Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Seputar General's Plan, Rencana Kejam Israel dalam Operasi 'Kelaparan dan Pemusnahan' Gaza

Rencana ini terkenal kejam, yaitu rencana operasi 'kelaparan dan pemusnahan' yang ditujukan ke Gaza, seperti yang diusulkan Giora Eiland

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Seputar General's Plan, Rencana Kejam Israel dalam Operasi 'Kelaparan dan Pemusnahan' Gaza
AFP/OMAR AL-QATTAA
Seorang wanita berduka saat memegang jenazah anaknya yang terbunuh dalam serangan Israel terhadap sekolah yang menampung warga Palestina terlantar di lingkungan Zaytoun, Kota Gaza pada tanggal 21 September 2024, di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by Omar AL-QATTAA / AFP) 

Seputar General's Plan, Rencana Israel dalam Operasi 'Kelaparan dan Pemusnahan' Gaza

TRIBUNNEWS.COM - Dalam beberapa hari terakhir, spekulasi berkembang mengenai apakah militer Israel telah mulai melaksanakan rencana General's Plan, "Rencana Jenderal".

Rencana ini terkenal kejam, yaitu rencana operasi 'kelaparan dan pemusnahan' yang ditujukan ke Gaza, seperti yang diusulkan oleh pensiunan Mayor Jenderal Israel Giora Eiland. 

Baca juga: Profil Giora Eiland, Jenderal Israel Pengusung Genosida yang Serukan Bunuh Semua Wanita Gaza

Rencana ini melibatkan pengetatan pengepungan di Gaza utara, membuat ratusan ribu orang kelaparan, dan evakuasi secara paksa (pengusiran) seluruh penduduk asli Palestina dari daerah tersebut sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk "membersihkan" jalur perlawanan.

Perintah evakuasi paksa (pengusiran) itu datanf bersama pengumuman Tentara Israel soal perluasan "zona kemanusiaan" di Al-Mawasi Minggu (6/10/20204) pagi, disertai dengan informasi terbaru tentang rute "evakuasi" dari Gaza utara. 

Dua koridor pengusiran utama, melalui Jalan Salah al-Din dan Jalan al-Rashid, telah dibuka untuk mendorong penduduk asli ke selatan di bawah serangan udara brutal dan sabuk api.

Warga Palestina membawa jenazah selama pemakaman setelah serangan Israel terhadap sekolah yang menampung warga Palestina terlantar di lingkungan Zaytoun, Kota Gaza, pada 21 September 2024. - Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel terhadap sekolah yang diubah menjadi tempat perlindungan di kota terbesar di wilayah Palestina itu menewaskan 19 orang, sementara militer Israel mengatakan serangan itu menargetkan militan Hamas. (Photo by Omar AL-QATTAA / AFP)
Warga Palestina membawa jenazah selama pemakaman setelah serangan Israel terhadap sekolah yang menampung warga Palestina terlantar di lingkungan Zaytoun, Kota Gaza, pada 21 September 2024. - Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel terhadap sekolah yang diubah menjadi tempat perlindungan di kota terbesar di wilayah Palestina itu menewaskan 19 orang, sementara militer Israel mengatakan serangan itu menargetkan militan Hamas. (Photo by Omar AL-QATTAA / AFP) (AFP/OMAR AL-QATTAA)

Rencana Para Jenderal: Rencana Genosida

Laporan menunjukkan kalau pemerintah Israel potensial telah mengadopsi rencana Eiland, yang menyerukan penghentian bantuan kemanusiaan ke Gaza utara untuk mengosongkan wilayah tersebut. 

Berita Rekomendasi

Militer Israel telah mengumumkan bahwa operasi darat telah dimulai di beberapa bagian Gaza utara, menargetkan apa yang digambarkannya sebagai 'infrastruktur utama Hamas' bersamaan dengan pemboman udara yang intens.

Juru bicara Israel, termasuk juru bicara militer Israel berbahasa Arab, Avichay Adraee, telah memerintahkan warga Palestina di Gaza utara untuk mengungsi.

Adraee juga merilis peta evakuasi baru, dengan mengklaim bahwa Gaza utara tetap menjadi "zona perang berisiko tinggi".

Peringatan ini muncul karena situasi kemanusiaan bagi mereka yang masih tinggal di Kota Gaza dan daerah sekitarnya telah memburuk dengan cepat.

Warga Palestina berdiri di halaman sekolah Al-Jawni (Jaouni) setelah serangan udara Israel menghantam lokasi tersebut, di Nuseirat, Jalur Gaza tengah, pada 11 September 2024, di tengah perang yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan Hamas. - Serangan udara Israel pada 11 September menghantam sekolah Gaza tengah, badan pertahanan sipil wilayah yang dikuasai Hamas melaporkan 10 orang tewas di fasilitas yang diubah menjadi tempat perlindungan pengungsian itu dan militer mengatakan serangan itu menargetkan militan. (Photo by Eyad BABA / AFP)
Warga Palestina berdiri di halaman sekolah Al-Jawni (Jaouni) setelah serangan udara Israel menghantam lokasi tersebut, di Nuseirat, Jalur Gaza tengah, pada 11 September 2024, di tengah perang yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan Hamas. - Serangan udara Israel pada 11 September menghantam sekolah Gaza tengah, badan pertahanan sipil wilayah yang dikuasai Hamas melaporkan 10 orang tewas di fasilitas yang diubah menjadi tempat perlindungan pengungsian itu dan militer mengatakan serangan itu menargetkan militan. (Photo by Eyad BABA / AFP) (AFP/EYAD BABA)

Meningkatnya Spekulasi dan Kekhawatiran Internasional

Perluasan rute evakuasi dan pembentukan zona kemanusiaan terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional bahwa Israel mungkin melaksanakan 'Rencana Jenderal' dengan kedok upaya kemanusiaan.

Jurnalis Israel, Almog Boker awalnya mencuit bahwa tentara Israel telah mulai mengevakuasi Gaza utara sebagai bagian dari "Rencana Jenderal," tetapi kemudian menghapus unggahan tersebut, yang memicu spekulasi lebih lanjut tentang maksud sebenarnya dari operasi tersebut.

Sebelum menghapus cuitannya, Boker menulis, "Serangan darat di Gaza utara merupakan bagian dari rencana yang diprakarsai oleh Jenderal Giora Eiland. Menurut rencana tersebut, penduduk akan dievakuasi, dan pengepungan akan diberlakukan, sehingga para militan hanya memiliki dua pilihan: menyerah atau mati."

Setelah menghapus postingannya, ia mengunggah bahwa “Penyerbuan melalui darat ke Jalur Gaza utara: ini adalah penyerbuan yang dirancang untuk melawan target teroris dan menghancurkan apa yang tersisa di sana dan apa yang Hamas coba bangun kembali.”

Sebagai bagian dari kegiatan tersebut, penduduk di Jalur Gaza utara diminta untuk mengungsi ke selatan. Pada tahap ini, keputusan belum dibuat oleh eselon politik (Israel) mengenai bantuan kemanusiaan yang akan ditransfer ke Jalur Gaza utara.

Dalam beberapa minggu terakhir, dan bahkan sebelum serangan darat (ke Gaza Utara), eselon politik mempertimbangkan untuk mengadopsi rencana para jenderal yang diprakarsai oleh jenderal cadangan Giora Eiland, yang menurutnya IDF akan mengevakuasi penduduk di utara Netzer dan memberlakukan pengepungan, yang akan membuat para teroris hanya memiliki satu pilihan – menyerah atau mati. Mari kita tunggu”, tambahnya.

Analis militer Itsik Zuarets juga melaporkan serangan Israel baru-baru ini ke Gaza utara, dengan menyatakan, “Divisi ke-162 memasuki Jabalia semalam dan memulai operasi untuk menghancurkan infrastruktur Hamas yang baru dibangun di sana."

Pengambilan gambar yang diambil dari rekaman video AFPTV ini menunjukkan warga Palestina memeriksa kehancuran pasca serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza, pada 1 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina.
Pengambilan gambar yang diambil dari rekaman video AFPTV ini menunjukkan warga Palestina memeriksa kehancuran pasca serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza, pada 1 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. (AFP)

"Dalam beberapa hari mendatang, seluruh Gaza utara akan dibersihkan, dengan seluruh penduduk dievakuasi melewati poros Nitzanim, dan wilayah tersebut akan dinyatakan sebagai zona militer tertutup menurut Rencana Jenderal,” kata dia

Politisi Israel seperti Anggota Knesset dari Partai Likud Avichai Boaron telah menyuarakan dukungan dan kegembiraan atas dimulainya evakuasi Gaza utara, melihatnya sebagai 'langkah pertama yang diperlukan dalam membubarkan Hamas'.

"Ini adalah tahap pertama dari Rencana Jenderal, dan ini adalah hal yang baik," kata Boaron.

"Langkah kedua dan terakhir – menarik bantuan kemanusiaan dari Hamas. Inilah yang akan menyebabkannya hancur", tambahnya.

Sementara itu, Palestina khawatir perhatian dunia mungkin teralihkan oleh meningkatnya konflik Israel dengan Lebanon dan ketegangan dengan Iran.

Konflik dengan Iran memberi Israel kesempatan untuk mempercepat tujuannya di Gaza dengan kontrol dan pengawasan yang lebih sedikit dari sebelumnya.

 

(oln/qn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas