengaktifan kembali beberapa lembaga perawatan kesehatan yang telah kurang aktif beroperasi sejak "Perang Juli" 2006 antara Israel dan Hizbullah, termasuk Rumah Sakit Turki, yang disumbangkan oleh Turkiye.
“Menanggapi ancaman Israel, kami telah menyiapkan 150 rumah sakit untuk keadaan darurat, dengan fokus terutama pada mereka yang berada di wilayah yang paling rentan. Setelah menyaksikan kejadian di Gaza, kami berkomitmen untuk memastikan bahwa semua rumah sakit terlatih dengan baik. Israel adalah musuh yang tidak dapat diprediksi, dan kami harus siap menghadapi serangan di wilayah mana pun,” tegas Al-Abiad.
Berbicara soal dampak konflik bersenjata selama hampir setahun antara Israel dan Hizbullah terhadap sistem perawatan kesehatan Lebanon, Al-Abiad memberikan statistik yang mengkhawatirkan.
“Israel telah mengebom lebih dari 15 pusat kesehatan di Lebanon selatan. Empat dari pusat-pusat ini telah hancur total. Selain itu, lebih dari 30 ambulans dan mobil pemadam kebakaran rusak. Dalam serangan ini, 27 petugas kesehatan tewas dan 94 lainnya luka-luka.”
Penggunaan Bom Fosfor Putih: 250 Warga Lebanon Terluka
Al-Abiad menuduh Israel menggunakan bom fosfor putih yang melanggar hukum internasional, yang mengakibatkan luka parah.
“Sekitar 250 warga Lebanon terluka oleh bom fosfor putih yang digunakan dalam serangan Israel,” ungkapnya.
Menteri tersebut menyebutkan bahwa pusat-pusat khusus telah didirikan di rumah sakit di Beirut, Sidon, dan khususnya di Rumah Sakit Negara Nabatieh di Lebanon selatan untuk menangani luka bakar akibat fosfor.
Ia juga mencatat bahwa petugas kesehatan telah menerima pelatihan khusus untuk menangani luka yang disebabkan oleh fosfor putih secara efektif.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada tanggal 22 Agustus, Kementerian Kesehatan Lebanon menyatakan kalau serangan Israel sejak 8 Oktober telah mengakibatkan kematian 564 orang, termasuk 436 anggota Hizbullah dan menyebabkan 1.848 orang terluka.
Selain itu, lebih dari 110.000 orang mengungsi akibat konflik.
(oln/anadolu/Memo/*)