Kalahkan AS, Rusia Kini Negara dengan Angkatan Perang Terbesar Kedua Sejagat, Ada 2,3 Juta Tentara
Rusia sekarang menjadi negara dengan jumlah tentara aktif terbanyak kedua di dunia.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM – Rusia kini menjadi negara dengan angkatan perang terbesar kedua di dunia.
Negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu baru saja mengalahkan AS dalam hal jumlah personel militer aktif.
Jumlah personel Rusia naik setelah Putin pada hari Senin, (16/9/2024), mengeluarkan dekrit yang isinya penambahan personel menjadi 2.389.130. Dari jumlah itu, sebanyak 1,5 juta di antaranya adalah personel aktif.
Sebelumnya, jumlah personel Rusia adalah 2.209.130. Sebanyak 1.320 di antaranya adalah personel aktif.
Penambahan personel itu membuat Rusia berada di atas AS. Rusia hanya kalah oleh Tiongkok yang memiliki sekitar 2 juta personel aktif.
Dikutip dari Sputnik News, berikut data lima negara dengan personel aktif terbanyak.
1. Tiongkok: 2,035 juta
2. Rusia: 1,5 juta
3. India: 1,455 juta
4. AS: 1,428 juta
5. Korea Utara: 1,32 juta
Baca juga: Vladimir Putin Disebut Minta Petunjuk Dukun Mongolia soal Penggunaan Senjata Nuklir
Menurut Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev, pada paruh pertama tahun ini sudah ada sekitar 190.000 warga negara yang mendaftar sebagai personel militer.
Rusia hadapi ancaman baru
Rusia kini menghadapi ancaman baru karena kini Barat berencana akan mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh Barat untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.
Pembahasan mengenai izin itu dilakukan saat rapat antara Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. Akan tetapi, pada akhirnya belum pengumuman mengenai persoalan itu.
Putin buka suara atas wacana Barat itu. Dia menyebut Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak hanya membahas kemungkinan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh, tetapi juga ikut campur secara langsung dalam perang Rusia-Ukraina.
Kata Putin, jika Barat mengambil langkah itu, artinya para anggota NATO telah menyatakan perang melawan Rusia.
Putin menyebut Rusia akan mengambil keputusan berdasarkan ancaman yang dihadapinya.
Adapun Ukraina sudah lama meminta agar diperbolehkan mengerahkan senjata jarak jauh untuk menyerang Rusia.
Sementara itu, Biden mulai ditekan oleh para anggota dewan agar memberi Ukraina izin lantaran negara itu kini kesusahan mempertahankan wilayah yang dikontrolnya.
Meski demikian, Biden minggu mengungkapkan keraguannya mengenai kemampuan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh.
“Tentara Ukraina tidak mampu menggunakan sistem persenjataan jarak jauh yang canggih dan presisi, yang disediakan oleh Barat, tanpa bantuan NATO,” kata Biden dikutip dari CNN.
Baca juga: Putin Perluas Pasukan Militer Lagi, Tambah 180.000 Tentara, Total jadi 1,5 Juta di Tengah Konflik
Militer AS dilaporkan sudah membantu Ukraina dengan data intelijen. Di samping itu, AS sudah membantu Ukraina dalam hal penargetan.
Dalam konferensi pers pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan bahwa AS menyediakan data intelijen untuk pasukan Ukraina. Namun, dia menolak menjawab ketika ditanya apakah AS akan meningkatkan jumlah data intelijen untuk Ukraina.
Blinken juga menuding Rusia melakukan eskalasi setelah Rusia menerima rudal balistik dari Iran.
“Sekarang kita sudah melihat tindakan Rusia menerima rudal balistik dari Iran, yang akan makin menguatkan agresinya di Ukraina. Jadi, jika ada yang melakukan aksi eskalasi, tampaknya mereka adalah Putin dan Rusia,” ujar Blinken.
(Tribunnews/Febri)