Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Analis Nilai Serangan Israel ke Lebanon Jadi Momen Paling Berbahaya, AS Disebut Sudah Terlibat

Momen perang Israel dan Hizbullah disebut paling berbahaya yang pernah dialami seorang analis selama 50 tahun meliput wilayah itu sebagai jurnalis.

Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Analis Nilai Serangan Israel ke Lebanon Jadi Momen Paling Berbahaya, AS Disebut Sudah Terlibat
Dok. AFPTV 23 Agustus 2024
Ilustrasi - Kepulan asap terlihat di perbatasan Israel-Lebanon. Momen perang Israel dan Hizbullah disebut paling berbahaya yang pernah dialami seorang analis selama 50 tahun meliput wilayah itu sebagai jurnalis. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang peneliti terkemuka di Universitas Amerika di Beirut, Rami Khouri, mengatakan serangan Israel terhadap Lebanon "taruhannya sangat tinggi" bagi kawasan tersebut.

Hal ini menjadi eskalasi ketegangan terbaru yang telah ada selama beberapa dekade.

"Ketegangan ini telah berlangsung selama 30, 40, 50 tahun, karena akar penyebabnya tidak pernah terselesaikan – konflik antara Palestina dan Israel," ungkap Khouri kepada Al Jazeera, Kamis (26/9/2024).

"Momen ini adalah momen paling berbahaya yang pernah saya alami selama 50 tahun meliput wilayah ini sebagai jurnalis dan analis."

"Itu karena kemungkinan negara-negara besar lainnya ikut terlibat," lanjut Khouri.

Dari sejumlah negara, Amerika Serikat (AS) disebut terlibat dalam serangan yang dilancarkan Israel.

Pasalnya, AS merupakan pemasok utama senjata untuk Israel.

Berita Rekomendasi

"Amerika Serikat sudah terlibat," katanya.

"Negara ini merupakan pemasok utama senjata untuk Israel dan pelindung utama Israel di PBB dan forum internasional."

"AS juga telah mengirim sejumlah besar pasukan militer ke wilayah tersebut untuk membantu Israel jika diperlukan," jelasnya.

Selanjutnya, analis tersebut menyinggung soal bahayanya perang antara Israel dan Hizbullah.

Baca juga: Rahasia Terowongan dan Komando Hizbullah Jadi Tantangan Israel di Lebanon

"Bahayanya sekarang adalah kawasan ini secara keseluruhan terlibat dalam pertempuran," katanya.

"Jadi ini adalah bahaya besar bahwa pecahnya perang besar tidak hanya akan menyebabkan penderitaan yang luar biasa – dan tidak banyak yang dapat diselesaikan – tetapi juga akan mengancam integritas fundamental banyak negara tersebut," terang Rami Khouri.

Israel Perintahkan Pasukannya Bersiap

Diberitakan AP News, Israel tengah mempersiapkan kemungkinan operasi darat di Lebanon.

Hal ini sebagaimana disampaikan kepala militernya pada Rabu (25/9/2024), saat Hizbullah menembakkan puluhan roket melintasi perbatasan dan sebuah rudal yang ditujukan ke Tel Aviv yang merupakan serangan terdalam kelompok militan tersebut.

Berbicara di hadapan pasukan di perbatasan utara, Kepala Staf Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan, serangan udara Israel yang dahsyat minggu ini dirancang untuk "mempersiapkan jalan bagi kemungkinan masuknya dan terus melemahkan Hizbullah."

Israel mengatakan pihaknya menargetkan senjata dan peluncur roket Hizbullah.

Dalam referensi yang tampaknya mengacu pada rudal yang ditembakkan ke Tel Aviv, Herzi Halevi mengatakan kepada pasukan:

"Hari ini, Hizbullah memperluas jangkauan tembakannya, dan hari ini, mereka akan menerima respons yang sangat kuat. Persiapkan diri kalian."

Tidak jelas apakah ia merujuk pada operasi darat, serangan udara, atau bentuk pembalasan lain terhadap Hizbullah.

Di sisi lain, AS, Prancis, dan sekutu lainnya bersama-sama menyerukan gencatan senjata "segera" selama 21 hari dalam konflik yang telah menewaskan lebih dari 600 orang untuk "memberikan ruang bagi diplomasi."

Pernyataan bersama mereka, yang dinegosiasikan di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, mengatakan pertempuran itu "tidak dapat ditoleransi dan menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima berupa eskalasi regional yang lebih luas."

Penandatangan lainnya termasuk Uni Eropa, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

Baca juga: Ribuan Pejuang Perlawanan Irak Siap Turun Tangan Serang Israel, Bakal Patuhi Perintah Hizbullah

Asap besar terlihat setelah Israel menyerang Kota Baalbek, Lebanon, pada Senin (23/9/2024).
Asap besar terlihat setelah Israel menyerang Kota Baalbek, Lebanon, pada Senin (23/9/2024). (Nidal SOLH / AFP)

Diketahui, ketegangan antara Israel dan Hizbullah terus meningkat sejak perang pecah 11 bulan lalu antara Israel dan Hamas, kelompok militan lain yang didukung Iran.

Hizbullah telah menembakkan roket, rudal, dan pesawat nirawak ke Israel utara sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza dan Hamas.

Israel telah menanggapinya dengan serangan udara yang semakin gencar dan pembunuhan yang ditargetkan terhadap komandan Hizbullah sambil mengancam operasi yang lebih luas.

Pertempuran yang berlangsung hampir setahun telah menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan sebelum eskalasi baru-baru ini.

Israel juga telah bersumpah untuk melakukan apapun untuk memastikan warganya dapat kembali ke rumah mereka di utara.

Sementara, Hizbullah mengatakan akan terus melancarkan serangan roket hingga ada gencatan senjata di Gaza, sesuatu yang tampaknya semakin jauh.

Update Perang Israel-Hamas

Serangan Israel menewaskan 72 orang di seluruh Lebanon pada hari Rabu, kata Kementerian Kesehatan Lebanon, sementara jumlah korban tewas akibat pemboman Israel melampaui 620.

Sekitar 500.000 orang mungkin kini telah mengungsi akibat kampanye pengeboman besar-besaran Israel di seluruh Lebanon, kata menteri luar negeri Lebanon.

Baca juga: Kecanggihan Qader-1, Rudal Balistik 2,8 Ton Hizbullah yang Pecah Telur, Capai Ibu Kota Israel

Menteri luar negeri Prancis mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa pihaknya sedang bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah.

Beberapa negara termasuk Prancis, Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan AS mengeluarkan seruan bersama untuk "gencatan senjata sementara" selama 21 hari di Lebanon.

Setidaknya lima orang tewas dalam pemboman Israel semalam di Khan Younis di Gaza selatan dan Jabalia di utara.

Senator AS Bernie Sanders mengatakan dia secara resmi memperkenalkan rancangan undang-undang untuk memblokir penjualan senjata AS senilai lebih dari $20 miliar ke Israel.

Jurnalis Palestina Bisan Owda dan AJ+ Al Jazeera telah memenangkan Emmy untuk laporan mereka, It's Bisan From Gaza – and I'm Still Alive.

Setidaknya 41.495 orang tewas dan 96.006 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.

Di Israel, jumlah korban tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober sedikitnya 1.139 orang, sementara lebih dari 200 orang ditawan.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas