Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bandingkan dengan Holocaust, Netanyahu: Operasi Pedang Besi di Gaza Jadi 'Perang Kebangkitan Israel'

Netanyahu sebut Operasi Pedang Besi Israel di Gaza menjadi Perang Kebangkitan Israel. Ia bandingkan eksistensi Israel dengan Holocaust.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
zoom-in Bandingkan dengan Holocaust, Netanyahu: Operasi Pedang Besi di Gaza Jadi 'Perang Kebangkitan Israel'
JACK GUEZ / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan di kota pesisir Israel Tel Aviv, pada 14 Juni 2014. --- Netanyahu sebut Operasi Pedang Besi Israel di Gaza menjadi Perang Kebangkitan Israel untuk mempertahankan eksistensinya. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuntut nama "Operasi Pedang Besi" dalam agresinya di Jalur Gaza agar diubah menjadi "Perang Kebangkitan".

Menurutnya, serangan Israel yang diklaim menargetkan Hamas di Jalur Gaza bertujuan mempertahankan keberadaan Israel dan masa depan negara mayoritas Yahudi itu di kawasan tersebut.

"Perang ini bersifat eksistensial dan serangan balik diperlukan untuk masa depan negara Israel," kata Netanyahu dalam pertemuan dengan pemerintahan Israel, Senin (7/10/2024) malam, untuk memperingati satu tahun Operasi Banjir Al Aqsa yang diluncurkan gerakan Hamas.

Di awal pertemuan, Netanyahu mengatakan itu adalah pertemuan khusus berkabung untuk mengenang warga Israel yang tewas di lokasi konser musik Nova dan sejumlah permukiman Israel di perbatasan Israel dan Jalur Gaza selatan selama Operasi Banjir Al Aqsa.

Pemimpin Israel itu mengubah nama operasi Israel dari "Operasi Pedang Besi" menjadi "Perang Kebangkitan" untuk menegaskan tujuannya dalam mengubah situasi keamanan di Israel, di mana Israel merasa terancam oleh kelompok perlawanan di kawasan tersebut.

“Kami mengubah realitas keamanan di wilayah kami, demi anak-anak kami dan masa depan kami, dan untuk memastikan apa yang terjadi pada 7 Oktober (2023) tidak akan terulang kembali," kata Netanyahu.

Netanyahu juga mengulangi apa yang dia katakan di markas besar Kementerian Keamanan dan Tentara Israel setelah Operasi Banjir Al Aqsa yang diluncurkan Hamas.

Berita Rekomendasi

“Kami sedang berperang. Dalam perang, kami akan membalasnya dengan perang yang ganas, yang belum pernah disaksikan musuh sebelumnya, dan kami akan menuntut balasan darinya,” lanjutnya.

"Kami sedang berperang dan kami akan memenangkannya," ujarnya.

Ia mengatakan Israel berperang di tujuh front sejak Operasi Banjir Al Aqsa dimulai.

“Sejak hari itu kami telah berperang, dan ini adalah perang demi keberadaan kami, Perang Kebangkitan, begitulah saya meminta untuk menyebutnya secara resmi," kata Netanyahu, seperti diberitakan Hona Israel.

Baca juga: Presiden Prancis Minta Embargo Senjata ke Israel, Netanyahu: Memalukan, Kami Tak Butuh Bantuanmu

Netanyahu mengulangi klaimnya yang menuduh Iran sebagai pendonor untuk kelompok perlawanan yang menentang Israel, termasuk Hamas, Hizbullah, hingga Houthi di Yaman.

"Sejak hari kelam itu, kami telah berperang di tujuh front, dan serangan balik kami terhadap musuh-musuh kami di poros Iran adalah kondisi yang diperlukan untuk menjamin masa depan dan keamanan kami," tambahnya, dikutip dari Asab News.

Netanyahu mengklaim Israel akan mengakhiri perang ketika semua tujuannya tercapai; menghilangkan kekuasaan Hamas; membawa para tahanan Israel yang ditahan Hamas di Jalur Gaza kembali ke rumah mereka, baik hidup maupun mati; menggagalkan ancaman masa depan dari Gaza terhadap Israel; dan memulangkan penduduk Palestina di Jalur Gaza selatan dan Jalur Gaza utara ke rumah mereka.

"Operasi Banjir Al-Aqsa adalah serangan paling parah terhadap orang-orang Yahudi sejak Holocaust, namun tidak seperti Holocaust, kami bangkit melawan musuh-musuh kami dan menanggapinya dengan perang brutal," kata Netanyahu, merujuk pada pembantaian umat Yahudi oleh Partai Nazi Jerman yang dipimpin Adolf Hitler selama Perang Dunia II.

Sementara itu, Israel masih melancarkan serangannya di Jalur Gaza yang diklaim menargetkan Hamas, kemudian memperluasnya ke Lebanon selatan yang diklaim menargetkan Hizbullah yang mendukung Hamas.

Serangan udara Israel di Jalur Gaza dan Lebanon selatan membunuh puluhan ribu warga sipil, yang disebut genosida oleh Afrika Selatan yang mengajukan kasus tersebut terhadap Israel di Pengadilan Kriminal Internasional sejak Januari lalu.

Orang-orang berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman Israel di Khan Yunis, di Jalur Gaza Selatan. Selasa (16 April 2024), saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Pejuang Palestina Hamas. (STR/AFP)
Orang-orang berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman Israel di Khan Yunis, di Jalur Gaza Selatan. Selasa (16 April 2024), saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Pejuang Palestina Hamas. (STR/AFP) (AFP/AFP)

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.870 jiwa dan 97.166 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (6/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari AFP.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas