Israel Siaga Tinggi di Pelabuhan dan Bandara setelah Operasi Pager Hizbullah
Israel siaga tinggi di pelabuhan dan bandara setelah operasi yang meledakkan ribuan pager hizbullah pada Selasa malam. Setidaknya 11 orang tewas.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Israel meningkatkan situasi keamanan setelah diduga meledakkan ribuan alat komunikasi "Pager" yang digunakan Hizbullah Lebanon, Selasa (17/9/2024).
Pager adalah perangkat nirkabel kecil mirip telepon genggam yang dapat menerima pesan dan beroperasi dengan mengandalkan frekuensi radio.
Setidaknya 11 orang tewas dan lebih dari 3.000 orang terluka dalam ledakan serentak tersebut, menurut laporan The New York Times.
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevy, mengadakan sesi untuk menilai situasi keamanan bersama anggota Staf Umum IDF untuk membahas kesiapan pada tingkat ofensif dan defensif, menyusul ledakan pager Hizbullah.
Israel juga menangguhkan penerbangan maskapai mereka dan meningkatkan kewaspadaan di pelabuhan.
"Tidak ada perubahan dalam instruksi di dalam negeri, namun kami menyerukan rakyat Israel untuk tetap waspada untuk menyadari setiap perubahan dalam kebijakan dan segera mematuhinya," kata juru bicara militer IDF setelah ledakan itu, Selasa (17/9/2024).
Kementerian Pertahanan Israel juga menilai situasi kemanan bersama para pejabat senior pada hari yang sama.
"Menteri sedang melakukan penilaian terhadap situasi operasional dengan Kepala Staf dan pejabat senior di lembaga keamanan," kata Kantor Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, tanpa rincian lebih lanjut.
Surat kabar Israel, Israel Today, mengatakan penilaian situasi yang dilakukan oleh Yoav Gallant bertujuan untuk membahas persiapan untuk semua skenario yang mungkin terjadi, termasuk serangan dari Hizbullah.
Hizbullah Tuduh Israel sebagai Dalang Peledakan Pager
Hizbullah menuduh Israel berada di balik serangan itu, namun Israel belum secara resmi mengaku bertanggung jawab.
Baca juga: Netanyahu Setujui Operasi Pager Hizbullah, setelah Israel Ancam Perluas Perang ke Lebanon
"Setelah memeriksa semua fakta dan informasi yang tersedia, kami menganggap pendudukan Israel bertanggung jawab atas agresi berdosa terhadap rakyat Lebanon," kata Hizbullah dalam pernyataannya, Selasa.
"Musuh yang pengkhianat dan kriminal pasti akan menerima balasan yang adil atas agresi berdosa ini, baik yang diperhitungkan mau pun yang tidak," lanjutnya.
Sementara itu surat kabar Israel, Wala, mengonfirmasi Israel berada di balik serangan itu.
“Operasi untuk meledakkan radio Pager telah disetujui pada awal minggu ini, sebagai bagian dari serangkaian konsultasi keamanan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan para menteri senior dan kepala Dewan Keamanan dan badan intelijen," lapor Wala, mengutip sumber Israel yang mengetahui rincian kejadian tersebut.
Sumber Israel lainnya mengatakan Israel melakukan operasi tersebut untuk membuka fase baru dalam pertempuran melawan Hizbullah di satu sisi, tetapi di sisi lain, untuk menjaganya tetap di bawah ambang perang habis-habisan.
Hizbullah bergabung dalam perlawanan sejak 8 Oktober 2023 dengan menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah tidak akan menghentikan serangannya sampai Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza, mencabut pengepungan di Jalur Gaza, hingga menjamin masuknya bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.252 jiwa dan 95.497 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (18/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Palestinian News Networks.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengeklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel